Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelompok Houthi, Iran, dan Gejolak di Laut Merah

Kompas.com - 29/01/2024, 18:47 WIB
Egidius Patnistik

Editor

KELOMPOK militan Houthi yang berbasis di Yaman, nama resminya Ansar Allah, merupakan anggota terbaru Poros Perlawanan yang dipimpin Iran. Hubungan Iran dengan Houthi sudah terjalin sebelum perang sipil Yaman meletus tahun 2014. Hubungan mereka semakin erat secara strategis selama dekade terakhir.

Namun, menyamakan kelompok Houthi dengan anggota lain dari Poros itu, seperti dengan Hezbollah di Lebanon atau kelompok proksi militan pro-Iran di Irak misalnya, merupakan sesuatu yang menyesatkan. Itu kata Direktur Program Iran di Middle East Institute (MEI) dan anggota senior Program Laut Hitam MEI, Alex Vatanka, dalam artikel di mei.edu pada 11 Januari 2023. Pasalnya, hal semacam itu membesar-besarkan pengaruh ideologis dan operasional Tehran atas Houthi.

Sementara itu, ketegangan saat ini di Laut Merah menggambarkan peran kelompok Houthi untuk agenda anti-Amerika dan anti-Israel Tehran serta tantangan yang dapat ditimbulkan oleh tindakan mereka bagi Iran.

Baca juga: Sepak Terjang Kelompok Houthi di Yaman

Perhitungan Tehran

Menurut Vatanka, bagi Tehran, Poros Perlawanan menawarkan keuntungan yang jelas selama tiga karakteristik kunci dipertahankan. Pertama, poros itu harus memberikan proyeksi kekuatan regional bagi Iran dan leverage geopolitik dengan biaya finansial langsung yang relatif rendah.

Kedua, dengan menjaga jarak tertentu, Tehran bisa terus menyangkal keterkaitan tindakan sekutu proksinya itu di kawasan. Ketiga, modus operandi poros tersebut harus menjadi sebuah perang atrisi, yang dimaksudkan untuk menjaga tanah air Iran aman dari setiap serangan balik sambil menguras kekuatan lawan Tehran.

Jika Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei — yang bisa disebut pelindung utama Axis — bisa dipegang kata-katanya, Tehran dan sekutu proksinya harus menghindari konfrontasi langsung dengan Israel dan Amerika Serikat. Bisa dikatakan hal ini juga menjadi sikap Hezbollah terhadap Israel saat ini: bersedia terlibat dalam serangan berintensitas rendah di perbatasan tetapi tidak ada komitmen terang-terangan untuk memasuki perang bersama Hamas.

Iran mendirikan Hezbollah dari awal sekitar empat dekade lalu, dan ikatan sektarian dan ideologis antara keduanya kini tumpang tindih. Sebaliknya, hubungan kelompok Houthi dengan Iran merupakan sesuatu yang baru.

Menurut Vatanka, realitas itu membuat semakin penting bagi pasangan itu untuk bisa mengoordinasikan tindakan mereka terkait dengan serangan terhadap kapal-kapal kargo di Laut Merah. Tehran akan lebih banyak kehilangan jika tindakan Houthi menyebabkan AS dan Barat membalas Iran karena dukungannya terhadap Houthi.

Evolusi Hubungan Iran-Houthi

Pada Maret 2023, Teheran dan Riyadh menandatangani sebuah perjanjian diplomatik di Beijing (China) yang bertujuan untuk menurunkan ketegangan regional. Sebagai bagian dari kesepakatan, pihak Iran dilaporkan setuju untuk menghentikan transfer senjata ke Houthi.

Menurut Vatanka, kemungkinan kesepakatan semacam ini telah diantisipasi sejak tahun 2014-15, ketika Teheran mulai mendukung Houthi dalam perang sipil Yaman. Ketika itu, Arab Saudi secara militer mendukung pasukan pemerintah Yaman yang anti-Houthi.

Bagi Iran, kebangkitan Houthi di sisi selatan Jazirah Arab, setelah protes rakyat yang dikenal dengan sebutan Musim Semi Arab (Arab Spring), menawarkan sebuah instrumen tekanan terhadap Riyadh dalam kompetisi perebutan pengaruh yang intens antara Iran dan Saudi.

Namun, untuk melegitimasi pengembangan hubungan jarak jauh itu, sebuah narasi dari pihak Iran harus dibangun. Karena itu, media pro-rezim mulai mempromosikan ide bahwa Iran pertama kali menarik perhatian Yaman tahun 1980-an, tak lama setelah Ayatollah Ruhollah Khomeini mendirikan Republik Islam tahun 1979.

Vatankan menyatakan bahwa hal itu tidak benar. Yaman tidak menjadi perhitungan Teheran pada 1980-an. Jika pun ada, pada waktu itu Teheran lebih dekat secara politik dengan Marxisme yang memerintah Yaman Selatan daripada dengan populasi atau otoritas keagamaan di Yaman Utara, rumah asal sekte Syiah Zaidi, tempat gerakan Houthi kemudian muncul.

Baca juga: Kelompok Houthi di Yaman Ikut Serang Israel

Iran tidak pernah memanfaatkan mantan Presiden Ali Abdullah Saleh, yang beragama Syiah Zaidi, pada 1980-an dan 1990-an itu. Selain itu, Yaman bukan bagian dari misi inti Iran untuk merekrut kelompok Islamis sejenis, seperti di Lebanon dan Irak. Juga tidak banyak bukti bahwa Iran memainkan peran besar dalam perang Yaman antara 2004 dan 2010.

Namun demikian, kelompok-kelompok kecil Zaidi, seperti Hussein al-Houthi, yang namanya kemudian dipakai menjadi nama gerakan tersebut, mulai mengunjungi Iran sejak awal 1990-an. Kontak ini secara bertahap meningkat seiring berjalannya waktu. Pengaruh Iran dalam membentuk doktrin keagamaan dan ideologi politik Houthi tidak dapat disangkal, meskipun sejauh ini mana masih diperdebatkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com