Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyingkap Kedekatan Hubungan Kelompok Houthi di Yaman dengan Iran

Kompas.com - 16/01/2024, 12:30 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber DW, BBC

KELOMPOK pemberontak Houthi, yang secara resmi bernama Ansar Allah (Pembantu Allah), di Yaman selama ini dituding sebagai sekutu dekat Iran. Sedekat apa hubungan mereka?

Kelompok Houthi kembali menjadi pusat perhatian dunia setelah menjadi target serangan rudal pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) dan Inggris pada Jumat (12/1/2024) lalu. Pasukan koalisi merespons sejumlah serangan Houthi terhadap kapal-kapal kargo yang melintasi Luat Merah dalam beberapa bulan terakhir.

Kelompok Houthi mengatakan, serangan mereka terhadap kapal-kapal itu sebagai bentuk dukungan terhadap Hamas dan Palestina yang berperang melawan Israel. Muncul tuduhan bahwa serangan Houthi itu atas perintah dari Iran yang merupakan sekutu Houthi.

Baca juga: Apa Idiologi Pemberontak Houthi yang Didukung Iran di Yaman?

Tahun 2014, kelompok Houthi menjadi perhatian dunia setelah berhasil menguasai Ibu Kota Yaman, Sana'a, dan sebagian besar wilayah negara itu. Yaman saat ini masih berstatus negara konflik walau relatif tenang. Berbagai pihak yang berseteru tampaknya melihat bahwa mereka sudah menghadapi jalan buntu.

Houthi awalnya merupakan gerakan pemberontak yang bermula di Yaman utara. Mereka tidak puas dengan pemerintahan yang korup dan merasa dianaktirikan.

Kelompok itu mengambil nama dari pendirinya, Hussein Badreddin al-Houthi. Pada awalnya, Houthi lebih fokus pada isu-isu lokal dan agama, namun lama-kelamaan menjadi lebih militan dan politis.

Mereka mengklaim bahwa perjuangannya mewakili kelompok minoritas Zaidi, cabang dari Islam Syiah yang cukup dominan di Yaman utara. Hal itu membedakan mereka dari mayoritas orang muslim Sunni di Yaman.

Hubungan Penuh Nuansa dengan Iran

Hubungan Houthi dengan Iran seringkali dikaitkan dalam bingkai agama, sebagai sesama Syiah. Walau Houthi masuk kelompok Islam Syiah, tetapi mereka termasuk dalam cabang tertentu yang disebut Zaidi. Mereka mempunyai keyakinan yang membedakannya dari kelompok Syiah arus utama seperti yang ada di Iran.

Misalnya, mereka tidak percaya akan kembalinya sosok mesias, yaitu imam ke-12. Imam ke-12 dianggap sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW, dan imam ke-12 dianggap telah menghilang tetapi diperkirakan akan kembali suatu saat nanti.

Jadi, sebetulnya ada lebih banyak nuansa dan sejarah di balik hubungan Houthi dengan Iran. Iran, sebagai negara mayoritas Syiah, telah lama menjadi pemain kunci di Timur Tengah. Iran sering mendukung kelompok Syiah di berbagai negara, termasuk Houthi di Yaman. Hubungan itu terjalin seiring dengan meningkatnya ketegangan antara Iran dan Arab Saudi, negara Sunni terkemuka di kawasan.

Iran dituding telah memberikan dukungan militer kepada Houthi, termasuk pelatihan, persenjataan, dan bantuan finansial. Beberapa laporan menunjukkan, Iran mengirimkan rudal dan teknologi drone ke Houthi, yang digunakan dalam serangan terhadap Arab Saudi dan target lainnya.

Baca juga: Sejarah Awal Kelompok Houthi di Yaman

Iran tentu saja menyangkal adanya dukungan militer langsung, meskipun mengakui dukungan politis dan spiritual. Meski Iran membantah keterlibatan langsung, bukti yang ditemukan PBB dan negara-negara Barat sering menunjuk ke arah sebaliknya.

Namun, penting untuk dicatat bahwa dukungan Iran tidak sebanding dengan dukungan yang diberikan Arab Saudi kepada pemerintah Yaman yang mereka dukung.

Secara politik dan ideologis, hubungan antara Iran dan Houthi sebenarnya lebih kompleks. Iran sering dianggap sebagai pelindung kelompok Syiah di seluruh Timur Tengah. Mereka mendukung Houthi sebagai bagian dari strategi regional mereka untuk memperluas pengaruh dan menantang dominasi Arab Saudi.

Namun, Houthi tetap independen dalam banyak hal, dengan agenda dan tujuan yang spesifik untuk Yaman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com