Farea Al-Muslimi, peneliti dari Chatham House’s Middle East and North Africa Program dalam "The Houthis of Yemen: A Political, Ideological, and Social Movement" (2019), menyatakan bahwa meskipun ada dukungan Iran, Houthi memiliki agenda domestik yang terutama berfokus pada isu-isu politik dan ekonomi Yaman.
Hamidreza Azizi, peneliti di Institut Urusan Internasional dan Keamanan Jerman, juga mengatakan hal senada, bahwa Houthi tetap independen walau misalnya menjadi hubungan dengan Iran. Menurut dia, Houthi tidak terlalu bergantung pada Iran sebagaimana Hizbullah di Lebanon, misalnya.
Dalam konteks regional, hubungan Houthi dan Iran bisa dilihat dalam kerangka perjuangan kekuasaan di Timur Tengah. Arab Saudi, sekutu dekat AS, melihat kehadiran Houthi sebagai ancaman dan pengaruh Iran di perbatasannya. Ini menyebabkan intervensi militer Saudi di Yaman sejak 2015.
Konflik di Yaman pun berubah menjadi perang proksi antara Iran dan Saudi, dengan Houthi sebagai aktor utama di lapangan.
Menurut James Dorsey dalam bukunya "The Turbulent World of Middle East Soccer" (2021), konflik itu tidak hanya merupakan pertempuran militer tetapi juga ideologis, mewakili perjuangan antara Sunni dan Syiah untuk supremasi regional.
Houthi memang memandang dirinya sebagai bagian dari apa yang disebut Poros Perlawanan, sebuah aliansi regional pimpinan Iran yang juga mencakup Hamas di Gaza, Hezbullah di Lebanon, dan berbagai faksi paramiliter di Irak.
Ideologi Houthi dapat disimpulkan dari slogan mereka: "Kematian AS, kematian Israel, kutukan terhadap Yahudi, dan kemenangan Islam".
Baca juga: Kapal Kargo AS Terkena Rudal di Lepas Pantai Yaman
Menurut pakar Yaman di Institut Perdamaian Eropa, Hisham Al-Omeisy, hal itulah yang membuat Houthi kini menyerang kapal-kapal kargo yang bertujuan ke Israel di kawasan Teluk.
"Sekarang mereka sebenarnya memerangi imperialis, mereka memerangi musuh-musuh bangsa Islam... Itu selaras dengan landasan mereka," kata Al-Omeisy sebagaimana dikutip BBC.
Namun memang sulit untuk mengetahui secara pasti seberapa besar dukungan yang diperoleh Houthi dari Iran, atau seberapa besar respons mereka terhadap order dari Teheran.
Terkait serangan Houthi terhadap kapal-kapal kargo di Laut Merah, misalnya, sulit untuk mengetahui bahwa itu adalah order Iran demi menekan Israel dalam konflik Palestina.
Fabian Hinz, peneliti analisis pertahanan dan militer di Institut Internasional untuk Studi Strategis, mengatakan, diragukan bahwa Iran berperan dalam serangan belakangan ini terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Menurut Farea al-Muslimi, serangan-serangan itu justru lebih merupakan pesan politik untuk khalayak domestik di Yaman sendiri.
“Perang ini adalah kesempatan emas bagi kelompok Houthi untuk menunjukkan posisi mereka yang pro-Palestina, anti-Israel, dan anti-Amerika kepada penduduk setempat,” kata al-Muslimi seperti dilaporkan DW.
Jadi, hubungan Houthi dengan Iran tidak hanya berakar pada kesamaan agama atau dukungan militer, tetapi juga pada kepentingan strategis, politik regional, dan lokal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.