Penulis: Jonathan Amos/Koresponden BBC di bidang sains
ISHIKAWA, KOMPAS.com - Dahsyatnya gempa bermagnitudo 7,5 di Jepang pada Senin (1/1/2024) bisa dilihat dari dampaknya terhadap pergerakan tanah.
Di beberapa tempat, permukaan tanah naik hingga di atas empat meter dan bergerak ke samping sekitar satu meter.
Sebagai negara yang rawan terkena gempa, Jepang sangatlah maju dalam memantau apa saja yang terjadi saat bumi berguncang.
Baca juga: Korban Tewas Gempa Jepang Tembus 161 Orang, Lansia 90 Tahun Diselamatkan
Inilah yang membuat mereka mampu membuat pengukuran yang terperinci.
Terdapat jaringan stasiun GPS di titik-titik strategis di seluruh Jepang.
Karena itu, ketika gempa bumi melanda, para ilmuwan dapat menyebutkan seberapa jauh masing-masing titik GPS ini berpindah--yang dapat diartikan menjadi seberapa jauh bentang bumi tertekuk serta bergeser.
Menurut sistem GPS, gempa Senin (1/1/2024) mengakibatkan daratan Jepang berpindah 130 centimeter ke arah barat.
Para ilmuwan juga memantau Jepang dari angkasa dengan membandingkan foto-foto satelit sebelum dan sesudah gempa bumi.
Pada pengorbitan terakhirnya, pesawat ruang angkasa ALOS-2 melaporkan bahwa jarak antara pesawat dan daratan telah memendek saking kuatnya gempa sampai-sampai mendongkrak permukaan bumi.
Pergerakan tanah terbesar terjadi di sisi barat Semenanjung Noto.
Dasar laut di kawasan lepas pantai Semenanjung Noto juga bergeser, sehingga memicu gelombang tsunami sekitar 80 centimeter.
Sisi positifnya adalah, pengangkatan tanah ini bisa jadi mengurangi dampak gelombang tinggi saat menghantam garis pantai.
Baca juga: Kenapa Jepang Sering Mengalami Gempa Bumi?
Perhitungan sejauh ini memperkirakan jumlah kematian akibat gempa Jepang akan mencapai--paling banyak--100 orang atau lebih.