Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perang Terlama di Dunia, 335 Tahun Tanpa Darah dan Satu Pun Peluru

Kompas.com - 24/08/2021, 12:18 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

SCILLY, KOMPAS.com - Perang terlama di dunia ini memiliki catatan unik, karena berlangsung selama tiga abad lebih tapi tanpa darah, korban jiwa, bahkan tak ada satu pun peluru yang ditembakkan.

Pertempuran yang dikenal sebagai Perang 335 Tahun ini terjadi pada 1651-1986 antara Belanda dengan Royalis Inggris di Kepulauan Scilly, ujung barat daya Inggris.

Lalu bagaimana bisa perang paling lama di dunia berlangsung tanpa korban? Begini kisahnya...

Baca juga: Kisah Perang Afghanistan: Awal Invasi AS dan Siapa Taliban?

Akar konflik perang paling lama di dunia ini adalah Perang Saudara Inggris yang turut melibatkan Skotlandia dan Irlandia pada 1642-1651.

Dikutip dari Kompas.com pada 19 November 2018, tahun 1603 Ratu Elizabeth I wafat tanpa pernah menikah sehingga tidak memiliki keturunan.

Alhasil, takhta kerajaan Inggris diserahkan kepada sang sepupu, James Stuart yang kemudian bergelar James I.

Untuk pertama kalinya pula, Inggris, Irlandia, dan Skotlandia berada di bawah kendali satu takhta.

Namun, kondisi ini dengan segera memicu masalah. Pemberontakan Irlandia terhadap para pemukim Inggris dan Skotlandia memicu perpecahan yang berujung perang saudara 1642.

Kelompok yang mendukung Raja James I disebut Royalis, dan mereka yang ingin menumbangkan raja disebut Parlementarian.

Historic UK mewartakan, Belanda masuk ke konflik ini dengan mendukung Parlementarian, karena merasa pihak yang paling besar kemungkinannya untuk menang. Kubu Parlemen dipimpin oleh Oliver Cromwell.

Oliver Cromwell sekitar tahun 1650 dalam Welsh Portrait Collection di Museum Nasional Wales.NATIONAL LIBRARY OF WALES via WAR HISTORY ONLINE Oliver Cromwell sekitar tahun 1650 dalam Welsh Portrait Collection di Museum Nasional Wales.
Akan tetapi, Royalis yang merupakan sekutu lama Belanda selama bertahun-tahun menjadi berang, karena merasa dikhianati lalu menyerbu jalur pelayaran Belanda di Selat Inggris.

Baca juga: Kisah Perang: Invasi Soviet ke Afghanistan yang Berujung Lahirnya Taliban

Jalannya Perang 335 Tahun

Upaya Royalis menyerang jalur pelayaran Belanda awalnya cukup berhasil, tapi selanjutnya tak mampu menahan gempuran Parlementarian dan terpojok hingga ke Cornwall, sudut barat Inggris.

Pada 1648, pasukan Parlementarian di bawah pimpnan Oliver Cromwell terus mendesak dan akhirnya berhasil merebut Cornwall.

Kekalahan ini membuat para Royalis dan angkatan lautnya mundur hingga ke kepulauan Scilly yang berjarak sekitar 45 kilometer dari pantai.

Melihat angkatan laut Royalis mundur ke kepulauan yang total luas wilayahnya hanya sekitar 16 kilometer persegi itu, armada Belanda mengejar.

Di bawah pimpinan Laksamana Maarten Harpertzoon Tromp, armada Belanda yang terdiri dari 12 kapal perang tiba di Kepulauan Scilly pada 30 Maret 1651.

Mereka mencoba memaksa sisa-sisa AL Royalis membayar ganti rugi dan biaya perbaikan kepada mereka.

AL Royalis menolaknya, dan Laksamana Tromp kemudian menyatakan perang terhadap Kepulauan Scilly pada 30 Maret 1651, karena saat itu seluruh wilayah Inggris sudah berada di tangan Parlementarian.

Melansir War History Online, armada Belanda kemudian memblokade Kepulauan Scilly tanpa pertempuran terbuka atau pemboman.

Baca juga: Kisah Perang: Erwin Rommel Sang Rubah Gurun dan Plot Membunuh Hitler

Meski begitu, ada laporan-laporan yang saling bertentangan mengenai apakah Tromp memang berwenang menyatakan perang terhadap Kepulauan Scilly atau tidak.

Beberapa berpendapat Tromp sudah diberi wewenang sebelum berangkat, sementara yang lainnya menyebut penutupan Kepulauan Scilly adalah upaya menanti persetujuan Pemerintah "Negeri Kincir Angin".

Laksamana Maarten Harpertszoon Tromp, perwira Belanda yang menyatakan perang terhadap Kepulauan Scilly di Inggris.Wikipedia Laksamana Maarten Harpertszoon Tromp, perwira Belanda yang menyatakan perang terhadap Kepulauan Scilly di Inggris.
Akhir perang terlama sepanjang sejarah

Tiga bulan setelah deklarasi perang Tromp di Kepulauan Scilly, pasukan Parlementarian menang.

Royalis di Kepulauan Scilly terpaksa menyerah, lalu kapal-kapal Belanda mencabut blokade dan berlayar pulang.

Belanda yang sudah merasa tidak terancam meninggalkan Scilly tanpa melepaskan satu pun tembakan. Kepulauan itu akhirnya diserahkan kembali ke Parlementarian.

Masalahnya, kepulangan Belanda dilakukan tanpa menandatangani perjanjian damai dengan Kepulauan Scilly, sehingga secara teknis perang masih berlangsung.

Baca juga: Kisah Perang: Benarkah Rusia Menang Pertempuran Kursk, Adu Tank Terbesar di Dunia?

Konflik ini kemudian terlupakan selama beratus-ratus tahun dan baru teringat lagi pada 1985.

Kala itu, sejarawan lokal Scilly bernama Roy Duncan menulis surat untuk Kedutaan Besar Belanda di London.

Setelah menggali temuan-temuan tentang perang di Kepulauan Scilly, ditemukan bahwa Belanda secara teknis masih berperang di sana.

Setelah melakukan penelitian, Pemerintah Belanda membenarkan pernyataan Duncan itu. Akhirnya, Duta Besar Belanda di London, Rein Huydecoper, berkunjung ke Kepulauan Scilly pada 17 April 1986.

Hari itu juga Dubes Huydecoper langsung menandatangani perjanjian damai, menyudahi 335 tahun perang terlama sepanjang sejarah antara Belanda dan Kepulauan Scilly.

"Pasti mengerikan mengetahui kita bisa diserang kapan saja," ujar Huydecoper saat menandatangani perjanjian damai yang mengakhiri 335 tahun perang terlama di dunia.

Baca juga: Skandal Marguerite: PSK Simpanan Pangeran Inggris, Pemeras Pria Kaya, dan Pembunuh Suaminya

Sumber: Kompas.com (Penulis: Ervan Hardoko | Editor: Ervan Hardoko)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com