Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Cara Barat Pakai Aset Rusia yang Dibekukan untuk Dukung Ukraina?

Kompas.com - 15/06/2024, 05:00 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Sumber DW

MENDANAI upaya Ukraina melawan invasi Rusia telah berkembang menjadi isu politik yang sensitif dalam waktu dua setengah tahun terakhir ini. Sejauh ini, komunitas internasional telah menyumbang bantuan senilai 321 miliar dolar AS kepada Ukraina. Namun, jumlah itu tampaknya belum cukup untuk sepenuhnya menopang negara tersebut.

April lalu, Kongres Amerika Serikat (AS) akhirnya menyetujui paket bantuan baru kepada Ukraina senilai 61 miliar dolar setelah melalui perdebatan panjang terkait apakah uang itu lebih baik digunakan untuk masalah domestik. Masalah serupa juga muncul selama pemilihan umum (pemilu) Uni Eropa akhir pekan lalu, yang hasilnya memperlihatkan bahwa partai-partai ultra kanan semakin banyak dapat dukungan.

Sementara itu, AS dan Uni Eropa juga sedang berupaya keras untuk mencapai kesepakatan terkait apa yang harus dilakukan dengan aset sekitar 300 miliar dolar dari bank sentral Rusia yang dibekukan sebagai salah satu bagian dari sanksi Barat atas invasi Rusia ke Ukraina.

Baca juga: Hukum Moskwa, Komisi Eropa Usul Sita Aset Rusia yang Dibekukan

Di satu sisi, Washington ingin menggunakan uang-uang itu untuk membiayai upaya perang Ukraina. Namun, karena sebagian besar dana yang dibekukan itu berada di Eropa, Brussels mengatakan tidak kepada saran tersebut. Alasannya, adanya celah hukum,  pembekuan aset dilakukan saat Barat tidak sedang secara langsung berperang dengan Rusia.

“Dana itu tidak akan pernah dikembalikan ke Rusia, setidaknya selama Vladimir Putin menjadi presiden,” kata Jacob Kirkegaard, peneliti senior di lembaga pemikir German Marshall Fund kepada DW. “Namun, tidak ada kemauan politik atau hukum untuk mengatakannya secara terang-terangan.”

Setelah dua tahun berdebat, para pemimpin G7 pada Kamis (14/6/2024) akhirnya sepakat untuk menggunakan dana yang dibekukan tersebut.

Memberikan Pinjaman Satu Kali kepada Kyiv

Alih-alih langsung menggunakan 300 miliar dolar yang mereka tahan itu, rencana yang muncul adalah memanfaatkan bunga yang dihasilkan dari aset tersebut, yang diperkirakan berjumlah beberapa miliar dolar per tahun, sebagai jaminan untuk pinjaman satu kali hingga 50 miliar dolar bagi Ukraina.

“Ukraina mengalami defisit fiskal yang sangat besar, sekitar 20-30 persen dari PDB,” kata Yuriy Gorodnichenko, profesor ekonomi asal Ukraina di Universitas California, Berkeley, kepada DW. Sebagai perbandingan, defisit fiskal Yunani hanya mencapai 13,5 persen ketika berada pada puncak krisis utang.

“Defisit seperti Ukraina sangat sulit untuk dibiayai secara internal. Kami tidak memiliki pasar keuangan yang maju, ekonomi tidak berjalan dengan baik, dan banyak harga aset yang tertekan. Kami membutuhkan dukungan internasional untuk perang ini,” tambahnya.

Gorodnichenko menjelaskan, pemerintah Ukraina – yang membutuhkan 100-150 miliar dolar setiap tahun untuk menjalankan negara dan perang secara bersamaan, hampir tidak menerima bantuan selama dua bulan pertama tahun ini. Akibatnya, hal itu “menciptakan banyak ketidakpastian tentang berapa banyak yang harus dikeluarkan untuk persenjataan dan kebutuhan dalam negeri,” katanya.

Baca juga: Kanada Ingin Pakai Aset Rusia yang Disita untuk Bantu Ukraina

Situasinya menjadi lebih buruknya karena Ukraine Support Tracker yang disusun Kiel Institute untuk World Economy, baru-baru ini mengungkap bahwa hanya setengah dari 61 miliar dolar yang terakhir kali dijanjikan pemerintahan Biden akan diberikan secara langsung kepada Ukraina. Sisanya akan digunakan untuk menopang Departemen Pertahanan AS. Hal tersebut menunjukkan adanya kesenjangan besar antara apa yang telah dijanjikan dan apa yang telah direalisasikan oleh negara-negara pendukung Ukraina.

Meskipun tambahan 50 miliar dolar ini akan sangat disambut baik Kyiv, solusi kompromi tersebut di sisi lain juga akan menghadirkan tantangan bagi para pembuat kebijakan. Hal ini karena untuk membayar kembali pinjaman tersebut, mereka akan harus melakukan pembayaran bunga selama beberapa tahun atas aset yang dibekukan.

“Jika anda melakukan sekuritisasi dan menerbitkan obligasi berdasarkan pengembalian masa depan tersebut hari ini, anda harus menjamin bahwa aset yang mendasarinya akan tetap dibekukan selama, katakanlah, 10-20 tahun,” kata Kirkegaard.

“Jadi seseorang perlu menjamin bahwa aset-aset ini tidak akan dikembalikan ke Rusia untuk sementara waktu. Jadi, apakah kita secara langsung mengatakan bahwa Rusia tidak akan mendapatkan kembali uangnya dan apakah itu merupakan penyitaan tersembunyi?”

Kirkegaard menambahkan, mungkin akan sulit untuk mencairkan jumlah pokok setelah perang untuk membantu mendanai rekonstruksi Ukraina karena uang tersebut akan digunakan selama lebih dari satu dekade untuk mendukung rencana pinjaman baru ini.

“Jika anda percaya bahwa Ukraina pada akhirnya akan menang dan perlu dibangun kembali pada suatu titik, maka aset-aset ini, jika tetap terkunci atau dibekukan selama 10 tahun, mungkin tidak akan tersedia saat pembangunan kembali dimulai dalam, katakanlah, tiga hingga lima tahun,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com