Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Pemulihan Keamanan di Ekuador Picu Kekhawatiran Terkait HAM

Kompas.com - 13/06/2024, 17:00 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Sumber Al Jazeera

SEORANG remaja 19 tahun asal Ekuador, Carlos Javier Vega, meninggalkan rumahnya bersama sepupunya, Eduardo Velasco, pada 2 Februari lalu. Vega dan Velasco hendak bertemu seorang teman mereka yang tertarik untuk membeli seekor anjing dari mereka. Anjing jenis pit bull milik Velasco kebetulan baru saja melahirkan seekor anak anjing.

Namun, rupanya itu menjadi momen terakhir keluarganya melihat Vega masih hidup.

Mobil Chevrolet Aveo merah yang dikendarai Velasco tak berhasil melewati pos pemeriksaan militer saat mereka sedang melaju menuju Universitas Politecnica Salesiana, tempat mereka dan sang pembeli hendak bertemu.

Beberapa jam kemudian, militer Ekuador mengunggah foto-foto ke Facebook yang menampilkan Vega dan Velasco tergeletak di tanah dengan pakaian yang bersimbah darah serta wajah yang diburamkan.

Baca juga: Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

“Dua teroris ditangkap sebelum mencoba menyerang pos pemeriksaan militer,” bunyi baris pertama keterangan foto-foto tersebut.

Apa yang menimpa Vega dan Velasco di hari itu segera menjadi pusat perhatian media nasional, khususnya media menyoroti upaya Presiden Daniel Noboa memulihkan keamanan di Ekuador.

Dalam beberapa tahun terakhir, Ekuador telah bergulat dengan tingginya kasus kejahatan terorganisir. Status Ekuador pun berubah dari salah satu negara teraman di Amerika Latin, menjadi negara dengan tingkat pembunuhan tertinggi di wilayah tersebut.

Noboa, seperti pendahulunya, Guillermo Lasso, merespon peningkatan angka kejahatan tersebut dengan mengumumkan serangkaian keadaan darurat dengan keadaan darurat terbaru diumumkan sebulan lalu.

Penerapan keadaan darurat memungkinkan Noboa meningkatkan kehadiran militer di seluruh penjuru Ekuador dan memperluas kekuasaannya. Secara bersamaan, Noboa bisa menangguhkan kebebasan sipil tertentu guna meningkatkan keamanan.

Namun, para pembela hak asasi manusia memperingatkan, militerisasi dapat menyebabkan meningkatnya resiko pelanggaran hak asasi manusia, seperti apa yang dialami Vega.

Ibu dari Vega, Laura Ipanaque, masih berjuang untuk memahami alasan mengapa para tentara  membunuh anaknya,

“Saya masih tidak dapat menemukan alasan atas apa yang mereka lakukan,” katanya kepada Al Jazeera.

Pertemuan Penuh Kekerasan

Dalam sebuah unggahan di media sosial, Angkatan Bersenjata Ekuador menjelaskan bahwa tentara melepaskan tembakan karena mobil yang dinaiki Vega dan Velasco “berusaha menghindari kontrol, menabrak personel militer, dan menabrak kendaraan patroli.”

Untuk menjustifikasi aksinya, angkatan bersenjata mengutip perintah eksekutif dari Presiden Noboa pada bulan Januari, yang menyatakan bahwa keadaan darurat diperlukan untuk mengatasi “konflik bersenjata internal” yang terjadi di Ekuador.

Perintah tersebut secara spesifik memberi wewenang kepada militer untuk “menetralkan” kelompok kriminal dan pelaku “teroris” lainnya.

Namun, keluarga Vega masih yakin bahwa tuduhan terhadap anak laki-lakinya itu hanyalah upaya untuk menutup-nutupi. Keluarga Vega dengan tegas menolak anaknya dianggap sebagai “teroris”.

Ipanaque bercerita, anaknya itu merupakan remaja yang hangat, sangat religius, serta seorang pekerja keras.

“Kami telah pergi ke gereja Kristen sejak Carlos masih sangat kecil. Dia bermain bass di paduan suara setempat. Dia bekerja dari Senin hingga Jumat di toko roti kami dan pergi latihan di akhir pekan. Dia orang yang bahagia, berhati-hati, dan penuh kasih sayang,” kata Ipanaque.

Velasco yang ada bersama Vega pada saat kejadian juga membantah pernyataan militer tersebut. Velasco mengatakan kepada Al Jazeera, mobil yang ia kendarai hari itu adalah mobil yang ia gunakan untuk pekerjaannya sebagai pengemudi pribadi. Karena itu, mobilnya pun dilengkapi dengan sekat pemisah di belakang kursi pengemudi.

Baca juga: Wali Kota Termuda di Ekuador Tewas Ditembak di Tengah Situasi Darurat Antigeng 

Saat ia dan Vega hampir sampai di titik temu, tiba-tiba mereka bertemu dengan tiga tentara yang menghalangi jalan. Velasco bercerita bahwa para tentara menolak untuk membiarkan mereka lewat. Velasco berusaha membujuk para tentara tersebut, tetapi para tentara tetap bersikeras.

Velasco akhirnya memindahkan gigi mobil ke gigi mundur. Namun, ia justru menabrak kendaraan keamanan secara tidak sengaja ketika sedang melaju mundur.

Terkejut oleh tabrakan itu, ia melaju kencang ke arah depan, menghentikan kendaraannya tepat di depan pos pemeriksaan. Saat itulah ia mendengar suara tembakan.

“Saya melihat sepupu saya jatuh ke sekat mobil dan membiru,” kata Velasco kepada Al Jazeera.

Tak lama setelah itu, Velasco kembali mendengar suara tembakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com