Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Kompas.com - 23/04/2024, 12:00 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Sumber BBC,DW

AMERIKA Serikat (AS), Inggris, dan Uni Eropa memperluas sanksi terhadap Iran sebagai respon atas serangan drone dan rudal Iran ke Israel pada 13 April 2024. Program drone Iran, produsen baja, dan perusahaan kendaraan yang terkait dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan Kementerian Pertahanan negeri itu jadi target sanksi AS kali ini.

Presiden AS, Joe Biden mengatakan, para pemimpin G7 berkomitmen untuk secara kolektif meningkatkan tekanan ekonomi terhadap Iran.

“Sekutu dan mitra kami telah atau akan mengeluarkan sanksi dan tindakan tambahan untuk membatasi program militer Iran yang mengganggu stabilitas,” kata Biden.

Sejak Biden naik ke kursi kepresidenan tiga tahun lalu, AS telah mengenakan lebih dari 600 sanksi terhadap entitas-entitas terkait dengan Iran, menurut data Departemen Keuangan AS.

IRGC juga jadi target dalam sanksi oleh Inggris kali ini. Sebelumnya, Inggris telah mengenakan 400 sanksi terhadap Iran.

Baca juga: Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Uni Eropa juga setuju untuk memperluas sanksi terhadap para produsen drone dan rudal Iran setelah sebelumnya memberlakukan sanksi terhadap Iran terkait penjualan drone ke Rusia untuk digunakan dalam konflik di Ukraina.

Langkah memperluas sanksi itu diambil untuk meminimalisir eskalasi konflik secara militer lebih lanjut. Alih-alih mendorong Israel untuk melakukan serangan balasan, mereka menggunakan jalur diplomatik.

Pemerintah Israel telah berulang kali mengancam akan membalas serangan Iran tersebut. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu berkata Israel akan “melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk mempertahankan diri”.

Namun, Menteri Luar Negeri Inggris, Lord Cameron dalam pertemuannya dengan Netanyahu pada 17 April mengatakan bahwa respon apapun harus dilakukan secara “cerdas” dan terbatas. Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, memperingatkan bahwa “eskalasi yang signifikan hanya akan memperdalam ketidakstabilan di kawasan.”

Jika pada akhirnya konflik Iran-Israel tetap terus mengalami eskalasi, apakah ekonomi Iran mampu menghadapi eskalasi konflik itu?

Iran Tidak Siap Perang dari Segi Ekonomi

Perekonomian Iran sangat banyak bergantung pada perdagangan minyak. Bagi Iran, pendapatan dari perdagangan minyak yang bernilai miliaran dolar memainkan peran penting pada kestabilan dalam negeri.

Begitu pula kemampuan Iran dalam mempertahankan diri dari eskalasi militer dengan Israel akan sangat bergantung dengan bagaimana sanksi baru Barat dapat memengaruhi ekspor minyak. Walau sanksi Barat sebelum-sebelumnya terbukti tidak memberikan dampak signifikan terhadap perdagangan minyak Iran, tetap saja Iran perlu waspada.

Terlebih lagi, akhir-akhir ini juga mulai tumbuh kekhawatiran di antara para petinggi Iran atas potensi serangan Israel terhadap instalasi-instalasi minyak di Iran.

Perekonomian Iran di sisi lain juga tercekik oleh inflasi. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com