Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) yang Stafnya Dituding Bantu Hamas

Kompas.com - 29/01/2024, 12:11 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

BADAN Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East/UNRWA) tengah menjadi sorotan dunia internasional setelah muncul tudingan dari Israel bahwa beberapa orang staf lembaga itu terlibat dalam serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober 2023. Serangan itu menewakan 1.000 lebih warga Israel, termasuk warga sipil. Hamas juga menyandera sejumlah orang ketika itu dan sampai saat ini ada yang belum dibebaskan.

UNRWA telah memecat beberapa stafnya sebagai tindak lanjut atas tudingan Israel. Lembaga itu juga menjanjikan penyelidikan menyeluruh terkait hal tersebut.

Sejumlah negara donor UNRWA telah memutuskan untuk menghentikan sementara bantuannya kepada lembaga itu. Sementara Israel bersumpah untuk menghentikan pekerjaan badan PBB itu di Jalur Gaza begitu perang berakhir.

Baca juga: Kian Banyak Negara Hentikan Pendanaan untuk Badan PBB di Palestina, Apa Penyebabnya?

Sejarah dan Peran UNRWA

UNRWA merupakan sebuah badan yang dibentuk Majelis Umum (MU) PBB tahun 1949 untuk memberikan bantuan, layanan kesehatan dan pendidikan bagi warga Palestina yang kehilangan rumah dan mata pencahariannya selama perang Arab-Israel tahun 1948.

Badan itu mulai beroperasi tahun 1950. Awalnya UNRWA berkantor pusat di Beirut, Lebanon tetapi kemudian dipindahkan ke Wina, Austria, tahun 1978. Tahun 1996 Majelis Umum PBB memindahkan badan tersebut ke Jalur Gaza untuk menunjukkan komitmen Majelis Umum terhadap proses perdamaian Arab-Israel.

Lembaga itu awalnya dirancang sebagai badan sementara, meskipun mandatnya terus diperbarui setiap tiga tahun oleh Majelis Umum.

UNRWA menyediakan kamp, makanan, pakaian, sekolah, dan pelatihan kejuruan, dan klinik kesehatan bagi para pengungsi Palestina.

Baca juga: Bagaimana Nasib 5,9 Juta Pengungsi Palestina di Timur Tengah?

UNRWA mendefinisikan pengungsi Palestina sebagai “orang-orang yang tempat tinggalnya di Palestina pada periode 1 Juni 1946 hingga 15 Mei 1948, dan yang kehilangan rumah dan mata pencahariannya akibat konflik tahun 1948.”

Layanan UNRWA tersedia bagi semua orang yang tinggal di wilayah operasinya yang memenuhi definisi di atas, yang terdaftar di badan tersebut dan yang membutuhkan bantuan. Keturunan laki-laki pengungsi Palestina, termasuk anak angkat, juga berhak untuk mendaftar sebagai pengungsi.

Ketika mulai beroperasi tahun 1950, badan itu bertanggung untuk melayani kebutuhan sekitar 750.000 pengungsi Palestina. Saat ini, sekitar 5,9 juta pengungsi Palestina memenuhi syarat untuk mendapatkan layanan UNRWA.

Hampir sepertiga dari pengungsi Palestina yang terdaftar (lebih dari 1,5 juta orang), tinggal di 58 kamp pengungsi Palestina yang diakui di Yordania, Lebanon, Suriah, Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur.

Kamp pengungsi Palestina merupakan sebidang tanah yang diserahkan kepada UNRWA oleh pemerintah negara tuan rumah untuk menampung para pengungsi Palestina dan mendirikan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan mereka. Area yang tidak ditetapkan sebagai kamp, tidak diakui sebagai kamp.

Namun, UNRWA juga memiliki sekolah, pusat kesehatan, dan pusat distribusi di daerah di luar kamp yang diakui di mana pengungsi Palestina terkonsentrasi, seperti Yarmouk, dekat Damaskus, Suriah.

Bidang tanah di mana kamp-kamp yang diakui itu didirikan merupakan tanah negara atau, dalam banyak kasus, tanah yang disewa pemerintah tuan rumah dari pemilik tanah setempat. Artinya, para pengungsi di kamp tidak 'memiliki' tanah di mana tempat penampungan mereka dibangun. Mereka hanya mempunyai hak untuk 'menggunakan' tanah tersebut untuk tempat tinggal.

Kondisi sosial-ekonomi di kamp-kamp tersebut pada umumnya buruk, dengan kepadatan penduduk yang tinggi, kondisi tempat tinggal yang sempit dan infrastruktur dasar yang tidak memadai, seperti jalan dan saluran pembuangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com