Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Nasib 5,9 Juta Pengungsi Palestina di Timur Tengah?

Kompas.com - 19/01/2024, 18:00 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

SEBANYAK 5,9 juta pengungsi Palestina terdaftar tinggal di Timur Tengah. Itu merupakan jumlah komunitas pengungsi terbesar di dunia.

Tahun 2022, sekitar 40 persen (2,4 juta) dari hampir enam juta pengungsi Palestina tinggal di Yordania; 10 persen (581.000) di Suriah, meskipun sekitar seperlimanya diyakini telah melarikan diri ke negara lain sejak dimulainya perang saudara di Suriah; dan 8 persen (488.000) di Lebanon. Sisanya berada di wilayah yang diduduki Israel di Gaza (26 persen atau 1,3 juta) dan Tepi Barat (15 persen atau 901.00).

Angka-angka dari data UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East), badan khusus PBB untuk membantu pengungsi Palestina yang tinggal di Yordania, Lebanon, Suriah, Tepi Barat, dan Jalur Gaza.

UNRWA mendefinisikan pengungsi Palestina sebagai orang-orang yang tempat tinggalnya berada di Palestina antara Juni 1946 dan Mei 1948, dan yang kehilangan baik rumah maupun mata pencaharian sebagai akibat dari konflik 1948 dan peristiwa-peristiwa berikutnya yang terkait. Status tersebut mencakup keturunan orang-orang itu karena mereka mewarisi status itu dari orangtuanya.

Bagaimana kondisi mereka di negara-negara itu?

Yordania: Rumah bagi Pengungsi Palestina Terbanyak

Kerajaan Yordania merupakan satu-satunya negara Arab yang memberikan kewarganegaraan kepada para pengungsi Palestina.

"Lebih dari separuh populasi Yordania keturunan Palestina. Ratu Rania sendiri memiliki akar Palestina dan isu negara Palestina mendapat dukungan besar dari populasi dan pemerintah," kata Kelly Petillo, peneliti Timur Tengah di European Council on Foreign Relations kepada media Jerman, Deutsche Wele (DW).

Sejak konlfik Palestina muncul, Yordania "ramah" terhadap pengungsi Palestina. Tahun 1949, Yordania menerima sekitar 900.000 pengungsi Palestina. Negara itu mengubah Undang-Undang Kewarganegaraannya demi memberikan kewarganegaraan yang sama kepada orang Palestina.

Yordania kemudian menganeksasi wilayah Tepi Barat (Sungai Yordan) tahun 1950. Namun Yordania kehilangan wilayah itu karena kalah perang dengan Israel tahun 1967. Perang itu mengakibatkan 250.000 hingga 300.000 orang Palestina mengungsi ke Tepi Timur.

Seperti mereka yang melarikan diri tahun 1948, orang-orang Palestina dari Tepi Barat mempertahankan kewarganegaraan Yordania mereka. Namun, orang Palestina dari Gaza yang mengungsi ke Yordania setelah 1967 tidak dapat menjadi warga negara Yordania.

Setelah tahun 1988, ketika Yordania melepaskan klaimnya atas Tepi Barat, pemerintah juga mengambil langkah-langkah untuk membedakan antara orang-orang yang disebut Palestina-Yordania dan Transyordania (atau warga negara Yordania non-Palestina), dan menentang narasi Israel bahwa Yordania dapat berfungsi sebagai tanah air alternatif bagi orang Palestina.

Karena sekitar tiga perempat orang Palestina di Yordania merupakan warga negara Yordania, mereka cukup terintegrasi ke dalam kehidupan masyarakat dan ekonomi negara itu. Walaupun orang Palestina dari Gaza tetap dilarang menjadi warga negara dan dikecualikan dari sebagian besar layanan. Mereka yang dikecualikan itu terpaksa mengandalkan bantun UNRWA untuk pendidikan dan perawatan kesehatan.

Orang-orang dari Gaza juga harus memperbarui dokumen perjalanan mereka setiap dua tahun. Mereka harus memperoleh izin khusus untuk bekerja di sektor swasta, dan membayar dua kali lipat biaya kuliah untuk mengakses sekolah dan universitas negeri.

Para pengungsi Palestina yang tinggal di Suriah tetapi kemudian melarikan diri ke Yordania setelah perang sipil Suriah tahun 2011 — yang jumlahnya lebih dari 19.000 pada Juni 2022 — juga menghadapi tantangan itu. Tanpa kewarganegaraan Yordania, mereka tidak dapat bekerja dan mengakses layanan pemerintah. Berbeda dengan pengungsi lainnya dari Suriah, mereka dikecualikan dari bantuan UNHCR, dan terpaksa mengandalkan UNRWA.

Menurut UNRWA, tiga faktor, yaitu pandemi Covid-19, peningkatan harga komoditas, dan dampak ekonomi dari perang Rusia-Ukraina — telah memperburuk kemiskinan pengungsi Palestina dari Suriah. Sekitar 80 persen dari mereka bergantung pada bantuan UNRWA sebagai sumber pendapatan utama mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia, Apa Itu?

Internasional
Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com