KOMPAS.com - Mayoritas sejarawan Islam berpendapat bahwa asal-usul ISIS berakar dari Al-Qaeda di Irak sebagai respons terhadap invasi AS pada 2003.
Mereka juga yakin bahwa ISIS dibentuk oleh ekstremis Yordania dan kepala Al-Qaeda di Irak, Abu Musab Zarqawi.
Melansir The Atlantic pada 2019, disebutkan bahwa orang Yordania memiliki visi yang kelam, yaitu ingin memicu Perang Saudara antara Sunni dan Syiah serta berambisi untuk mendirikan kekhalifahan versinya.
Pada 2006, dilaporkan Zarqawi terbunuh dalam suatu serangan udara oleh Amerika Serikat di Baquba pada 7 Juni 2006.
Baca juga: Anggota ISIS Shamima Begum Tepergok Mengantre di Bank yang Membayar Uang Ilegal
Meski pendirinya telah tewas, visi ISIS ini tetap dijalankan dan diwujudkan pada 2014, ketika kelompok teroris ini menguasai Irak utara dan Suriah timur.
Narasi tentang asal-usul ideologi ISIS sering kali berfokus pada fakta bahwa Zarqawi dan Osama bin Laden, keduanya sama-sama ekstremis Sunni yang berbeda pendapat tentang takfir atau ekskomunikasi dan memerangi Syiah.
Perbedaan seperti itu, menurut ceritanya, diperkuat di Irak dan akhirnya menyebabkan perpecahan antara ISIS dan Al-Qaeda.
Berdasarkan asumsi ini, banyak yang menyimpulkan bahwa Zarqawi pasti memberikan kerangka intelektual untuk ISIS.
Namun, disebutkan oleh The Atlantic bahwa modus operandi ISIS didasari jauh sebelum dari invasi AS berlangsung dan dilakukan oleh seseorang bernama Abdulrahman al-Qaduli yang lebih dikenal dengan julukan Abu Ali al-Anbari.
Anbari berasal dari Niniwe, Irak, yang memberikan pendekatan radikal untuk kelompok teroris ini lebih kuat serta pengaruhnya lebih sistematis, tahan lama, lebih dari Zarqawi.
Baca juga: Seperti Ini Kengerian Serangan ISIS di Kota Mozambik
Asumsi itu berangkat dari dokumen 93 halaman yang menceritakan kehidupan Anbari serta peta ekstremis di sekitar Irak pada 1990-an.
Pada 2016, tak lama setelah pembunuhan Anbari, putranya, Abdullah, menulis biografi untuk penggunaan internal ISIS yang sebagian diterbitkan di majalah mingguan, Ak-Naba.
Abdullah pernah menyatakan bahwa biografinya didasarkan pada 16 tahun bekerja sama dengan ayahnya, diari yang disimpan Anbari, dan akun langsung Anbari dari sesama anggota ISIS.
Pembangkang dalam ISIS baru-baru ini menyebarkan dokumen lengkapnya di media sosial.
Selain biografi karya Abdullah, asumsi itu dibangun dari serangkaian ceramah yang disampaikan Anbari pada 2014 dan 2015, serta catatan dari The Atlantis dalam wawancara dengan anggota organisasi dan pemberontak Suriah.