Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjaga Pantai Yunani Dituding Lempar Para Migran ke Laut dan Biarkan Mereka Tewas

Kompas.com - 19/06/2024, 10:14 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber BBC

SEJUMLAH saksi mata mengatakan, penjaga pantai Yunani telah menyebabkan kematian puluhan migran di Laut Tengah (Mediterania), termasuk sembilan orang yang sengaja dibuang ke laut, selama tiga tahun terakhir.

Berdasarkan analisis BBC, sembilan orang itu merupakan bagian dari 40 orang lebih yang diduga telah tewas akibat dipaksa keluar dari wilayah perairan Yunani, atau dibawa kembali ke tengah laut setelah mencapai pulau-pulau Yunani.

Penjaga pantai Yunani mengatakan kepada BBC bahwa mereka membantah tuduhan itu.

BBC kemudian menunjukkan kepada seorang mantan perwira senior penjaga pantai Yunani rekaman tentang 12 orang yang dinaikkan ke dalam perahu penjaga pantai Yunani, dan kemudian ditinggalkan di atas perahu. Saat dia bangkit dari kursinya, dan dengan mikrofon masih menyala, dia mengatakan bahwa hal itu “jelas ilegal” dan “kejahatan internasional”.

Baca juga: Kronologi Tenggelamnya Kapal Imigran di Lepas Pantai Yunani, Menewaskan 79 Orang dan Ratusan Lainnya Hilang

Pemerintah Yunani sudah lama dituduh telah melakukan pemulangan paksa – mendorong orang-orang kembali ke Turki, tempat dari para migran itu menyeberang. Pemulangan paksa seperti itu merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional.

Ada Saksi Mata

Namun, ini pertama kalinya BBC menyusun estimasi jumlah insiden yang diduga berakibat fatal karena tindakan penjaga pantai Yunani. Sebanyak 15 insiden dianalisis BBC - dari Mei 2020 hingga 2023 yang mengakibatkan 43 kematian. Sumber awal laporan adalah media lokal, sejumlah LSM, dan penjaga pantai Turki.

BBC menyatakan, memverifikasi laporan seperti itu sangatlah sulit. Para saksi sering kali menghilang, atau terlalu takut untuk berbicara. Namun dalam empat dari kasus-kasus itu BBC dapat menguatkan laporan dengan berbicara dengan sejumlah saksi mata.

Penelusuran BBC, yang ditampilkan dalam film dokumenter BBC berjudul Dead Calm: Killing in the Med?, menunjukkan adanya pola yang jelas.

Dalam lima insiden, para migran mengatakan mereka dibuang langsung ke laut oleh pihak berwenang Yunani. Dalam empat kasus, mereka menjelaskan bagaimana mereka mendarat di pulau-pulau Yunani tetapi kemudian diburu.

Dalam beberapa insiden lainnya, para migran mengatakan mereka ditempatkan ke atas rakit tiup tanpa motor yang kemudian mengempis atau tampaknya sengaja dilubangi biar bocor.

Salah satu kisah paling mengerikan disampaikan seorang pria Kamerun. Dia mengatakan dirinya dikejar oleh otoritas Yunani setelah mendarat di pulau Samos pada September 2021.

Seperti semua orang yang diwawancarai BBC, dia juga mengatakan bahwa dirinya berencana untuk mendaftar di Yunani sebagai pencari suaka.

“Kami baru saja merapat, dan polisi datang dari belakang,” katanya kepada BBC. "Ada dua polisi berpakaian hitam, dan tiga lainnya berpakaian sipil. Mereka bertopeng, Anda hanya bisa melihat matanya."

Dia dan dua orang lainnya – ada seorang lagi dari Kamerun dan seorang pria lainnya dari Pantai Gading – dipindahkan ke kapal penjaga pantai Yunani. Di atas kapal itu keadaan berubah menjadi mengerikan.

“Mereka memulai dengan orang Kamerun (yang lain, bukan dirinya). Mereka melemparkannya ke dalam air. Pria Pantai Gading berkata, ‘Selamatkan saya, saya tidak ingin mati’... dan akhirnya hanya tangannya yang berada di atas air, dan tubuhnya berada di bawah air.

"Perlahan-lahan tangannya masuk ke bawah air, dan air pun menelannya."

Orang yang diwawancarai BBC itu mengatakan bahwa para penculiknya memukulinya.

“Pukulan menghujani kepala saya. Rasanya seperti mereka sedang meninju binatang.”

Dia mengatakan, mereka kemudian mendorong dia ke dalam air, padahal dia tidak mengenakan jaket pelampung. Dia lalu akhirnya bisa berenang ke pantai, tetapi mayat dua orang lainnya – Sidy Keita dan Didier Martial Kouamou Nana – ditemukan di garis pantai Turkiye.

Para pengacara dari korban yang selamat itu menuntut pihak berwenang Yunani membuka kasus pembunuhan ganda.

Seorang pria lain, dari Somalia, menceritakan kepada BBC bagaimana pada Maret 2021 dia ditangkap tentara Yunani setibanya di pulau Chios, yang kemudian menyerahkannya ke penjaga pantai Yunani. Menurut dia, penjaga pantai mengikat tangannya ke belakang punggung, sebelum melemparkannya ke dalam air.

“Mereka melempar saya dengan tangan terikat ke tengah laut. Mereka ingin saya mati,” katanya.

Baca juga: Turkiye Tuduh Kapal Penjaga Pantai Yunani Tembaki Kapal-kapal Kargo di Laut Aegea

Ia mengaku bisa bertahan hidup dengan cara mengapung telentang, sebelum salah satu tangannya terlepas dari ikatan. Namun laut sedang berombak saat itu, dan tiga orang dari kelompoknya tewas. Orang yang diwawancarai BBC itu berhasil mendarat dan dia akhirnya terlihat oleh penjaga pantai Turkiye.

Dari sejumlah insiden yang dianalisis BBC, insiden dengan korban jiwa tertinggi terjadi pada September 2022. Sebuah perahu yang membawa 85 migran mengalami masalah di dekat Pulau Rhodes, Yunani, ketika motornya mati.

Mohamed, pria dari Suriah, mengatakan kepada BBC bahwa mereka menelepon penjaga pantai Yunani untuk meminta bantuan. Penjaga pantai Yunani kemudian menaikkan mereka ke kapal lalu mengembalikan mereka ke perairan Turkiye dan memasukkan mereka ke dalam rakit penyelamat. Mohamed mengatakan rakit yang diberikan kepadanya dan keluarganya belum ditutup dengan benar katupnya.

“Kami segera mulai tenggelam, mereka melihat hal itu.... Mereka mendengar kami semua berteriak, namun mereka tetap meninggalkan kami,” katanya kepada BBC.

“Anak pertama yang meninggal adalah putra dari sepupu saya... Setelah itu satu per satu anak-anak meninggal, lalu sepupu saya sendiri menghilang. Pagi harinya tujuh atau delapan anak meninggal. Anak-anak saya baru meninggal pada pagi hari... tepat sebelum penjaga pantai Turki tiba.”

Hukum Yunani mengizinkan semua migran yang mencari suaka untuk mendaftarkan klaim mereka di pusat-pusat pendaftaran khusus di beberapa pulau.

Operasi Rahasia

Namun orang-orang yang diwawancarai BBC, yang dihubungi dengan bantuan badan bantuan migran Consolidated Rescue Group, mengatakan bahwa mereka ditangkap sebelum bisa sampai ke pusat-pusat pendafaran tersebut. Mereka mengatakan, orang-orang yang menangkap mereka itu tampaknya beroperasi secara sembunyi-sembunyi, tidak berseragam, dan sering kali menggunakan masker.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh bahwa ribuan orang yang mencari suaka di Eropa telah dipaksa kembali secara ilegal dari Yunani ke Turki dan tidak diberi hak untuk mencari suaka, padahal hal itu diatur dalam hukum internasional dan Uni Eropa.

Aktivis asal Austria, Fayad Mulla, mengatakan kepada BBC bahwa dia mengetahui betapa rahasianya operasi semacam itu pada Februari tahun lalu di pulau Lesbos, Yunani.

Saat bekendara menuju lokasi dugaan pemulangan paksa para migran, setelah dia mendapat informasi, dia dihentikan seorang pria bertudung - yang kemudian diketahui bekerja untuk polisi. Dia mengatakan, polisi kemudian berusaha menghapus rekaman di kamera dasbornya dan menuduhnya telah melawan polisi.

Dua bulan kemudian, di tempat serupa, Mulla berhasil memfilmkan pengembalian paksa para migran. Film itu diterbitkan The New York Times.

Sekelompok orang yang terdiri dari perempuan dan bayi diturunkan dari bagian belakang sebuah van tak bertanda dan digiring menuruni dermaga menuju sebuah perahu kecil. Mereka kemudian dipindahkan ke sebuah kapal penjaga pantai Yunani yang lalu menjauh dari garis pantai, dibawa ke laut, dan kemudian dinaikkan ke dalam rakit di mana mereka dibiarkan hanyut.

Mereka kemudian diselamatkan oleh penjaga pantai Turkiye.

BBC menunjukkan rekaman itu- yang telah diverifikasi BBC - kepada Dimitris Baltakos, mantan kepala operasi khusus penjaga pantai Yunani.

Selama wawancara, dia menolak untuk berspekulasi tentang apa yang ditunjukkan rekaman tersebut - setelah sebelumnya menyangkal bahwa penjaga pantai Yunani diminta melakukan sesuatu yang ilegal. Namun saat istirahat, dia terekam berkata kepada seseorang dalam bahasa Yunani:

"Saya tidak bercerita banyak pada mereka, kan? Semuanya sudah jelas sekali. Itu bukan sesuatu yang rumit. Saya tidak tahu mengapa mereka melakukannya di siang hari bolong... Itu... jelas ilegal. Itu kejahatan internasional."

Yunani Pintu Masuk ke Eropa 

Kementerian Urusan Maritim dan Kebijakan Kepulauan Yunani mengatakan kepada BBC bahwa rekaman itu saat ini sedang diselidiki Otoritas Transparansi Nasional yang independen.

Romy van Baarsen, seorang jurnalis investigasi yang diajak bicara BBC di Pulau Samos mengatakan, dia mengobrol dengan anggota pasukan khusus Yunani melalui aplikasi kencan Tinder. Ketika anggota pasukan khusus itu meneleponnya dari apa yang orang itu gambarkan sebagai "kapal perang", Romy van Baarsen bertanya tentang pekerjaan anggota pasukan khusus tersebut - dan apa yang terjadi ketika pasukannya melihat sebuah perahu pengungsi.

Dia menjawab bahwa mereka "mengusir mereka kembali", dan mengatakan perintah tersebut "berasal dari menteri", dan menambahkan bahwa mereka akan dihukum jika gagal menghentikan sebuah kapal.

Yunani selalu membantah apa yang disebut “penolakan” sedang terjadi.

Yunani merupakan pintu masuk ke Eropa bagi banyak migran. Tahun lalu, terdapat 263.048 kedatangan migran melalui laut di Eropa, dan Yunani menerima 41.561 (16 persen) dari jumlah tersebut.

Turkiye menandatangani perjanjian dengan Uni Eropa pada tahun 2016 untuk menghentikan migran dan pengungsi menyeberang ke Yunani. Namun, pada tahun 2020 Turkiye mengatakan bahwa mereka tidak dapat lagi menerapkan perjanjian itu.

BBC menyerahkan hasil investigasinya ke pihak penjaga pantai Yunani. Mereka menjawab bahwa para stafnya telah bekerja “tanpa kenal lelah dengan profesionalisme tertinggi, rasa tanggung jawab yang kuat dan menghormati kehidupan manusia dan hak-hak dasar”, dan menambahkan bahwa mereka “sepenuhnya mematuhi kewajiban internasional negara tersebut”.

Pihak penjaga pantai juga menambahkan, "Perlu digarisbawahi bahwa dari tahun 2015 hingga 2024, Penjaga Pantai Hellenic telah menyelamatkan 250.834 pengungsi/migran dalam 6.161 insiden di laut. Pelaksanaan misi mulia yang sempurna ini telah diakui secara positif oleh komunitas internasional."

Penjaga pantai Yunani sebelumnya dikritik terkait perannya dalam kecelakaan kapal migran terbesar di Laut Tengah dalam satu dekade terakhir. Lebih dari 600 orang dikhawatirkan tewas setelah kapal Adriana tenggelam di area yang berada dalam wilayah pengawasan Yunani pada Juni tahun lalu.

Pejabat Yunani menegaskan, kapal itu tidak dalam bahaya dan sedang berlayar dengan aman menuju Italia, sehingga penjaga pantai tidak melakukan tindakan penyelamatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com