Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Invasi Rusia ke Ukraina Menimbulkan Emisi Karbon yang Besar

Kompas.com - 14/06/2024, 10:04 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber Reuters

SEBUAH laporan penelitian yang terbit Kamis (13/6/2024) menyatakan, invasi Rusia ke Ukraina telah secara langsung menyebabkan atau memicu emisi sejumlah 175 juta ton karbon dioksida (CO2) ke atmosfer.

Laporan itu, yang diterbitkan Kementerian Lingkungan Hidup Ukraina dan sejumlah LSM (lembaga swadaya masyarakat) yang bergerak di bidang iklim, mengatakan perkiraan mereka mencakup emisi yang telah dikeluarkan dan emisi yang akan dihasilkan selama pekerjaan perbaikan setelah kehancuran yang disebabkan oleh invasi sejak Februari 2022 itu.

Laporan tersebut menguraikan beberapa kegiatan utama yang menghasilkan emisi karbon yang disebabkan oleh peperangan.

Baca juga: Studi Terbaru: Sekitar 3 Warga AS Hasilkan Emisi Karbon yang Bisa Membunuh 1 Orang

“Miliaran liter bahan bakar digunakan oleh kendaraan militer, hampir satu juta hektar ladang dan hutan dibakar, ratusan fasilitas minyak dan gas diledakkan, dan sejumlah besar baja dan semen dipakai untuk memperkuat ratusan mil garis depan,” kata laporan itu.

Masih menurut studi tersebut, perkiraan 175 juta ton itu setara dengan emisi tahunan yang dihasilkan oleh 90 juta mobil, atau seluruh wilayah Belanda dalam setahun.

Kerusakan Lingkungan

Perang yang dilancarkan Moskwa telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat jutaan orang lainnya mengungsi. Perang itu juga menyebabkan kerusakan lingkungan yang besar saat kedua pihak terlibat dalam perang darat terbesar di Eropa dalam 80 tahun terakhir.

Laporan tersebut, yang berupaya mengukur jejak karbon perang, disusun atas kerja sama Kementerian Lingkungan Hidup Ukraina dan para peneliti iklim dari Ukraina dan negara-negara lain.

Laporan itu menggunakan ukuran yang disebut Biaya Sosial Karbon (Social Cost of Carbon) untuk menghitung perkiraan biaya finansial dari emisi tambahan.

“Total kerusakan iklim yang disebabkan oleh Federasi Rusia setelah 24 bulan perang berjumlah lebih dari 32 miliar dolas AS,” kata laporan tersebut.

Emisi akibat perang dalam laporan itu dapat dibagi menjadi tiga bagian: sepertiga bersumber dari aktivitas militer, sepertiga dari baja dan beton yang dibutuhkan untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak, dan sepertiga terakhir berasal dari berbagai faktor lainnya, termasuk kebakaran dan perpindahan penduduk.

 

“Pada bulan-bulan awal perang, sebagian besar emisi disebabkan oleh penghancuran infrastruktur sipil dalam skala besar yang memerlukan upaya rekonstruksi besar-besaran pasca-perang,” kata laporan itu.

“Sekarang, setelah dua tahun perang, bagian emisi terbesar berasal dari gabungan peperangan, kebakaran lahan, dan kerusakan pada infrastruktur energi."

Menurut laporan itu, aktivitas militer bertanggung jawab atas pengeluaran emisi yang bila dihitung setara dengan 51,6 juta ton CO2.

Baca juga: Indonesia Berharap Bebas Emisi Karbon pada 2060, tapi Ini Tantangan

Sebagian besar dari jumlah tersebut, yaitu 35,2 juta ton setara CO2, disebabkan oleh konsumsi bahan bakar militer Rusia, dan 9,4 juta ton lainnya disebabkan oleh penggunaan bahan bakar militer Ukraina.

Di antara para konsumen bahan bakar terbesar di dunia, militer di seluruh dunia menyumbang 5,5 persen emisi gas rumah kaca secara global. Hal itu berdasarkan perkiraan pada tahun 2022 oleh para ahli internasional.

Berdasaran laporan dari Ukraina itu, perang telah meningkatkan frekuensi kebakaran lahan secara signifikan di wilayah yang terkena dampak perang. Dikatakan bahwa satu juta hektar lahan telah hangus akibat 27.000 kebakaran yang berhubungan dengan perang, menyebabkan kerusakan atmosfer setara dengan 23 juta ton CO2.

Laporan itu juga menghitung bahwa penutupan wilayah udara di Ukraina dan beberapa bagian Rusia, serta pembatasan penggunaan wilayah udara Rusia oleh maskapai penerbangan tertentu, telah menciptakan lebih dari 24 juta ton emisi CO2 tambahan.

“Pembatasan atau kehati-hatian secara signifikan telah mengosongkan wilayah udara di atas Ukraina dan Rusia seluas 18 juta km2, tetapi hal itu menambah jam perjalanan antara Eropa dan Asia yang mengonsumsi bahan bakar tambahan,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com