Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Partai Ultra Kanan Menjungkirbalikkan Politik Nasional Eropa

Kompas.com - 13/06/2024, 13:13 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber CNN

SEJUMLAH hasil pemilu Parlemen Eropa, yang merupakan salah satu pemilu demokrasi terbesar di dunia, mulai diumumkan dan beberapa narasi telah muncul dari pemilu yang berlangsung selama berhari-hari itu.

Sejumlah partai ultra kanan atau kanan esktrem di benua itu meraih hasil yang mengesankan dalam pemilu tersebut, tetapi momentum mereka tidak sampai meruntuhkan fondasi politik partai arus Eropa, seperti yang diperkirakan banyak orang.

Partai politik ultra kanan di Eropa adalah partai yang berideologi sangat konservatif, nasionalis, dan cenderung ekstrem dalam penolakannya terhadap imigrasi dan globalisasi.

Baca juga: Hasil Pemilu Parlemen Eropa 2024: Partai Sayap Kanan Bergembira, Muncul Kejutan di Perancis

Dalam perkembangan lain, partai-partai liberal dan hijau kehilangan kursi dan relevansinya di Parlemen Eropa.

Sementara itu, politik dalam negeri mengalami perubahan di beberapa negara, termasuk Prancis di mana jadwal pemilu baru telah diumumkan.

Kelompok Ultra Kanan Raih Keuntungan

Menjelang pemungutan suara pada hari Minggu lalu, perhatian seluruh Eropa terutama tertuju pada partai-partai ultra kanan di benua itu, karena diperkirakan mereka akan meraih banyak kemenangan.

Prediksi itu memang menjadi kenyataan, partai-partai ultra kanan diperkirakan akan mendapatkan jumlah kursi tertinggi yang pernah mereka capai di Parlemen Eropa. Hasil itu memberikan pukulan telak bagi para pemimpin partai arus utama di benua tersebut.

Partai-partai ultra kanan diperkirakan akan memenangkan sekitar 150 dari 720 kursi di parlemen, berdasarkan proyeksi exit poll. Hasil itu berpotensi menggagalkan berbagai upaya partai-partai arus utama untuk membentuk suara mayoritas yang diperlukan dalam mengesahkan undang-undang.

Sebagian besar perolehan suara dari partai-partai ultra kanan terkonsentrasi di negara-negara yang memiliki banyak kursi: Prancis, Italia, dan Jerman.

Baca juga: Partai Kanan AfD Tetapkan “Islam Tak Cocok dengan Budaya Jerman”

Namun partai-partai tersebut masih harus berupaya membangun konsensus jika ingin memaksimalkan ancaman politik mereka.

Partai AfD Jerman kini terisolasi atau tidak memiliki aliansi politik. Mereka dikeluarkan dari Partai Identity and Democracy (ID) yang berhaluan ultra kanan setelah kandidat utama AfD di Eropa, Maximilian Krah, mengatakan bahwa tidak semua anggota Nazi, SS, bisa dianggap sebagai penjahat.

Beberapa partai ultra kanan lainnya berada dalam kelompok non-blok dan diperkirakan akan memperoleh 45 kursi.

Partai-partai Moderat Bertahan

Meskipun ada lonjakan suara untuk partai-partai ultra kanan, European People’s Party (EPP) yang berhaluan moderat menjadi pemenang tunggal terbesar pada pemilihan Minggu malam lalu itu.

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan dalam pidatonya pada Minggu malam bahwa partai itu, yang diperkirakan akan mendapatkan kursi terbanyak, masih dapat bertindak sebagai “jangkar stabilitas”.

Namun, dia menyerukan kepada sekutu politiknya untuk ikut serta dalam menjaga agar partai-partai ekstrem kanan tidak mendapatkan pengaruh yang lebih besar.

“Kelompok moderat bertahan. Namun benar bahwa kelompok ekstrem kiri dan kanan telah mendapatkan dukungan, dan hal ini menjadi alasan mengapa hasil ini membawa tanggung jawab besar bagi partai-partai berhaluan tengah,” katanya kepada para audiens di Brussels.

Von der Leyen tampaknya mengesampingkan kemungkinan partai itu bersatu dengan faksi-faksi ultra kanan. Dia mengatakan kepada para wartawan bahwa dia akan menghubungi Aliansi Progresif Sosialis dan Demokrat (S&D) dan Renew Europe yang berhaluan moderat dan liberal untuk membentuk “mayoritas luas bagi Eropa yang kuat”.

Von der Leyen, yang mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua sebagai presiden Komisi Eropa, menguraikan keinginannya untuk terus mendukung partai-partai yang “pro-Eropa, pro-Ukraina, pro- supremasi hukum.”

Politik Nasional di Sejumlah Negara Eropa Kacau

Dampak dari hasil pemilihan Parlemen Eropa itu sangat mengganggu politik di beberapa negara, karena hasil yang diperoleh partai-partai di luar partai arus utama mustahil untuk diabaikan oleh beberapa pemimpin negara-negara Eropa.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada hari Minggu itu langsung mengumumkan pelaksanaan pemilu, sesuatu yang tentu mendadak dan mengejutkan, setelah partainya dikalahkan Partai National Rally (RN) yang berhaluan ultra kanan pimpinan Marine Le Pen.

“Saya telah memutuskan untuk memberikan kembali Anda kesempatan menentukan masa depan parlemen Anda melalui pemilu. Oleh karena itu, malam ini saya akan membubarkan Majelis Nasional,” kata Macron.

Pemilihan umum untuk memilih parlemen baru akan berlangsung pada 30 Juni dan 7 Juli.

Sementara itu, Perdana Menteri Belgia, Alexander De Croo, mengundurkan diri setelah partainya kalah telak dalam pemilihan parlemen nasional dan Eropa.

Politisi berusia 48 tahun itu berusaha menahan air mata saat mengumumkan keputusan itu pada Minggu malam di Brussels.

“Saya adalah tokoh utama kampanye ini. Ini bukan hasil yang saya harapkan, dan karena itu saya bertanggung jawab atas hasil ini. Hal ini tidak seharusnya terjadi,” kata De Croo kepada para wartawan.

Selamat untuk Meloni dan Tusk

Hanya sedikit pemimpin Uni Eropa yang senang dengan hasil pemilihan pada malam itu. Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, melihat partainya meraih kemajuan, dan menjadikannya sebagai pemain kunci dalam politik Eropa.

Partainya di dalam negeri, Brothers of Italy, merupakan partai berhaluan paling kanan yang terpilih menjadi anggota pemerintahan di Italia sejak Benito Mussolini, pemimpin fasis di masa perang Dunia Kedua.

Namun Meloni terbukti telah menjadi sosok yang pragmatis di Eropa, dengan menjadi sekutu von der Leyen, dan pendukung setia Ukraina, sekaligus mendorong blok itu untuk mengambil sikap yang lebih tegas terkait isu migrasi.

Upaya-upaya tersebut dapat dipercepat setelah Brothers of Italy memenangkan suara di negara tersebut.

Sementara itu, upaya Perdana Menteri Donald Tusk untuk menjadikan Polandia sebagai kekuatan di Brussel mendapatkan dorongan setelah partainya menahan kelompok oposisi populis, Law and Justice (PiS), untuk mengamankan kemenangan mutlak.

Tusk telah membangun kembali reputasi Warsawa di kancah Eropa setelah mengalahkan PiS dalam pemilu nasional Oktober lalu. Mantan Presiden Dewan Eropa itu menjadikan reintegrasi dengan Eropa sebagai pilar utama kampanyenya dan masa jabatannya, sementara signifikansi strategis Polandia bagi blok tersebut semakin meningkat setelah invasi Rusia ke negara tetangganya, Ukraina.

Para pemimpin utama di Brussel juga akan merasa lega karena Perdana Menteri Hongaria yang otoriter, Viktor Orbnn, yang selama ini menjadi duri bagi Uni Eropa, mendapat pukulan pada hari Minggu itu.

Partai dari Orban, Fidesz, mengalami hasil terburuk dalam pemilu Eropa hingga saat ini, dan kalah dari lawan-lawannya yang berhaluan moderat.

Partai Hijau Mundur

Ketika partai-partai haluan ultra kanan memperoleh keuntungan, partai-partai berhaluan kiri, dan khususnya Partai Hijau, terdesak di seluruh Eropa.

Hasil awal menunjukkan bahwa dukungan untuk Partai Hijau di Prancis dan Jerman mengalami penurunan jumlah kursi yang sangat besar.

“Kekalahan di Jerman dan Prancis jelas merupakan sebuah pukulan,” kata Bas Eickhout, wakil presiden Partai Hijau/EFA dan kandidat utama Partai Hijau Eropa, dalam sebuah pernyataan ketika hasil pemilu diumumkan.

Kelompok itu bersikukuh bahwa mereka akan berupaya untuk mendorong parlemen baru agar memprioritaskan upaya terkait perubahan iklim, namun posisi mereka semakin terpuruk dan masih harus dilihat seberapa besar para pemimpin Eropa perlu mengandalkan dukungan mereka.

Komisi Eropa mengumumkan salah satu tujuan paling ambisius di dunia untuk mengurangi polusi yang menyebabkan pemanasan global pada Februari, namun hal itu mendapat tentangan dari daerah pedesaan di benua tersebut, di mana serikat petani mengatakan bahwa rencana itu merupakan ancaman terhadap penghidupan mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com