Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Narendra Modi Kembali Menangi Pemilu, Apa Artinya bagi Dunia?

Kompas.com - 10/06/2024, 20:57 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Sumber CNN

STATUS India di lanskap internasional mengalami peningkatan di bawah pemerintahan Narendra Modi. Modi, perdana menteri India yang akan memasuki periode ketiga setelah baru saja memenangi pemilu, telah menempatkan India dan ekonomi negara itu bertumbuh cepat sebagai pemain penting dalam isu-isu global seperti perubahan iklim dan pembangunan.

Modi bahkan berhasil mengukuhkan New Delhi sebagai mitra keamanan utama bagi Amerika Serikat (AS) dan calon-calon pemimpin negara berkembang.

Kemenangan Modi baru-baru ini akan memberikan kesempatan kepada pria berusia 73 tahun itu serta partai Hindu nasionalisnya, Bharatiya Janata Party (BJP), lima tahun lagi untuk berkuasa di India dan meningkatkan status global negara tersebut. Kemenangannya juga akan memberikan Modi dan BJP waktu tambahan untuk mengelola hubungannya dengan negara tetangga bersenjata nuklirnya, China dan Pakistan, yang penuh pertikaian dan sengketa perbatasan.

Baca juga: Narendra Modi Dilantik Jadi PM India untuk Masa Jabatan Ketiga

Walau begitu, kemenangan pemilu tersebut secara bersamaan juga menempatkan Modi dalam posisi yang sangat berbeda dari yang apa yang dulu dinikmatinya selama dekade pertama kekuasaannya.

Modi dan BJP kini tidak berhasil mencapai mayoritas mutlak sebagaimana yang diharapkan. Mereka kini harus bergantung pada mitra koalisi untuk membentuk pemerintahan.

Hal tersebut dipandang sebagai kemunduran yang mengejutkan untuk sang pemimpin dan partainya, yang sebelumnya telah dituduh oleh para kritikus sebagai pemicu islamofobia dan kekerasan agama di India, serta penyebab dari pembatasan kebebasan sipil dan kegagalan dalam menyelesaikan masalah pengangguran di kalangan pemuda India.

Sekarang, Modi harus “mencurahkan banyak waktu untuk (urusan dalam negeri) agar pemerintahan tetap utuh dengan koalisi yang memiliki agenda berbeda,” kata TV Paul, penulis “The Unfinished Quest: India’s Search for Major Power Status from Nehru to Modi.

“Gagasan India untuk memaksakan pengaruhnya mungkin jauh lebih tidak layak untuk saat ini, mengingat bahwa masalah kebijakan luar negeri tidak memengaruhi keputusan (pemilu) sebanyak yang diperkirakan orang,” jelasnya.

Politik Kekuasaan

Salah satu aspek dalam ambisi internasional India yang paling tidak mungkin untuk berubah dalam masa jabatan baru Modi adalah hubungan New Delhi dengan Washington – hubungan yang telah membantu dalam mendorong peningkatan profil perdana menteri sebagai pemain yang kuat.

 

India telah muncul sebagai mitra keamanan inti bagi AS, sebuah pilar dalam kelompok keamanan Quad bersama Jepang dan Australia, serta memperluas kerja sama di bidang teknologi tinggi dan pertahanan dalam menghadapi kekhawatiran bersama tentang China yang semakin tegas dan kuat.

Dalam sebuah pesan berisi ucapan selamat kepada Modi atas kemenangannya, Presiden AS, Joe Biden berkata bahwa hubungan pertemanan AS-India akan semakin tumbuh seiring dengan terbukanya masa depan bersama dengan potensi tak terbatas.

Para analis juga berpendapat bahwa hubungan antar keduanya kemungkinan besar akan semakin menguat dalam waktu dekat.

“Kedua negara memiliki kekhawatiran yang sama terhadap stabilitas regional dan sedang mengawasi kerja sama pertahanan yang sedang berkembang pesat,” kata Farwa Aamer, direktur South Asia Initiatives di Asia Society Policy Institute di New York.

Baca juga: Pemilih di Banyak Negara Dilaporkan Skeptis terhadap Demokrasi dan Pemilu

“Kita dapat mengharapkan India yang lebih tegas, yang selaras dengan kepentingan AS di Indo-Pasifik, dan memperluas kerja sama teknologi.”

Hubungan antara New Delhi dan Washington telah menghangat dalam beberapa tahun terakhir ini, bahkan ketika Modi dengan tegas menerapkan kebijakan otonomi strategis India guna mendorong tatanan global yang tidak sepenuhnya didominasi oleh AS atau persaingan AS dengan China. Contohnya yaitu ketika New Delhi menolak untuk memutus hubungannya dengan Rusia walau AS menekan mereka agar memutuskan hubungan dengan negara yang sedang berkonflik tersebut.

Kini, satu pertanyaan tersisa adalah bagaimana masa jabatan ketiga Modi akan memengaruhi kekhawatiran yang berkembang di kalangan pembuat kebijakan Amerika terkait kemunduran kebebasan sipil yang tampak jelas terjadi di India di bawah kepemimpinan sayap kanannya – serta tuduhan bahwa BJP memiliki keinginan untuk menyingkirkan minoritas Muslim yang jumlahnya lebih dari 200 juta orang di negara itu.

Tak hanya itu, India juga seringkali dituduh atas pelanggaran batas wilayah yang menimbulkan pertanyaan terkait resiko meningkatnya kepercayaan diri, ketegasan, dan komitmen India terhadap norma-norma internasional di bawah pemerintahan Modi.

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau pada September tahu lalu mengatakan bahwa negaranya tengah menyelidiki suatu tuduhan yang menghubungkan India dengan pembunuhan seorang warga negara Kanada dan pemimpin Sikh terkemuka. New Delhi mengecam langkah tersebut lalu menuduh Kanada telah melindungi teroris dan tidak bertindak melawan para ekstremis.

Dua bulan kemudian, jaksa penuntut AS juga menuduh bahwa agen India telah berada di balik rencana pembunuhan yang gagal terhadap seorang aktivis Sikh Amerika. New Delhi lagi-lagi membantah tuduhan tersebut dan membentuk komite tingkat tinggi untuk menyelidiki tuduhan itu lebih lanjut lagi.

 

India yang Berubah?

Salah satu hal yang perlu diperhatikan setelah kemenangan Modi dalam pemilu adalah apakah pemerintahan baru akan meningkatkan atau mengurangi sikap yang memengaruhi hubungan India dengan negara-negara tetangganya di Asia Selatan?.

Sejumlah pakar bertanya demikian dengan mengacu pada fakta bagaimana nasionalisme Hindu di India selama satu dekade terakhir tidak hanya telah memicu perpecahan dan kekerasan dalam negeri, namun juga beresiko akan meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut, khususnya dengan Pakistan yang sering menjadi sasaran retorika BJP.

Sekarang, BJP dibawah Modi harus memenuhi kepentingan sekutu koalisinya dan secara bersamaan menghadapi pengawasan lebih ketat oleh oposisi yang kini sudah bangkit kembali, yang berpotensi mengancam agenda nasionalis Hindu milik BJP.

Para analis juga menekankan bahwa perlu waktu untuk melihat bagaimana BJP mengkalibrasi tujuan kebijakan dan retorika berdasarkan realitas politik baru ini.

“Jika ini adalah politik normal, tampaknya konflik tidak akan setajam itu pada berbagai isu,” kata Sushant Singh, dosen di Universitas Yale di AS. “Tetapi untuk menarik basis dukungan nasionalis mereka, (BJP) mungkin akan mengambil jalan lain,” untuk meningkatkan retorika, katanya. “Kita harus melihat panggilan politik apa yang diambil.”

Reaksi semacam itu juga dapat didorong oleh posisi BJP yang relatif lemah menjelang masa jabatan baru ini, menurut para pengamat yang juga mencatat bahwa kemenangan telak Modi dalam pemilu tahun 2019 terjadi setelah meningkatnya ketegangan dengan Pakistan.

Setelah itu, India mengklaim telah melancarkan serangan udara terhadap apa yang diduga sebagai kamp pelatihan teroris di seberang perbatasan de facto dengan Pakistan pasca tragedi pengeboman yang menewaskan pasukan paramiliter India, sebuah insiden yang disengketakan oleh Islamabad.

BJP menggunakan “pengasingan citra Pakistan untuk menggalang dukungan dari basis inti Hindutva-nya,” kata Fahd Humayun, seorang asisten profesor ilmu politik di Universitas Tufts di AS sambil mengacu pada ideologi partai itu yang pada dasarnya percaya bahwa India adalah tanah bagi umat Hindu.

“Untuk tujuan itu, tidak sulit untuk membayangkan sebuah skenario di mana, dengan keadaan terdesak, pemerintahan Modi yang sedang tertekan memainkan persepsi ancaman eksternal untuk mencoba dan menggalang dukungan dari konstituen domestik.”

Dalam posisinya yang melemah, Modi mungkin juga akan semakin ditekan untuk menanggapi secara tegas setiap ancaman yang dirasakan dari China, kata para pengamat.

 

Dahulu, Modi tampaknya selalu enggan mengambil resiko konfrontasi dengan tetangganya yang secara militer lebih unggul meski dikecam oleh para kritikus karena dituduh telah secara lemah menanggapi bentrokan mematikan tahun 2020 yang terjadi di sepanjang perbatasan Himalaya yang disengketakan.

Pemerintah dan pembuat kebijakan di seluruh dunia akan mencermati bagaimana isu-isu ini berkembang dalam beberapa bulan mendatang.

Sementara itu, beberapa pengamat berpendapat bahwa meskipun hasil pemilu mungkin tidak mendongkrak posisi Modi sebagaimana diharapkan, hasil tersebut tetap adalah anugerah untuk keberlanjutan pengaruh India di lingkup global.

“Jika ia telah memenangi mayoritas (super) dan mendorong agenda Hindu, itu mungkin akan merusak agenda (internasional) India,” kata Paul.

Paul menambahkan, demokrasi adalah “tradisi kekuatan lunak terbesar India” dan kebangkitannya yang dirasakan dalam pemilu dapat meningkatkan citra negara itu di antara negara-negara liberal.

“India kembali sebagai demokrasi yang sebenarnya baik untuk tatanan dunia dalam banyak hal,” tambahnya. Namun, “semuanya tergantung dengan bagaimana Modi memainkan permainan ini.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com