Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Kompas.com - 19/04/2024, 11:46 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber CNN,Guardian

YORDANIA mendapati dirinya terjebak dalam konfrontasi antara Iran dan Israel. Yordania kini menghadapi kemarahan publik di dalam negeri dan di kawasan Timur Tengah karena ikut menembak jatuh puluhan drone Iran yang hendak menyasar Israel pada 13 April 2023.

Beberapa saat setelah Iran menyelesaikan serangannya ke Israel, Teheren mengalihkan fokusnya kepada Yordania. Kantor berita semi resmi Iran, Fars melaporkan, angkatan bersenjata Iran telah memperingatkan, yaitu “memantau dengan hati-hati pergerakan Yordania saat serangan yang merupakan hukuman terhadap rezim Zionis (Israel)”. Jika Yordania melakukan intervensi, maka negara tersebut akan menjadi “target berikutnya”.

Pemerintah Yordania kemudian memanggil duta besar Iran pada 14 April terkait komentar Teheran yang mengancam Yordania itu.

Baca juga: Iran Ancam Serang Yordania dan Negara di Sekitarnya Jika Bantu Israel

Kementerian Luar Negeri Iran lalu berusaha meredam perselisihan itu pada 15 April. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, berupaya untuk mengecilkan keterlibatan Amman.

“Saya tidak dalam posisi untuk mengonfirmasi atau menyangkal peran Yordania dalam mencegat serangan ini, dan ini adalah masalah militer yang harus dikomentari oleh otoritas terkait,” katanya.

Kanaani menambahkan, “Hubungan kami dengan Yordania bersahabat dan selama beberapa bulan terakhir telah terjadi kontak terus-menerus antara para pejabat dari kedua negara.”

Kannani tampak hendak mengekspresikan harapan bahwa negara-negara Arab mestinya mendukung apa yang ia tegaskan sebagai tanggapan sah Iran terhadap serangan terhadap konsulatnya di Suriah pada 1 April yang dituding telah dilakukan Israel.

Posisi Yordania Berbahaya

Posisi geografis Yordania membuatnya dalam kesulitan. Kerajaan kecil itu terletak di antara Israel dan Tepi Barat yang diduduki Israel di satu sisi, dan di sisi lain negara-negara tetangga Iran, yaitu Irak, tempat para milisi pro-Iran berkuasa. Di sebelah utara terdapat Suriah, negara gagal yang juga berada dalam orbit Iran.

Serangan Iran ke Israel pada 13 April dengan rudal-rudal dan drone-drone yang melintasi langit Yordania merupakan yang pertama kali dalam lebih dari tiga dekade terakhir. Hal semacam itu pernah terjadi saat Saddam Hussein (Presiden Irak) meluncurkan rudal Scud ke Israel tahun 1991, saat Perang Teluk.

Namun banyak hal telah berubah sejak saat itu. Yordania telah menjadi negara Arab kedua yang menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel tahun 1994. Negara Arab pertama yang melakukan perjanjian perdamaian dengan Israel adalah Mesir, yaitu tahun 1979.

Di mata para sekutu Barat Israel, perjanjian tersebut sangat penting bagi keamanan regional. Yordania mempunyai kerja sama intelijen dan keamanan yang erat dengan Israel, dan menjadi tuan rumah bagi pasukan Amerika Serikat (AS) dan bergantung pada bantuan militer AS.

Perjanjian perdamaian Yordania-Israel selama ini tidak populer di dalam negeri, namun akhir-akhir ini perjanjian tersebut semakin mendapat tekanan. Emosi publik memuncak di Yordania terkait perang di Gaza antara Hamas dengan Israel. Lebih dari 34.000 warga Palestina dilaporkan tewas dalam perang itu.

Lebih dari separuh penduduk Yordania adalah warga (pengungsi) Palestina atau keturunan Palestina, dan selama berbulan-bulan kepemimpinan Yordania berada dalam kondisi sulit untuk menyeimbangkan kemarahan publik yang meningkat dengan aliansi eratnya dengan AS dan hubungan dengan Israel.

Yordania telah menjadi tuan rumah bagi warga diaspora Palestina terbesar dan secara historis dianggap sebagai pendukung utama mereka di kawasan itu. Para pemimpin Yordania sangat kritis terhadap perang di Gaza saat ini.

Baca juga: Pasukan AS dan Inggris Bantu Tembaki Drone Iran di Yordania, Suriah, dan Irak

Raja Abdullah dari Yordania secara terbuka mendukung upaya untuk mengatur pengiriman bantuan melalui udara ke wilayah Gaza, dan istrinya, Ratu Rania, yang memiliki banyak pengikut di media sosial, menyampaikan pidato dan pernyataan yang membela Palestina.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com