Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Kompas.com - 19/04/2024, 11:46 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber CNN,Guardian

Opini publik Yordania tidak suka dengan Israel dan AS. Ribuan orang, banyak dari mereka para pengungsi Palestina, berdemonstrasi di luar kedutaan AS di Amman selama hampir dua minggu sebagai protes terhadap peran Washington dalam mendukung Israel.

Dalam kondisi seperti ini, keterlibatan militer Yordania ikut menjatuhkan drone-drone Iran  pada 13 April telah memicu kemarahan di negara itu serta di antara negara-negara tetangganya. Gambar-gambar di media sosial melukiskan Raja Abdullah sebagai pengkhianat yang mengenakan bendera Israel.

Untuk Membela Diri

Di Amman, Ibu Kota Yordania, para pejabat berkeras menyatakan bahwa keterlibatan Yordania dalam menjatuhkan rudal dan drone Iran merupakan upaya membela diri dan melindungi kedaulatan wilayah udaranya. Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman al-Safadi, mengatakan kepada televisi lokal pada 14 April bahwa penilaian telah dilakukan, yaitu ada bahaya nyata jatuhnya drone dan rudal Iran di Yordania, dan angkatan bersenjatanya menangani bahaya itu.

“Kami berada dalam jangkauan tembakan dan rudal atau proyektil apa pun yang jatuh di Yordania akan membahayakan Yordania. Jadi, kami melakukan apa yang harus kami lakukan. Dan izinkan saya menjelaskannya: Kami akan melakukan hal yang sama terlepas dari mana drone tersebut berasal. Dari Israel, dari Iran, dari siapa pun. Prioritas kami adalah melindungi Yordania dan melindungi warga negara Yordania.”

Dia lalu menegaskan, akar penyebab krisis masih terletak pada perlakuan Israel terhadap warga Palestina dan penolakan Israel untuk menerima solusi dua negara.

Para pendukung pro-rezim Yordania mengeluarkan pernyataan lebih lanjut yang mengatakan, “Kami bukan sekutu pelindung atau boneka Israel. Tindakan Yordania sejalan dengan kepentingan keamanannya sendiri.”

Kepemimpinan Yordania tampaknya berniat menyampaikan pesan itu kepada rakyatnya. Pihak militer mengatakan mereka telah meningkatkan pengawasan udara untuk mencegah pelanggaran wilayah udara dan untuk melindungi negara.

“Yordania tidak akan menjadi medan perang bagi pihak manapun, dan perlindungan warga Yordania adalah prioritas utama,” kata Raja Abdullah pada 16 April.

Pesan negara tersebut kepada komunitas internasional dan sekutunya adalah bahwa fokusnya harus kembali ke Gaza dan penderitaan warga Palestina di sana. Mengakhiri perang di Gaza merupakan satu-satunya cara untuk meredakan ketegangan regional. Itu inti pesan yang disampaikan Raja Abdullah kepada Presiden AS Joe Biden melalui telepon pada 14 April.

Raja Abdullah dan istrinya, Ratu Rania, yang merupakan keturunan Palestina, termasuk orang-orang yang bersuara paling keras dan kritis terhadap Israel dan perang dahsyat di Gaza. Kerajaan itu juga berada di garis depan dalam upaya mengirimkan bantuan kemanusiaan ke wilayah kantong tersebut, mengubah bandara militernya menjadi pusat pengiriman udara internasional dan melaksanakan puluhan misi serupa.

Namun bagi banyak orang di Yordania, hal itu belum cukup. Para pengunjuk rasa sejak Oktober telah mendesak kerajaan itu untuk berbuat lebih banyak, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap kerajaan untuk memutuskan hubungan dengan Israel dan menutup kedutaan besar Israel di Amman, yang menjadi tempat terjadinya banyak protes selama enam bulan terakhir.

Bukan rahasia lagi bahwa hubungan Yordania dengan Israel di bawah kepemimpinan Netanyahu telah tegang selama bertahun-tahun. Namun kini mungkin berada pada titik terendah.

Rasa frustrasi tersebut diungkap Safadi, menteri luar negeri Yordania, yang mengesampingkan pemutusan hubungan, namun mengatakan bahwa perjanjian damai Yordania-Israel kini menjadi “dokumen yang berdebu” (a document collecting dust).

Yordania khawatir Iran mengincar kerajaan Hashemite itu dan diam-diam mendorong suasana pemberontakan di dalam wilayah Yordania. Sekretaris Jenderal Partai Ikhwanul Muslimin Yordania, Murad Adaileh, mengkritik penangkapan para pengunjuk rasa. Dalam sebuah twit, dia mengatakan bahwa serangan Iran dan kejadian baru-baru ini telah mengungkapkan betapa Israel bergantung pada pihak lain untuk masalah keamanannya.

Sebuah gambar yang viral di media sosial baru-baru ini menunjukkan poster-poster yang dibawa selama demonstrasi yang ditujukan kepada tentara Yordania. Poster-poster itu menyerukan agar tentara Yordania memperhatikan kondisi anak-anak dan perempuan di Gaza, atau membalas dendam terhadap musuh-musuh mereka dan membebaskan wilayah itu. Di poster-poster itu ada tagar: “Di mana al-Karamah para tentara?” Kata al-Karamah itu berarti “martabat” dan juga merujuk pada nama pertempuran tahun 1968 saat tentara Yordania memaksa Pasukan Pertahanan Israel mundur dari operasi pembalasan di wilayah Yordania.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com