Gaza tidak memiliki industri berat yang dapat mendukung produksi senjata. Menurut CIA Factbook, industri utamanya adalah tekstil, pengolahan makanan, dan furnitur.
Namun salah satu ekspor utama Gaza adalah besi tua, yang dapat menjadi bahan pembuatan senjata di jaringan terowongan bawah tanah di wilayah kantong tersebut.
Logam-logam tersebut dalam banyak kasus berasal dari pertempuran destruktif sebelumnya di Gaza. Ahmed Fouad Alkhatib menulis tentang hal tersebut untuk Forum Fikra di Washington Institute for Near East Policy pada tahun 2021.
Alkhatib menulis, ketika infrastruktur Gaza hancur akibat serangan udara Israel, barang rongsongkan yang tersisa – seperti lempengan logam dan pipa logam, besi baja, kabel listrik – masuk ke bengkel-bengkel senjata Hamas dan kemudian muncul dalam bentuk tabung roket atau alat peledak lainnya.
Dia juga menulis, mendaur ulang amunisi Israel yang tidak meledak untuk dijadikan bahan peledak dan komponen lainnya menambah rantai pasokan Hamas.
“Operasi militer Israel (IDF) secara tidak langsung memberi Hamas material-material yang justru diawasi ketat atau dilarang sama sekali di Gaza,” tulisnya.
Pihak Israel kini menyadari hal itu. New York Times pertengah April ini melaporkan, informasi intelijen Isarel menunjukkan, Hamas mampu membuat banyak roket dan persenjataan anti-tank dari ribuan amunisi yang gagal meledak yang ditembakan Israel ke Gaza. Bahan peledak milik militer Israel memungkinkan Hamas menghujani Israel dengan roket dan, untuk pertama kalinya, menyerang kota-kota Israel dari Gaza.
“Persenjataan yang tidak meledak adalah sumber utama bahan peledak bagi Hamas,” kata Michael Cardash, mantan wakil kepala Divisi Penjinak Bom Polisi Nasional Israel dan seorang konsultan polisi Israel kepada New York Times.
“Mereka membongkar bom-bom (yang ditembakkan dan gagal meledak) dari Israel, bom-bom artileri dari Israel, dan banyak dari bom-bom tersebut yang digunakan dan diolah kembali untuk menjadi bahan peledak dan roket mereka.”
Para pakar senjata mengatakan, sekitar 10 persen amunisi biasanya gagal meledak. Namun dalam kasus Israel, angkanya bisa lebih tinggi. Pasalnya, persenjataan Israel mencakup rudal-rudal dari era Vietnam, yang sudah lama dihentikan produksinya oleh AS dan kekuatan militer lainnya. Tingkat kegagalan beberapa rudal itu bisa mencapai 15 persen, kata seorang perwira intelijen Israel, yang tidak ingin namanya disebutkan, kepada New York Times.
Berdasarkan perhitungan itu, pengeboman sporadis selama bertahun-tahun dan pengeboman baru-baru ini di Gaza telah "memenuhi" wilayah itu dengan ribuan ton persenjataan yang belum meledak dan menunggu untuk digunakan kembali. Satu bom seberat 344 kg yang gagal meledak bisa menjadi ratusan rudal atau roket.