Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kheibar Shekan, Rudal Tercanggih Iran yang Diklaim Bisa Menjangkau Israel

Kompas.com - 20/02/2024, 06:00 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

IRAN terus mengembangkan dan memperkuat arsenal militernya walau pernah menghadapi sanksi ekonomi internasional. Setelah suskses dengan drone militer, pencapaian terbaru Iran adalah pengembangan rudal balistik Kheibar Shekan. Rudal itu dipublikasikan Iran sebagai bagian dari upayanya untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dan serangan jarak jauhnya.

Dalam sebuah serangan yang diklaim Iran untuk menyasar kelompok teroris ISIS di Idlib, Suriah, pada Januari lalu, Iran menggunakan rudal Kheibar Shekan atau Khaibar-Breaker itu. Kantor Berita Iran, Tasnim, melaporkan bahwa rudal itu ditembakkan dari Iran selatan.

Mereka sengaja menembakkannya dari Iran selatan untuk melihat apakah rudal-rudal tersebut dapat mencapai jarak jangkauan yang diharapkan. Kantor berita itu juga mengklaim bahwa penembakan rudal ke Suriah itu itu merupakan “pesan” kepada Israel.

Baca juga: Iran Tembakan Rudal Balistik Jarak Jauh Berbasis Kapal untuk Kali Pertama

Jarak yang ditempur rudal itu ke Idlib dari Iran selatan diklaim hampir sama dengan jarak yang dibutuhkan untuk menyerang Tel Aviv. Iran selama ini berseteru dengan Israel melalui kelompok-kelompok proksi, seperti Hamas di Gaza dan Hezbullah di Lebanon. 

Daya Jangkau

Rudal Kheibar Shekan pertama kali diluncurkan tahun 2022. Jangkauan dan akurasinya menarik perhatian para pejabat keamanan nasional di Eropa dan Israel, serta para ahli yang memantau kemajuan teknologi militer Iran.

Selama ini, rudal-rudal Iran diragukan keakuratannya. AS dan negara-negara Barat lebih memperhitungan ancaman dari China dan Rusia, setelah itu baru dari Iran.

New York Times melaporkan, Kheibar Shekan berbahan bakar padat dan dilengkapi sistem panduan canggih untuk mengenai target. Rudal itu memiliki jangkauan 1.450 kilometer. Itu berarti rudal tersebut dapat memang menjangkau Israel jika ditembakkan dari Iran.

Namun yang membuatnya menonjol dibanding persenjataan Iran lainnya adalah hulu ledaknya bisa gesit bermanuver berkat sirip aerodinamis kecil untuk menghindari setidaknya beberapa sistem pertahanan udara tradisional.

Menurut perkiraan intelijen dan militer AS, secara keseluruhan Iran memiliki lebih dari 3.000 rudal balistik dan terus menambah persediaan rudal jelajahnya. Menurut Emirates Policy Center, sebuah organisasi penelitian yang berbasis di Abu Dhabi, tahun lalu Iran berencana menghabiskan 41 persen anggaran militernya untuk pengembangan dan produksi senjata.

Sebagai perbandingan, senjata tempur utamanya, tank dan pesawat terbang, sebagian besar dianggap sudah tua atau usang.

Produksi rudal Iran telah melonjak selama 15 tahun terakhir, karena Iran telah meningkatkan teknologi presisi, panduan, dan aerodinamika senjatanya secara signifikan.

Menurut New York Times, program rudal balistik Iran telah berkembang dari gudang rudal Scud, yang diperoleh dari Libya dan Korea Utara tahun 1980an, menjadi senjata presisi yang dipandu oleh navigasi satelit dan GPS, atau pencari inframerah, untuk menyerang bangunan tertentu. Rudalnya terdiri dari rudal jarak menengah dan pendek, termasuk beberapa yang dirancang untuk menyerang sasaran di medan perang yang jaraknya hanya 20 kilometer.

Iran juga mulai meningkatkan program rudal jelajah untuk serangan darat, termasuk yang digunakan Houthi yang dikenal sebagai Quds. Houthi mengklaim punya versi baru dari rudal tersebut, yang disediakan Iran atau ditiru dari model Iran. Iran mengatakan bahwa varian persenjataannya yang lain, rudal Paveh.

Baca juga: Saat Iran Pamer Rudal Baru untuk Unjuk Gigi dan Tujuan Dagang

Program rudal itu merupakan bagian penting dari militer Iran dan kemungkinan besar menjadi alasan utama mengapa anggaran pertahanan Teheran menduduki peringkat ke-10 terbesar di dunia tahun 2022. Demikian menurut analisis terbaru International Institute for Strategic Studies.

Nama Kheibar Shekan untuk rudal diambil dari nama pertempuran pada abad ketujuh ketika pasukan Muslim mengalahkan suku-suku Yahudi. “Jadi Anda bisa melihat misi rudal tersebut,” Fabian Hinz, seorang pakar rudal, drone, dan Timur Tengah di International Institute for Strategic Studies di London kepada New York Times.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com