Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Kenapa Pengungsi Rohingya Datang ke Indonesia

Kompas.com - 04/12/2023, 08:17 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

"Tidak ada peluang mata pencaharian alternatif yang tersedia dan tidak ada harapan untuk repatriasi dalam waktu dekat, di mana hal itu membuat para pengungsi putus asa untuk mencari kehidupan yang lebih baik di tempat lain."

Baca juga: Mengenal Siapa Itu Pengungsi Rohingya dan Kenapa Banyak Menuju Indonesia

Pengungsi Rohingya tidak diizinkan bekerja atau mendapatkan pendidikan yang layak di Bangladesh.

Para pengungsi dilarang untuk belajar bahasa Bengali, karena pihak berwenang negara tersebut tidak ingin mereka berintegrasi ke dalam masyarakat umum. Mereka juga dilarang mendapatkan kewarganegaraan formal di Myanmar.

"Tidak adanya mata pencaharian yang layak adalah penyebab utama para penyintas genosida ini melarikan diri dari kamp pengungsi dan melakukan perjalanan berbahaya ke negara-negara Muslim seperti Malaysia dan Indonesia," kata Rezaur Rahman Lenin, seorang peneliti Rohingya yang berbasis di Cox's Bazar, kepada DW.

Lenin menambahkan bahwa ada komunitas warga Rohingya yang cukup besar di Indonesia dan Malaysia, serta banyak pula pengungsi yang percaya bahwa mereka bisa mendapatkan penghasilan di negara tersebut.

"Selain itu, kekerasan geng, kebrutalan aparat penegak hukum, tindakan kriminal seperti pemerasan, penculikan, serangan fisik, dan kurangnya kesejahteraan psikologis juga jadi penyebabnya," tambah Lenin.

Aktivis Rohingya yang berbasis di Jerman, Nay San Lwin, mengatakan bahwa para penjahat yang berhasil masuk ke kamp-kamp pengungsian mengambil keuntungan dari rentannya para pengungsi sehingga membujuk para korban untuk melakukan perjalanan laut yang berbahaya.

"Dihadapkan dengan situasi tanpa harapan, para pengungsi cenderung mempercayai apa pun yang dikatakan oleh para penyelundup manusia dan mempersiapkan diri untuk perjalanan yang penuh risiko," jelas Lwin kepada DW.

"Banyak yang kehilangan nyawa di laut atau mengalami penyiksaan di tangan para penyelundup."

Baca juga: Pengungsi Rohingya: Kami Hanya Ingin Tinggal di Indonesia, Tak Mau di Tempat Lain

Bangladesh bertekad perangi perdagangan manusia

Mohammed Mizanur Rahman, komisaris bantuan dan repatriasi pengungsi Bangladesh, RRRC, mengatakan kepada DW bahwa tidak pernah terpikirkan olehnya jika para pengungsi ini pergi meninggalkan kamp karena situasi keamanan.

"Mereka adalah orang-orang tanpa kewarganegaraan dan kami tidak mengizinkan mereka untuk berintegrasi di Bangladesh. Itu tidak mungkin bagi kami. Jadi, demi para generasi penerus, mereka mencoba pergi ke negara-negara di mana mereka pikir generasi penerus mereka akan memiliki kehidupan yang lebih baik," katanya.

Rahman menambahkan bahwa lembaga penegak hukum Bangladesh telah berusaha untuk mengekang laju perdagangan manusia, dan menindak lebih banyak usaha yang diterapkan di masa depan untuk mengatasi situasi ini.

"Dua atau tiga hari yang lalu, 58 pengungsi Rohingya dihentikan oleh polisi saat hendak berlayar ke Malaysia atau Indonesia. Banyak kasus serupa telah diajukan terkait perdagangan manusia di daerah tersebut dalam beberapa tahun terakhir, dan banyak pula penangkapan dilakukan demi memastikan adanya keadilan," kata Rahman kepada DW.

"Namun, sulit untuk menjaga hukum dan ketertiban di kamp-kamp pengungsi yang penuh sesak karena faktor lokasi dan faktor-faktor lainnya," tambahnya.

Baca juga: Pengungsi Rohingya Pilih Lebih Baik Dibunuh daripada Dipulangkan ke Myanmar

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Mengapa Pengungsi Rohingya Melarikan Diri ke Indonesia?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com