Namun tak lama kemudian, Britannicus meninggal pada Februari 55 M dalam keadaan yang misterius.
Britannicus diyakini meninggal karena Nero meracuninya. Empat tahun kemudian, pemimpin yang jahat itu memerintahkan agar ibunya yang dibunuh.
Claudia Octavia adalah pasangan terbaik Kaisar Nero. Tacitus, sejarawan zaman kuno menggambarkan Octavia adalah "istri aristokrat dan berbudi luhur".
Namun, pemimpin yang jahat itu cepat bosan dan membencinya. Alasan lainnya, karena Nero telah berselingkuh dengan Poppaea Sabina.
Pemimpin yang jahat itu kemudian membunuh istrinya setelah 8 tahun menikah. Nero menuduh Octavia mandul dan melakukan perzinaan.
Kaisar Nero sang pemimpin yang jahat itu telah beberapa kali mencekik Octavia hingga akhirnya meninggal. Kepala Octavia dipenggal dan kepala itu dikirimkannya ke Sabina sebagai bukti.
Setelah itu, Kaisar Nero dan Sabina menikah.
Namun, usia pernikahan mereka tidak lama, karena Sabina akhirnya juga meninggal di tangan Kaisar Nero, pemimpin yang jahat itu.
Tak lama setelah menikah, hubungan mereka diliputi pertengkaran hingga suatu hari Kaisar Nero menendang perut Sabina yang tengah hamil anak kedua.
Janin dan Sabina pun meninggal pada 65 M. Setelah itu Kaisar Nero mengalami masa berkabung yang panjang dan memberi Sabina pemakaman kenegaraan.
Baca juga: 13 Juli dalam Sejarah: Lahirnya Julius Caesar, Sang Penguasa Romawi, pada 100 SM
Pada 18-19 Juli 64 M, Roma dilanda kebakaran besar dengan 75 persen kota hancur.
Kebakaran dimulai di lereng Aventine yang menghadap ke Circus Maximus dan berlangsung selama lebih dari enam hari.
Tercatat bahwa Nero tidak berada di Roma pada saat itu. Namun rumor yang beredar saat itu, pemimpin yang jahat itu terlibat.
Sebagian besar penulis kontemporer juga menyalahkan Nero, seperti Pliny the Elder, Suetonius, dan Cassius Dio.
Tacitus, sumber kuno utama tentang kebakaran besar Roma, mengatakan tidak ada bukti Nero pelakunya, meskipun dirinya sendiri meragukan pemimpin yang jahat itu tidak terlibat.
Untuk mengalihkan rumor, Kaisar Nero dengan mudah menyebarkan tuduhan kepada kaum minoritas agama Kristen sebagai penyebab kebakaran hebat kota Roma.
Nero memerintahkan agar orang-orang Kristen ditangkap dan dibunuh. Perintahnya itu berlanjut secara sporadis yang mengarah pada pembersihan kaum minoritas Kristen di Roma.
Semua orang Kristen disiksa, badannya dijadikan makanan anjing, dan sebagian dibakar hidup-hidup di taman istana pada malam hari, setelah badan mereka dilumuri minyak.
Budaya penganiayaan dan pembunuhan Kristen itu berlanjut selama 100 tahun kemudian.
Baca juga: Kisah Perang Ceret antara Belanda dan Kekaisaran Romawi Suci
Segera setelah kebakaran hebat terjadi di Roma, Kaisar Nero si pemimpin yang jahat itu memerintahkan pembangunan istana baru di atas lokasi kebakaran.
Nero menginginkan istana emas atau Domus Aurea dengan pintu masuk yang memiliki kolom sepanjang 37 meter dan dihiasi patung dirinya.