KOMPAS.com - Nero adalah Kaisar Romawi pada abad pertama yang memerintah selama 13 tahun (37-54 M), yang dikenang sebagai salah satu contoh pemimpin yang jahat dari zaman kuno.
Catatan dari perbuatan jahatnya yang paling terkenal contohnya adalah membunuh ibunya sendiri dan membantai kaum minoritas agama Kristen.
Lalu apa lagi? Berikut 10 fakta singkat riwayat Kaisar Nero dari Kekaisaran Romawi, seperti yang dilansir dari beberapa sumber:
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Nero Si Kaisar Romawi yang Jahat Berakhir Bunuh Diri
Nero memiliki nama lahir sebagai Lucius Domitius Ahenobarbus pada 15 Desember 37 M di Antium, dekat kota Roma.
Dia adalah satu-satunya putra dari Gnaeus Domitius Ahenobarbus, konsul Roma, dengan istrinya Agrippina the Younger, saudara perempuan Kaisar Caligula dari Kekaisaran Romawi.
Ketika Gnaeus diberi selamat karena memiliki seorang putra, dilaporkan dia mengatakan bahwa tidak ada "yang dihasilkan oleh saya dan Agrippina yang mungkin baik untuk negara atau rakyat".
Kelak putranya itu dikenang sebagai pemimpin yang jahat dari Kekaisaran Romawi.
Gnaeus kemudian meninggal pada 40 M, saat Agrippina diasingkan karena ketahuan memiliki rencana dengan saudara perempuan dan iparnya untuk membunuh Kaisar Caligula.
Setahun kemudian, Kaisar Caligula dibunuh oleh pemberontak, yang membuat pamannya, Claudius naik takhta menjadi Kaisar Romawi.
Setelah itu, Kaisar Claudius mengizinkan Agrippina kembali dari pengasingan.
Setelah meracuni suami keduanya, Agrippina menikah dengan pamannya, Kaisar Claudius, pada tahun 49 M.
Pernikahan Claudius dengan ibu Lucius itu adalah pernikahan keempatnya dan istri sebelumnya, Messalina, dieksekusi pada 48 M.
Pada 50 M, Kaisar Claudius mengadopsi putra satu-satunya Agrippina yang saat itu berusia 13 tahun, dan memberinya nama Nero Claudius Caesar Drusus Germanicus.
Nero kemudian dijadikan penerus takhta Kekaisaran Romawi oleh Kaisar Claudius karena usianya yang lebih tua dari saudara tirinya, Britannicus.
Pada 53 M, Nero menikahi Claudia Octavia, saudara perempuan tirinya, putri Claudius dengan Messalina.
Kaisar Claudius meninggal pada 54 M. Banyak sejarawan kuno percaya dia diberi makan jamur beracun oleh Agrippina.
Kematian Claudius membuat Nero menjadi Kaisar Roma pada 54 M, sebelum ia berusia 17 tahun. Ia adalah kaisar Romawi termuda yang pernah ada sejak saat itu.
Baca juga: Perempuan Berdaya: Agrippina, Permaisuri Kaisar Romawi yang Haus Kekuasaan Mati Dibunuh Anak Sendiri
Pemerintahan awal Kaisar Nero dipengaruhi oleh ibunya, Agrippina, serta penasihat Seneca Muda dan Sextus Afranius Burrus.
Kaisar Nero kemudian tidak puas dengan pernikahannya dengan Octavia dan mulai berselingkuh dengan Poppaea Sabina, istri temannya.
Agrippina menentang perselingkuhan Nero. Seiring waktu, Seneca dan Burrus menjadi lebih terkenal dari pada ibu Nero. Saat itu, Nero si pemimpinyang jahat itu terdorong untuk menyingkirkan ibunya.
Agrippina menanggapi dengan mempromosikan anak tirinya, Britannicus sebagai pewaris takhta sebenarnya.
Namun tak lama kemudian, Britannicus meninggal pada Februari 55 M dalam keadaan yang misterius.
Britannicus diyakini meninggal karena Nero meracuninya. Empat tahun kemudian, pemimpin yang jahat itu memerintahkan agar ibunya yang dibunuh.
Claudia Octavia adalah pasangan terbaik Kaisar Nero. Tacitus, sejarawan zaman kuno menggambarkan Octavia adalah "istri aristokrat dan berbudi luhur".
Namun, pemimpin yang jahat itu cepat bosan dan membencinya. Alasan lainnya, karena Nero telah berselingkuh dengan Poppaea Sabina.
Pemimpin yang jahat itu kemudian membunuh istrinya setelah 8 tahun menikah. Nero menuduh Octavia mandul dan melakukan perzinaan.
Kaisar Nero sang pemimpin yang jahat itu telah beberapa kali mencekik Octavia hingga akhirnya meninggal. Kepala Octavia dipenggal dan kepala itu dikirimkannya ke Sabina sebagai bukti.
Setelah itu, Kaisar Nero dan Sabina menikah.
Namun, usia pernikahan mereka tidak lama, karena Sabina akhirnya juga meninggal di tangan Kaisar Nero, pemimpin yang jahat itu.
Tak lama setelah menikah, hubungan mereka diliputi pertengkaran hingga suatu hari Kaisar Nero menendang perut Sabina yang tengah hamil anak kedua.
Janin dan Sabina pun meninggal pada 65 M. Setelah itu Kaisar Nero mengalami masa berkabung yang panjang dan memberi Sabina pemakaman kenegaraan.
Baca juga: 13 Juli dalam Sejarah: Lahirnya Julius Caesar, Sang Penguasa Romawi, pada 100 SM
Pada 18-19 Juli 64 M, Roma dilanda kebakaran besar dengan 75 persen kota hancur.
Kebakaran dimulai di lereng Aventine yang menghadap ke Circus Maximus dan berlangsung selama lebih dari enam hari.
Tercatat bahwa Nero tidak berada di Roma pada saat itu. Namun rumor yang beredar saat itu, pemimpin yang jahat itu terlibat.
Sebagian besar penulis kontemporer juga menyalahkan Nero, seperti Pliny the Elder, Suetonius, dan Cassius Dio.
Tacitus, sumber kuno utama tentang kebakaran besar Roma, mengatakan tidak ada bukti Nero pelakunya, meskipun dirinya sendiri meragukan pemimpin yang jahat itu tidak terlibat.
Untuk mengalihkan rumor, Kaisar Nero dengan mudah menyebarkan tuduhan kepada kaum minoritas agama Kristen sebagai penyebab kebakaran hebat kota Roma.
Nero memerintahkan agar orang-orang Kristen ditangkap dan dibunuh. Perintahnya itu berlanjut secara sporadis yang mengarah pada pembersihan kaum minoritas Kristen di Roma.
Semua orang Kristen disiksa, badannya dijadikan makanan anjing, dan sebagian dibakar hidup-hidup di taman istana pada malam hari, setelah badan mereka dilumuri minyak.
Budaya penganiayaan dan pembunuhan Kristen itu berlanjut selama 100 tahun kemudian.
Baca juga: Kisah Perang Ceret antara Belanda dan Kekaisaran Romawi Suci
Segera setelah kebakaran hebat terjadi di Roma, Kaisar Nero si pemimpin yang jahat itu memerintahkan pembangunan istana baru di atas lokasi kebakaran.
Nero menginginkan istana emas atau Domus Aurea dengan pintu masuk yang memiliki kolom sepanjang 37 meter dan dihiasi patung dirinya.
Istana itu hampir selesai pada 68 M, di tahun yang sama riwayat Nero berakhir dengan bunuh diri.
Pada 67 M, Nero memerintahkan seorang mantan budak (Sporus) dikebiri.
Kaisar Nero kemudian menikahinya, yang menurut sejarawan Cassius Dio, karena Sporus memiliki kemiripan yang luar biasa dengan mantan istri Nero yang sudah meninggal, Poppaea Sabina.
Sementara yang lain, melihat Nero menggunakan pernikahannya dengan Sporus untuk meredakan rasa bersalah yang dia rasakan karena menendang istrinya yang sedang hamil sampai tewas.
Baca juga: Kompleks Pemandian Romawi Ditemukan Masih Terawat di Bawah Bukit Pasir Spanyol
Setelah kematian ibunya, Kaisar Nero menjadi sangat terlibat dalam hasrat artistik dan estetika.
Pada awalnya, ia bernyanyi dan tampil dengan lira di acara-acara pribadi, tetapi kemudian mulai tampil di depan umum untuk meningkatkan popularitasnya.
Si pemimpin yang jahat itu berusaha untuk mengambil setiap jenis peran dalam seni dan berlatih sebagai atlet untuk olimpiade yang dia perintahkan untuk diadakan setiap 5 tahun.
Dia juga berkompetisi sebagai aktor dan penyanyi.
Sebagai pesaing dalam olimpiade, Kaisar Nero pernah mengendarai kereta sepuluh kuda dan hampir mati setelah terlempar dari atas kereta itu.
Meskipun Nero sempat mengalami kendala dalam kompetisi, sebagai kaisar dia memenangkannya dan kemudian mahkota yang ia menangkan dipamerkan di Roma.
Ekonomi Romawi menderita karena rekonstruksi besar-besaran Nero atas Roma dan rencana istana emasnya. Ketidakstabilan imperium itu diperparah dengan pemberontakan di Inggris dan Yudea serta konflik dengan Parthia.
Pada 65 M, ada rencana untuk membunuh Nero tetapi para konspirator itu diketahui dan langsung dieksekusi.
Pada Maret 68 M, Gaius Julius Vindex, gubernur Gallia Lugdunensis, memberontak terhadap kebijakan pajak Nero.
Dia menggandeng gubernur lain untuk bersekongkol, yaitu Servius Sulpicius Galba, dan memintanya untuk menyatakan diri sebagai Kaisar Romawi. Saat pemberontakan menyebar, dukungan untuk Galba ternyata meningkat.
Setelah itu, muncul desas-desus laporan bahwa Senat berencana memukuli Kaisar Nero si pemimpin yang jahat itu sampai mati. Nero ciut karena telah ditinggal oleh para sekutunya.
Akhirnya, ia memutuskan untuk bunuh diri. Namun ia tidak bisa melakukannya sendiri, sehingga si pemimpin yang jahat itu meminta sekretaris pribadinya, Epaphroditos, untuk menikamnya.
Dengan demikian pada 9 Juni 68 M, riwayat Nero si pemimpin yang jahat dari Kekaisaran Romawi berakhir, setelah memerintah selama kurang lebih dari 13 tahun. Mengakhiri dinasti Julio-Claudian.
Namun ternyata, sosok Kaisar Nero si pemimpin yang jahat itu masih menghantui warga, terutama dari kalangan orang-orang Kristen.
Mereka takut kalau Nero akan kembali dan sebagai anti-kristus.
Baca juga: Arkeolog Temukan Koin Perak Era Romawi Kuno di Turki
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.