Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Nero Si Kaisar Romawi yang Jahat Berakhir Bunuh Diri

Kompas.com - 28/09/2021, 15:15 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Hidup bermewah-mewahan dan bertindak sebagai tirani dalam pemerintahan, itulah Nero dari Kekaisaran Romawi.

Nero dicatat dalam sejarah sebagai kaisar Romawi yang jahat, membunuh ibunya sendiri, menganiaya orang-orang minoritas Kristen, dan membangun istana emas di tengah kemiskinan rakyatnya.

Bagaimana riwayat hidup Nero, sang kaisar Romawi yang jahat ini? Berikut rangkumannya yang dilansir dari beberapa sumber:

Baca juga: 10 Tokoh Presiden AS Terburuk Sepanjang Sejarah

Siapa itu Nero, Kaisar Romawi yang jahat?

Nero lahir dengan nama Lucius Domitius Ahenobarbus pada 37 M. Ia putra dari ayah yang seorang jenderal Romawi bernama Gnaeus Domitius Ahenobarbus dan ibunya bernama Agrippina, yang merupakan cicit dari Kaisar Augustus.

Nero dididik dalam tradisi klasik oleh filsuf Seneca dan belajar filsafat serta retorika.

Pada 48 M, Ahenobarbus meninggal, dan Agrippina kemudian menikah lagi dengan pamannya sendiri, kaisar Claudius.

Agrippina yang licik membujuk kaisar Claudius untuk menyebut Nero, sebagai penerus takhta dari pada putranya sendiri, Britannicus, dan untuk menawarkan putrinya, Octavia, sebagai istri Nero.

Kaisar Claudius yang terperdaya mengikuti saja bujukan Agrippina dan terlaksana pada 50 M.

Empat tahun kemudian pada 54 M, Kaisar Claudius meninggal, dan diduga secara luas diracuni oleh ibu Nero yang haus kekuasaan.

Tak lama kemudian, Nero mengajukkan diri ke Senat untuk menyampaikan pidato penghormatan kepada ayah tirinya dan menerima takhta sebagai Kaisar Romawi selanjutnya.

Gelar nama Nero adalah Claudius Caesar Augustus Germanicus, yang ia dapat saat naik takhta pada usia 17 tahun.

Baca juga: 4 Tokoh Sejarah Dunia Penyebab Kerugian Ekonomi Terbesar, Salah Satunya Mansa Musa I

Pengaruh Agrippina dalam pemerintahan Nero sebagai Kaisar Romawi

Dalam pemerintahan Nero sebagai Kaisar Romawi, Agrippina ini mendominasi suara dan selalu berusaha mempengaruhi putranya.

Agrippina marah dengan saran-saran yang lebih moderat dari penasihat Nero, mantan tutornya, Seneca, dan komandan Praetorian Guard, Burrus.

Agrippina juga mencoba menegaskan otoritasnya dalam kehidupan pribadi Nero, seperti ketika Nero mulai berselingkuh dengan Claudia Acte, mantan orang yang diperbudak. Nero sempat berniat untuk menceraikan Octavia.

Agrippina membela Octavia dan menyuruh putranya untuk menyingkirkan Acte.

Akhirnya Nero tetap menikah dengan Octavia sesuai rencana ibunya, tetapi ternyata Nero juga tetap memperistri Acte, tak peduli protes Agrippina tak setuju.

Diceritakan bahwa Nero semakin lama semakin menunjukkan penolakkannya terhadap pengaruh ibunya. Agrippina sangat marah dengan hal itu.

Sejak itu, Agrippina memainkan situasi dengan balik memperjuangan Britannicus, putra tirinya yang saat itu masih di bawah umur untuk mengambil takhta Nero sebagai Kaisar Romawi.

Namun pada 55 M, secara mendadak Britannicus tewas. Nero diduga kuat sebagai tokoh jahat di balik kematian Britannicus.

Perselisihan kemudian semakin sengit antara ibu dan anak yang sama-sama jahat, hanya mengincar kekuasaan Kekaisaran Romawi.

Setelah Britannicus meninggal, Agrippina mencoba menghasut masyarakat untuk melawan Nero. Mendengar itu, Nero langsung mengusir ibunya dari istana keluarga Kekaisaran Romawi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com