Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah 13 Mei: Paus Yohanes Paulus II Hendak Dibunuh di Vatikan

Kompas.com - 13/05/2021, 18:01 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber The Sun

Pontiff yang tertembak pun roboh, dan mulai kehilangan kesadaran karena darah terus mengucur darit tubuhnya.

Popemobile yang mengangkutnya dengan cepat melarikannya ke Rumah Sakir Agostino Gemelli University Polyclinic.

Paus Yohanes Paulus II menjalani operasi selama lima jam dan kehilangan tiga perempat darahnya. Namun untungnya, dia selamat.

Adapun Agca segera kabur setelah membuang pistol yang dibelinya dari seorang pria di Wina, Austria.

Untungnya, serombongan biarawati, pastor, dan penjaga keamanan segera mengadangnya, dan mengamankannya.

Baca juga: Kisah Pria Penembak Paus Yohanes Paulus II, Sempat Lega Sang Paus Masih Hidup

Salah satu komplotannya, Oral Celik, kehilangan keberanian dan kabur tanpa meledakkan bom atau melepaskan tembakan.

Berdasarkan kesaksian, para pelaku berencana melarikan diri ke Kedutaan Besar Bulgaria begitu membunuh Paus.

Paus ampuni pembunuhnya

Segera setelah ditangkap, Agca divonis penjara seumur hidup atas dakwaan melakukan upaya pembunuhan.

Umumnya, orang akan bersukacita mengetahui orang yang hendak membunuh mereka mendapatkan hukuman berat.

Namun tidak dengan Karol Jozef Wojty?a. "Doakanlah saudara saya (Agca). Karena saya sudah mengampuninya," kata dia saat itu.

Kemudian dalam salah satu momen paling bersejarah dia mengunjungi pembunuhnya di Penjara Rebibbia, Roma.

Keduanya terekam berbicara selama 22 menit, dengan Agca mencium cincin Paus di pengujung percakapan mereka.

Setelah kunjungan tersebut, Paus Yohanes Paulus II menyatakan isi pembicaraannya dengan Agca adalah hal yang rahasia.

"Saya berbicara kepadanya sebagai saudara yang mengampuninya, dan orang yang saya percaya," ujar dia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Karol Wojtyla Dilantik Menjadi Paus Yohanes Paulus II

Sekitar 20 tahun dipenjara, dia akhirnya mendapat grasi atas permintaan Paus, dan dideportasi ke Turki.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com