"Kastil Horor Holmes" kemudian diubah menjadi museum yang aneh, tetapi bangunan itu terbakar sebelum bisa dibuka.
Baca juga: Wanita Karier di Afghanistan Jadi Sasaran Pembunuhan Kelompok Ekstremis
Elizabeth Báthory adalah seorang wanita bangsawan Hongaria yang secara luas dianggap sebagai pembunuh berantai wanita paling gila dalam sejarah. Ia dijuluki "Blood Countess".
Sepanjang akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, Báthory dilaporkan membujuk para petani muda ke kastilnya dengan janji pekerjaan bergaji tinggi sebagai pelayan.
Setelah terjebak di dalam benteng, para korban ini mengalami penyiksaan yang mengerikan.
Beberapa dipukuli atau ditusuk dengan jarum, sementara yang lain ditelanjangi dan dibiarkan membeku di salju.
Menurut legenda, Báthory bahkan mandi dengan darah korbannya yang masih perawan. Ia percaya itu akan membuat kulitnya bercahaya dan awet muda.
Báthory diduga membantai sebanyak 80 gadis petani, meski jumlahnya mungkin mencapai 600.
Ketika dia menargetkan pembunuhan terhadap wanita bangsawan muda, akhirnya dia bisa dihentikan.
Pada 1611, dia dipenjara di dalam kastil yang ditutup batu bata, hanya dengan lubang kecil untuk makan. Dia meninggal 4 tahun kemudian pada 1614.
Beberapa sejarawan sejak itu berpendapat bahwa Báthory dijebak oleh musuh politik.
Meskipun, klaim itu masih diperdebatkan, karena ada sedikit keraguan bahwa reputasinya telah terkait erat dengan mitos dan legenda.
Bersama dengan Vlad the Impaler, dia dikatakan sebagai salah satu pengaruh sejarah di balik novel "Dracula" karya Bram Stoker.
Baca juga: Putin Keluarkan “Daftar Pembunuhan” Baru, Targetkan Enam Orang yang Tinggal di Inggris
Pada 1888, di distrik Whitechapel London dicengkeram oleh laporan tentang seorang pembunuh berantai yang kejam yang mengintai di jalan-jalan kota.
Orang gila tak dikenal itu diketahui memikat pelacur ke sudut jalan yang gelap, sebelum menggorok leher mereka dan secara sadis memutilasi tubuh mereka dengan pisau pahat.
Sekitar Agustus hingga November, 5 pejalan kaki ditemukan dibantai, memicu kehebohan media dan perburuan pelaku di seluruh kota.
Dia yang awalnya hanya dikenal sebagai pembunuh Whitechapel, segera mendapatkan julukan baru yang mengerikan, yaitu Jack the Ripper.
Tanpa teknik forensik modern, polisi Victoria kebingungan dalam menyelidiki kejahatan keji Jack the Ripper.
Kesaksian para saksi mata seringkali bertentangan, lalu setelah membunuh korban terakhirnya pada 9 November, ia menghilang seperti hantu.
Kasus ini akhirnya ditutup pada tahun 1892, tetapi cerita Jack the Ripper tetap memiliki daya tarik khusus tentang misteri pembunuhan.
Teori paling populer tentang kasus misteri Jack the Ripper, menyatakan bahwa kemungkinan pembunuhnya adalah seorang tukang daging atau ahli bedah karena ia memiliki pemahaman tentang anatomi dan pembedahan hewan.