SUEZ, KOMPAS.com - Kisah perang dalam Krisis Suez kerap disebut sebagai pertempuran terakhir Inggris yang kemaruk memperluas wilayah kerajaannya.
Pada 1956 dunia memang masih diliputi ketergantungan pada Inggris, mulai dari Karibia di barat, hingga Singapura, Malaya, dan Hong Kong di timur.
Sebagian besar peta Afrika juga masih berwarna merah kerajaan Inggris.
Namun yang terjadi sebenarnya, kekuasaan besar kerajaan Inggris mulai tenggelam.
Baca juga: Kisah Perang: Misteri Pasukan yang Bersantai di Medan Tempur, Tiba-tiba Orangnya Tambah Saat Pulang
Soviet Rusia dan Amerika Serikat (AS) memimpin peran dunia bebas, dan gerakan nasionalis tumbuh cepat di sebagian besar wilayah dalam pengaruh Inggris.
Termasuk di Terusan Suez, yang kala itu dioperasikan bersama oleh Inggris dan Perancis, tetapi Mesir hendak menasionalisasinya.
Melansir The Guardian pada 14 Maret 2001, awal mula Krisis Suez berawal dari ambisi kolonel muda Mesir, Gamal Abdel Nasser.
Dia adalah aktor sebenarnya di balik penggulingan Raja Farouk yang diasingkan pada pertengahan 1952.
Banyak orang Mesir sangat benci dengan tentara Inggris yang berjaga di Terusan Suez. Keberadaan mereka adalah simbol dominasi kerajaan Inggris sejak 1880-an.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.