Kemudian pada 1954 setelah menahbiskan dirinya sebagai presiden Mesir, Nasser menegosiasikan perjanjian baru agar Inggris angkat kaki dalam waktu 20 bulan.
Baca juga: Kisah Perang: Ketika Sekutu AS-Kanada Serang Pulau Kosong dan Saling Bunuh, 300 Tentara Tewas
Pada saat bersamaan jelang Krisis Suez, Perang Dingin sedang mencapai puncaknya.
Komunisme mengakar di seluruh Eropa Timur, Perancis sedang terpojok di Indo-China dan terlibat perang besar di Aljazair.
Sementara itu Israel yang negaranya baru berdiri pada 1948, melawan kekuatan gabungan enam negara Arab. Inggris pun sedang mati-matian menahan pemberontak di Siprus, Kenya, dan Malaya.
Situasi diperparah dengan karakter Anthony Eden, Menlu Inggris yang naik jadi perdana menteri untuk menggantikan Winston Churchill yang mundur pada 1955.
Kabarnya, Eden dikenal sebagai orang yang sombong dan bertemperamen tinggi.
Saat Nasser tiba-tiba mengumumkan nasionalisasi Perusahaan Terusan Suez dan tentara Inggris ditarik keluar dari zona kanal pada Juli 1956, Eden langsung naik pitam. Ia memerintahkan invasi besar-besaran.
Baca juga: Kisah Perang Saudara Amerika yang Ditonton Warga Sambil Piknik Makan Sandwich
Sejarah Terusan Suez mengungkap Nasser melakukan nasionalisasi dengan bermodus semacam kontrol internasional. Ia gencar melakukan aktivitas diplomatik, tetapi nyatanya bermotif militer.
Pada September 1956 Nasser membuat pidato yang menolak rencana pengawasan internasional atas aset nasional Mesir itu. Krisis Suez pun dimulai.
Tentara Inggris dan Perancis yang diawali pasukan udara lalu menginvasi Terusan Suez pada 31 Oktober 1956.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.