Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Solusi Dua Negara untuk Penyelesaian Konflik Palestina?

Kompas.com - 23/01/2024, 11:41 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber Guardian,AFP

PEMIMPIN dan pemerintahan sejumlah negara di dunia kembali menyuarakan solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Palestina. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, Senin (22/1/2023), misalnya, mengatakan bahwa Israel tidak dapat membangun perdamaian hanya dengan cara militer. Borrell mengusulkan solusi dua negara. Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, juga telah menyuarakan gagasan itu: solusi dua negara.

Namun, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah berkali-kali menegaskan penolakannya terhadap usulan pembentukan negara Palestina. 

Baca juga: Uni Eropa Terus Tekan Israel Terkait Solusi Dua Negara

Apa itu solusi dua negara dan bagaimana sejarahnya?

Secara sederhana, solusi dua negara adalah pembentukan negara Palestina di samping Israel. Solusi itu diharapkan akan mengakhiri konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Jadi, akan ada dua negara di lokasi antara Sungai Yordan dan Laut Tengah.

Solusi dua negara yang diusulkan Perjanjian Oslo tahu 1993 itu lahir dari serangkaian peristiwa sejarah.

Setelah runtuhnya Kekaisaran Ottoman dalam Perang Dunia I, orang Yahudi maupun Arab mengklaim hak penentuan nasib sendiri di Palestina. Usulan pertama pembentukan negara Yahudi dan Arab di wilayah Mandat Inggris di Palestina dibuat dalam laporan Komisi Peel tahun 1937. Dalam usulan itu, Yerusalem tidak dibagi.

Berdasarkan rencana tersebut, orang-orang Palestina hanya mendapatkan tanah-tanah tandus, termasuk Gurun Negev, dan area saat ini dikenal sebagai Tepi Barat dan Jalur Gaza. Sementara sebagian besar garis pantai dan beberapa tanah pertanian paling subur di Galilea diberikan kepada orang Yahudi.

Usulan itu ditolak oleh komunitas Arab Palestina, dan diterima oleh sebagian besar komunitas Yahudi.

Baca juga: PBB Kembali Soroti Solusi Dua Negara untuk Perdamaian Palestina

Pembagian wilayah wilayah Palestina kembali diusulkan dalam Rencana Pembagian PBB tahun 1947. Rencana tersebut mengusulkan pembagian dalam tiga bagian. Lagi-lagi Yerusalem ditangani secara terpisah, di bawah kontrol internasional. Rencana pembagian diterima oleh Badan Yahudi untuk Palestina dan sebagian besar faksi Zionis yang melihat proposal itu sebagai batu loncatan untuk ekspansi wilayah pada waktu yang tepat.

Namun Komite Tinggi Arab, Liga Arab dan pemimpin serta pemerintah Arab lainnya, menolaknya dengan alasan bahwa orang Arab merupakan mayoritas dua pertiga dari populasi dan harus memiliki sebagian besar tanah. Mereka juga menunjukkan ketidakmauan untuk menerima bentuk pembagian wilayah, dengan berargumen bahwa hal tersebut melanggar prinsip-prinsip penentuan nasib sendiri berdasarkan Piagam PBB.

Mereka mengumumkan niatnya untuk mengambil semua langkah yang diperlukan guna mencegah pelaksanaan resolusi itu. Akibatnya, perang saudara pecah di Palestina dan rencana tersebut tidak dilaksanakan.

Negara Israel kemudian berdiri tahun 1948. Wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza masing-masing kemudian berada di bawah kendali Yordania dan Mesir.

Namun dalam Perang Enam Hari tahun 1967, Israel menaklukkan dan menduduki Tepi Barat, Jalur Gaza, dan wilayah-wilayah Arab lainnya. 

Gagasan solusi dua negara telah menjadi kebijakan yang paling luas diterima secara internasional, meskipun orang-orang Israel dan Palestina semakin melihatnya sebagai sesuatu yang mustahil.

Mengapa solusi dua sulit dicapai?

Pendudukan Israel merupakan isu kunci yang mencegah orang-orang Palestina membentuk negara mereka sendiri. Israel memegang kendali atas wilayah Palestina (Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur) pada tahun 1967 dan warga Palestina telah hidup di bawah pemerintahan militer sejak saat itu. Upaya mediasi internasional sejak 1990-an gagal mengubah status quo.

Bahkan jika pendudukan berakhir, hanya tinggal sedikit tanah yang tersedia bagi orang-orang Palestina untuk membangun negara. Orang-orang Yahudi yang tinggal di permukiman Israel di wilayah Palestina kini mencapai 700.000 orang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia, Apa Itu?

Internasional
Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com