Orang Armenia pada awalnya mengira hal tersebut pertanda baik. Mereka berharap, Turki Muda dapat memberikan mereka lingkungan yang lebih setara. Yang mereka dapatkan justru kebalikannya.
Kelompok Turki Muda justru jauh lebih nasionalis daripada sebelumnya. Mereka memiliki visi untuk me-”turfikasi” kekaisaran itu. Akibatnya, orang-orang non-Turki, terutama yang menganut ajaran kristiani dianggap sebagai ancaman besar.
Tahun 1914, Kekaisaran Ottoman bergabung dalam Perang Dunia I di pihak Jerman dan Kekaisaran Austro-Hungaria. Di tengah-tengah perang, banyak pemimpin militer mulai curiga bahwa orang-orang Armenia akan menjadi pengkianat. Mereka berargumen orang-orang Armenia tidak akan sungkan berperang demi musuh karena mengira akan mendapatkan kemerdekaan jika Sekutu menang.
Armenia memang benar-benar melakukan hal itu: mereka menyatakan kemerdekaan. Ketika perang bertambah intensif, orang-orang Armenia ikut mengorganisir batalion sukarelawan untuk membantu tentara Rusia melawan Kekaisaran Ottoman di wilayah Kaukasus. Pemerintah Ottoman murka, dan hal inilah yang mendorong kepada genosida Armenia.
Pemerintah Ottoman mulai menangkap dan mengeksekusi ratusan intelektual Armenia pada 24 April 1915. Sedangkan orang-orang Armenia biasa banyak yang diusir dari rumahnya dan dikirim untuk melakukan “perjalanan kematian” melalui gurun Mesopotamia tanpa makanan dan air.
Seringkali mereka ditelanjangi dan dipaksa untuk berjalan di bawah terik matahari hingga tewas. Jika berhenti untuk beristirahat, mereka akan ditembak di tempat.
Pemerintah Ottoman di bawah Turki Muda juga membentuk organisasi khusus yang bertugas mengorganisir pasukan pembunuh atau batalion penjagal untuk melakukan apa yang mereka sebut sebagai upaya “likuidasi unsur-unsur Kristen”.
Pasukan pembunuh tersebut biasanya mencakup mantan narapidana, termasuk pembunuh. Mereka terkenal dengan aksi menenggelamkan orang di sungai, melemparkan orang dari tebing, hingga menyalib serta membakar orang hidup-hidup.
Banyak laporan mengatakan ada dua juta orang Armenia di Kekaisaran Ottoman sebelum terjadi pembantaian. Di tahun 1922, hanya tersisa 388.000 orang Armenia saja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.