Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Cara Taiwan Menghadapi Gempa Bumi

Kompas.com - 08/04/2024, 12:45 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

“Sungguh luar biasa mengingat gempa dengan magnitudo seperti ini, kita hanya melihat sedikit sekali korban yang dilaporkan,” kata Daniel Aldrich, profesor ilmu politik di Northeastern University yang mempelajari ketahanan gempa di seluruh dunia.

“India dan Haiti menghadapi gempa bumi yang tidak terlalu kuat namun menimbulkan lebih banyak korban jiwa dan Taiwan hanya memiliki sedikit (korban).”

Belajar dari pengalaman-pengalaman terdahulu, pemerintah Taiwan kini sudah mampu mempersiapkan langkah-langkah penanganan yang cukup efektif untuk menghadapi gempa-gempa selanjutnya di kemudian hari. Dalam beberapa tahun terakhir, Taiwan telah menggencarkan kampanye untuk membuat bangunan-bangunan lama lebih tahan gempa.

Baca juga: Helikopter Selamatkan Wisatawan yang Terdampar akibat Gempa Taiwan

Pasca satu gempa bumi tahun 2018, pemerintah mengumumkan peninjauan terhadap lebih dari 34.000 bangunan. Para pemilik bangunan dituntut untuk menyelesaikan perbaikan guna memastikan bangunan tersebut benar-benar aman.

Tahun 2022, Kementerian Dalam Negeri Taiwan menguraikan perubahan pada peraturan bangunan, termasuk penguatan bangunan yang rentan terhadap gempa bumi.

Selain berfokus pada penguatan infrastruktur, upaya pemerintah Taiwan dalam penanganan bencana alam juga berfokus pada sektor jaringan komunikasi.

Tahun 2022, dibentuklah Kementerian Urusan Digital Taiwan dengan maksud memastikan ketahanan jaringan komunikasi. Hasil kerja mereka tampak pada gempa yang baru saja terjadi, yang mana mereka melaporkan tidak terpengaruhnya sebagian besar jaringan komunikasi pasca gempa tersebut, terutama layanan internet.

Dengan jaringan yang stabil, kota-kota dan kabupaten-kabupaten di Taiwan kini memiliki tim penyelamat yang dapat bersiap siaga 24 jam sehari, yang siap memberikan respons kapan pun jika terjadi bencana.

Kurang dari satu jam setelah gempa terbaru terjadi, contohnya, pemerintah di selatan kota Kaohsiung telah mengerahkan tim penyelamat untuk pergi ke Hualien dan mengirim mereka ke pangkalan udara terdekat di Pingtung untuk kemudian diterbangkan oleh angkatan udara.

Tim-tim tersebut sebelumnya juga pernah dikirimkan ke zona bencana lain di seluruh dunia, salah satunya seperti ke Turki setelah negara itu dilanda gempa besar tahun lalu.

Sandra Oudkirk, duta besar de facto AS untuk Taiwan, memuji tanggapan tersebut dalam unggahannya di Facebook. “Taiwan telah menunjukkan model pencegahan bencana, manajemen bencana, dan penyelamatan kemanusiaan yang sukses kepada masyarakat di seluruh dunia,” tulisnya.

Tidak hanya meminimalisir dampak gempa, pemerintah Taiwan melalui usaha persiapan penanganan gempanya juga memiliki tujuan lain, yaitu meminimalisir potensi serangan dari China yang telah meningkatkan tekanan militer dan politik guna memojokkan pemerintah Taiwan agar menyerah pada Beijing.

Taiwan memiliki sistem peringatan gempa bumi yang dapat berbunyi di ponsel. Alarm ini juga sama dengan yang digunakan pemerintah untuk memperingatkan akan adanya serangan udara China yang akan datang.

Taiwan secara rutin mengadakan latihan pertahanan sipil Min’an tiap tahun yang awalnya  berfokus pada penanganan bencana alam. Namun, tahun lalu Taiwan baru saja merencanakan agar serangan China juga menjadi bagian dari latihan pertahanan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Internasional
Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Internasional
Praktik 'Deepfake' di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Praktik "Deepfake" di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Internasional
Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Internasional
Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Internasional
Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Internasional
Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Internasional
Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Internasional
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com