Beberapa warga Lebanon menganggap Hezbollah sebagai ancaman terhadap stabilitas negaranya, namun kelompok ini tetap populer di kalangan komunitas Syiah.
Baca juga: Kenapa Israel dan Amerika Serikat Berhubungan Baik?
Asal muasal Hezbollah sulit dipastikan. Namun cikal bakalnya bermula setelah Israel menginvasi Lebanon selatan sebagai respons terhadap serangan kelompok Palestina pada 1982.
Ketika itu, para pemimpin Syiah mendukung respons memisahkan diri dari gerakan Amal yang terkemuka.
Organisasi baru, Islamic Amal, menerima banyak dukungan militer dan organisasi dari Garda Revolusi Iran yang berbasis di Lembah Bekaa.
Mereka muncul sebagai kelompok yang paling menonjol dan efektif yang kemudian membentuk Hezbollah.
Kelompok tersebut melancarkan serangan ke militer Israel dan sekutunya, Tentara Lebanon Selatan (SLA), serta kekuatan asing di Lebanon.
Mereka diyakini berada di balik pemboman kedutaan AS dan barak Marinir AS pada 1983, yang menyebabkan 258 tentara Amerika dan 58 prajurit Perancis tewas, serta memaksa pasukan penjaga perdamaian Barat untuk mundur.
Pada 1985, Hezbollah secara resmi mengumumkan pendiriannya dengan menerbitkan sebuah "surat terbuka" yang mengidentifikasi AS dan Uni Soviet sebagai musuh utama dan menyerukan "pelenyapan" Israel.
Perjanjian Taif 1989 yang mengakhiri perang saudara di Lebanon dan pelucutan senjata milisi mendorong Hezbollah untuk mengubah nama sayap militernya, yang didedikasikan untuk mengakhiri pendudukan Israel. Hal ini memungkinkan mereka untuk tetap menyimpan senjatanya.
Setelah militer Suriah mengadakan perdamaian di Lebanon pada 1990, Hezbollah melanjutkan perang gerilya di Lebanon selatan. Pada saat bersamaan, Hezbollah memainkan peran aktif dalam politik Lebanon.
Pada 1992, untuk kali pertama Hezbollah berhasil berpartisipasi dalam pemilu nasional Lebanon.
Ketika pasukan Israel akhirnya mundur pada 2000, Hezbollah dipuji karena berhasil mengusir mereka.
Hezbollah menolak tekanan untuk melepaskan senjata dan justru mempertahankan kehadiran militernya di wilayah selatan guna memantau Israel di Peternakan Shebaa dan wilayah sengketa lainnya.
Pada 2006, Hezbollah melancarkan serangan lintas perbatasan yang menewaskan delapan tentara Israel dan menculik dua lainnya, sehingga memicu respons besar-besaran Israel.