Yordania menduduki wilayah yang kemudian dikenal sebagai Tepi Barat, dan Mesir menduduki Gaza.
Sementara wilayah Yerusalem terbagi untuk pasukan Israel di barat dan pasukan Yordania di timur.
Sebab tak pernah ada perjanjian perdamaian, peran dan pertempuran terus terjadi pada dekade-dekade berikutnya.
Baca juga: Mengenal Nakba, Tragedi Pengusiran Warga Palestina Setelah Israel Berdiri
Dalam perang pada 1967, Israel menduduki Yerusalem Timur dan Tepi Barat, serta sebagian Dataran Tinggi Golan di Suriah, Gaza, dan semenanjung Sinai.
Sebagian besar pengungsi Palestina dan keturunan mereka tinggal di Gaza dan Tepi Barat, serta di sejumlah negara seperti Yordania, Suriah, dan Lebanon.
Baik mereka maupun keturunan mereka tak diizinkan oleh Israel untuk kembali ke kampung halaman mereka, dengan mengatakan itu akan membuat Israel kewalahan dan mengancam keberadaannya sebagai negara Yahudi.
AS adalah satu dari segelintir negara yang mengakui kota ini sebagai ibu kota Israel.
Selama 50 tahun terakhir Israel telah membangun permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang dihuni lebih dari 700.000 orang Yahudi.
Permukiman ini dianggap ilegal berdasar hukum internasional--seperti yang dinyatakan oleh Dewan Keamanan PBB dan pemerintah Inggris--meskipun Israel menolak klaim ini.
Gaza adalah sebidang tanah sempit yang diambil antara Israel dan Laut Mediterania, yang berbatasan dengan Mesir di bagian selatan.
Dengan panjang hanya 41 km dan lebar 10 km, wilayah ini dihuni lebih dari 2.000.000 penduduk, menjadikannya sebagai salah satu tempat terpadat di dunia.
Setelah perang pada 1948-1949, Gaza diduduki oleh Mesir selama 19 tahun.
Pada 1967, Israel menduduki Gaza dan bertahan hingga 2005. Dalam jangka waktu itulah, Israel membangun permukiman Yahudi di wilayah itu.
Israel menarik pasukan dan pemukimnya pada 2005, meskipun mereka tetap memegang kendali atas wilayah udara, perbatasan, dan garis pantai Bersama.
PBB masih menganggap wilayah itu diduduki Israel.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Jalur Gaza
Ada sejumlah isu yang tak dapat disepakati oleh kedua belah pihak.
Ini termasuk:
Perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina telah dilakukan berulang kali antara 1990-an hingga 2000-an, diselingi dengan pecahnya pertikaian.
Perdamaian yang dinegosiasikan tampaknya mungkin terjadi pada masa-masa awal.
Sejumlah pembicaraan rahasia di Norwegia menjadi proses perdamaian Oslo, yang dilambangkan dengan upacara di halaman Gedung Putih pada 1993 yang dipimpin oleh Presiden AS Bill Clinton.
Dalam momen bersejarah, Palestina mengakui negara Israel dan Israel mengakui musuh bebuyutannya, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), sebagai satu-satunya wakil rakyat di Palestina.
Otoritas Palestina yang memiliki pemerintah sendiri kemudian dibentuk.