Namun, perpecahan segera muncul ketika pemimpin oposisi Israel saat itu, Benjamin Netanyahu, menyebut proses perdamaian Oslo sebagai ancaman bagi Israel.
Israel mempercepat proyek permukiman komunitas Yahudi di wilayah yang mereka duduki di Palestina.
Kelompok Palestina, Hamas, yang baru saja muncul saat itu, mengirim pelaku bom bunuh diri.
Suasana di Israel memburuk, dengan puncaknya pada momen pembunuhan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin oleh seorang ekstrimis Yahudi pada 4 November 1995.
Pada 2000-an, upaya dilakukan untuk menghidupkan kembali proses perdamaian--termasuk pada 2003 ketika peta jalan dirancang oleh negara-negara besar dangan tujuan akhir solusi dua negara, namun hal ini tak pernah terlaksana.
Upaya perdamaian akhirnya terhenti pada 2014, ketika perundingan antara Israel dan Palestina di Washington, AS, gagal.
Rencana perdamaian terbaru--yang disiapkan oleh AS ketika Donald Trump masih menjabat sebagai presiden--disebut sebagai “kesepakatan abad ini” oleh Perdana Menteri Netanyahu, namun ditolak oleh Palestina karena hanya sepihak dan tidak pernah dilaksanakan.
Baca juga: Kenapa Israel dan Amerika Serikat Berhubungan Baik?
Gaza dikontrol oleh Hamas.
Hamas memenangi pemilu terakhir Palestina pada 2006, dan menguasai Gaza pada tahun berikutnya dengan menggulingkan rival mereka, kelompok Fatah dan Presiden Mahmoud Abbas yang berbasis di Tepi Barat.
Sejak saat itu, kelompok-kelompok di Gaza telah berperang beberapa kali dengan Israel, yang bersama dengan Mesir telah mempertahankan blokade parsial untuk mengisolasi Hamas dan mencoba menghentikan serangan, khususnya penembakan roket tanpa pandang bulu ke kota-kota Israel.
Warga Palestina di Gaza mengatakan, blokade yang dilakukan Israel dan serangan udara terhadap wilayah padat penduduk merupakan hukuman kolektif.
Tahun ini merupakan tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Mereka juga mengeluhkan blokade dan tindakan militer yang dilakukan di sana sebagai respons terhadap serangan mematikan terhadap warga Israel.
Ketegangan ini mungkin menjadi salah satu alasan serangan terbaru Hamas.
Namun, para milisi mungkin juga berusaha meningkatkan popularitas mereka di kalangan rakyat Palestina, termasuk dengan menggunakan sandera untuk menekan Israel agar membebaskan sekitar 4.500 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara mereka.
AS, Uni Eropa dan negara-negara Barat mengecam serangan Hamas terhadap Israel.
AS, sekutu terdekat Israel, telah memberikan bantuan militer dan ekonomi senilai lebih dari 260 miliar dollar AS (Rp 4,11 kuadriliun) kepada Israel dan menjanjikan peralatan tambahan, rudal pertahanan udara, bom dan amunisi.
AS juga telah mengerahkan dua kapal induk ke perairan Mediterania timur untuk menghalangi musuh-musuh Israel, khususnya Gerakan Hezbollah di Libanon, membuka front kedua perang itu.
Rusia dan China sama-sama menolak mengecam Hamas, dan mengatakan mereka tetap menjaga kontak dengan kedua pihak yang berkonflik.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyalahkan kebijakan AS atas tidak adanya perdamaian di Timur Tengah.
Iran, musuh bebuyutan Israel, adalah pendukung utama Hamas, seperti halnya Hezbollah, yang milisinya terus bertikai dengan pasukan Israel hampir setiap hari sejak serangan Hamas terhadap Israel.
Sejumlah pertanyaan tentang peran Iran dalam serangan Hamas mengemuka, setelah ada laporan mengatakan bahwa mereka memberikan lampu hijau beberapa hari sebelum Hamas melakukan serangan. Namun Iran membantah keterlibatannya.
Baca juga: Kenapa Israel Belum Duduki Tepi Barat?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.