NAGORNO-KARABAKH, KOMPAS.com - Rangkaian bentrokan militer di sepanjang perbatasan Azerbaijan dan Armenia memicu kekhawatiran perang baru akan terjadi antara kedua negara.
Sejak akhir 1980-an, dua negara bekas negara republik Soviet itu bertempur memperebutkan teritori Nagorno-Karabakh, yang mengakibatkan ribuan orang meninggal dunia dan puluhan ribu orang mengungsi.
Baca juga: Kisah Perang Armenia-Azerbaijan 1990-an dan Awal Sengketa Nagorno-Karabakh
Kedua negara berada di selatan Kaukasus--pegunungan di Eropa Timur yang berbatasan dengan Asia, antara Laut Hitam dan Laut Kaspia.
Azerbaijan memiliki populasi sebanyak 10,1 juta jiwa, kebanyakan dari mereka adalah Muslim.
Sementara Armenia memiliki populasi tiga juta jiwa dengan mayoritas penduduknya beragama Nasrani.
Azerbaijan memiliki hubungan yang erat dengan Turkiye, sedangkan Armenia dengan Rusia (kendati Rusia juga memiliki hubungan yang baik dengan Azerbaijan).
Pada 1923, Uni Soviet menjadikan Nagorno-Karabakh, yang mayoritas penduduknya warga Armenia, sebuah republik otonom Azerbaijan.
Sebagian besar dari 150.000 penduduk di kawasan itu saat ini adalah warga Armenia.
Pada 1988, warga etnis Armenia di Nagorno-Karabakh mulai menuntut agar kawasan itu diperintah oleh orang Armenia. Hal ini memicu ketegangan antaretnis.
Pada 1991, ketika wilayah tersebut secara resmi menyatakan kemerdekaan, perang pecah antara Armenia dan Azerbaijan.
Perang itu mengakibatkan sekitar 30.000 korban jiwa dan ratusan ribu orang lainnya mengungsi.
Pada tahun 1994, Rusia menengahi gencatan senjata.
Nagorno-Karabakh tetap menjadi bagian dari Azerbaijan, tetapi sejak itu sebagian besar diperintah oleh separatis yang mendeklarasikan diri sebagai republik, dijalankan oleh etnis Armenia, dan didukung oleh pemerintah Armenia.
Perang antara Armenia dan Azerbaijan kembali berkorbar antara September dan November 2020.
Kali ini, Azerbaijan--yang didukung oleh Turkiye--berada di atas angin dan mendapatkan kembali kendali penuh atas sebagian besar Nagorno-Karabakh.
Baca juga: Kenapa Armenia-Azerbaijan Perang di Nagorno-Karabakh? Apa yang Direbutkan?
Di tengah gencatan senjata yang dimediasi oleh Rusia, Armenia menarik pasukan dari sana dan hampir 2.000 penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke wilayah itu untuk memantau gencatan senjata.
Pemimpin kedua negara telah bertemu beberapa kali untuk menuntaskan perjanjian damai terkait Nagorno-Karabakh, tetapi tidak berhasil.
Dalam beberapa hari terakhir, pertempuran terjadi di perbatasan Armenia dan Azerbaijan, yang disebut oleh Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan telah mengakibatkan 49 tentara Armenia tewas.
Armenia mengeklaim pasukan Azerbaijan menyerang beberapa kota di dekat perbatasan negara itu dengan Azerbaijan.
Negara itu kemudian merespons apa yang disebut sebagai "provokasi skala besar".
Akan tetapi, Azerbaijan mengeklaim Armenia adalah yang pertama melakukan serangan.
Azerbaijan menuding Armenia melakukan aktivitas intelijen di sepanjang perbatasan dan menyerang pos militer Azerbaijan.
Banyak negara khawatir akan pecahnya perang antara kedua negara di bekas wilayah Soviet di Eropa timur, selain perang di Ukraina.
Konflik ini dikhawatirkan bisa menarik negara-negara lain, seperti Rusia dan Turkiye.
Rusia mengatakan telah menegosiasikan gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan, tapi bentrokan dilaporkan terus terjadi.
Perancis, yang saat ini menjabat sebagai presiden dewan keamanan PBB, telah meminta Dewan Keamanan PBB untuk membahas konflik tersebut.
Charles Michel, presiden Dewan Eropa, mengatakan dia telah melakukan kontak dengan Pashinyan dan presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Eropa berkepentingan untuk menjaga Azerbaijan dalam keadaan damai.
Perang di Ukraina membuat pasokan gas Rusia ke Uni Eropa menghilang dan membuat negara-negara Eropa kekurangan pasokan gas.
Baru-baru ini, Uni Eropa menandatangani kesepakatan dengan Azerbaijan untuk meningkatkan pasokan gasnya menjadi 12 miliar meter kubik pada 2023 dan 20 meter kubik pada 2027.
Namun, kesepakatan itu tergantung pada perusahaan migas asing yang berinvestasi di Azerbaijan untuk memastikan negara itu memiliki kapasitas untuk mengekspor gas dalam jumlah itu.
Baca juga: Kenapa Rusia dan Ukraina Perang, Termasuk Berebut Crimea?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.