Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Rumphius, Tokoh Ahli Botani Ambon yang Buta Kelahiran Jerman

Kompas.com - 25/09/2021, 06:57 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Selama perayaan Tahun Baru Imlek pada 1674, gempa bumi menghancurkan rumahnya, menewaskan putri bungsunya dan istrinya, "Sahabat utama saya dan penolong dalam pengumpulan tumbuh-tumbuhan dan tanaman".

Gempa dan kematian keluarganya terjadi setelah dia menamai sebuah tanaman anggrek langka yang pertama kali istrinya tunjukkan padanya.

Setelah 8 tahun kemudian pada 1682, tokoh ahli botani Ambon ini terpaksa menjual koleksi 360 jenis kerangnya yang berharga dan benda alam lainnya, termasuk yang paling langka dan paling aneh, yang ia kumpulkan di dalam dan sekitar Ambon dari kali pertama tiba di sana (hampir 3 dekade sebelumnya).

Kepada pemilik baru, Grand Duke of Tuscany Cosimo de Medici, Rumphius dengan tajam menulis pesan bahwa benda-benda alam koleksinya adalah "harta yang telah saya kumpulkan selama bertahun-tahun dengan banyak biaya serta tenaga, dan di masa depan, tidak mungkin diperoleh lagi, terutama karena saya sekarang sudah tua dan buta."

Pada 11 Januari 1687, terjadi kebakaran hebat di kota yang sampai menghancurkan perpustakaan, koleksi tanaman, dan proyeknya "Herbarium Amboinense" yang hampir selesai, baik tulisan, ilustrasi gambarnya.

Dengan sedih, ia mengulang pekerjaan lagi. Pekerjaan kali ini tak mudah karena hilangnya spesimen botani asli, yang harus didapat kembali.

Pada 1690, 6 buku edisi pertama "Herbarium Amboinense" selesai, bersama dengan ilustrasi berwarnanya, dan sia untuk dikirim ke Amsterdam.

Gubernur jenderal Hindia Belanda saat itu terlebih dahulu meminta Rumphius menyalin semua karyanya. Tugas itu diselesaikan tokoh ahli botani Ambon ini pada 1692, selama itu juga ia mengerjakan 6 buku bagian terakhir dari "Herbarium Amboinense".

"Herbarium Amboinense" bagian pertama dikirim ke Amsterdam, tetapi tidak bisa sampai ke tujuan karena kapal Belanda yang membawanya tenggelam diserang Perancis.

Akhirnya pada 1697, 6 buku asli dari bagian pertama "Herbarium Amboinense", serta 6 buku dari bagian kedua tiba dengan selamat. Tokoh ahli botani Ambon ini juga mampu menyelesaikan "Amboinensis Auctuarium" atau suplemen tambahan seputar tanaman di Ambon.

Baca juga: [Biografi Tokoh Dunia] Joseph Priestley, Pendeta yang Jadi Ilmuwan Penemu Oksigen

Kematian Rumphius

Setelah salinan "Amboinensis Auctuarium" dibuat, salinan itu juga dikirim ke Belanda pada 1702, sebulan sebelum Rumphius meninggal. Georg Eberhard Rumphius meninggal pada 15 Juni 1702.

Gubernur Maluku Hindia Belanda sangat menghargai dan mengakui dedikasi Georg Eberhard Rumphius sebagai tokoh ahli botani Ambon. Dalam sebuah surat Gubernur Maluku Hindia Belanda berkata bahwa sekarang "tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari Tuan Tua, karena dia sudah tiada."

Setelah kematiannya, buku "Amboinensis Auctuarium" Rumphius tentang flora Hindia Timur akhirnya selesai dicetak. Namun buku iitu tidak diizinkan diterbitkan, karena VOC takut "Herbarium Amboinense" itu akan merusak monopoli perdagangnya, seperti cengkeh, pala, dan kayu manis.

Tiga bulan setelah kematian tokoh ahli botani Ambon, buku "Amboinensis Auctuarium" tentang flora Hindia Timur akhirnya izin penerbitan diberikan.

Manuskrip itu dirilis dengan ketentuan bahwa penerbitannya tidak dikenakan biaya kepada Kompeni dan setiap bagian yang merugikannya dihapus, seperti, jumlah pala yang berlebihan dibakar atau bahwa budak mati saat memanen rempah-rempah.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com