Belakangan tahun itu selama Pertempuran Awazu, dia mengalahkan pemimpin klan Musashi, dengan memenggalnya dan menjaga kepalanya sebagai piala.
Reputasi Gozen begitu tinggi, sehingga dikatakan bahwa pemimpinnya, Lord Kiso no Yoshinaka, menganggapnya sebagai jenderal sejati pertama Jepang.
Istri pertama shogun dari Zaman Kamakura (1185-1333), Hojo Masako adalah onna-bugeisha pertama yang menjadi pemain menonjoldalam politik.
Setelah kematian suaminya, Masako menjadi biarawati Buddha awalnya, tetapi kemudian melanjutkan keterlibatannya dalam politik.
Pada zaman kuno Jepang, seorang istri yang ditinggalkan oleh suaminya yang seorang samurai, secara tradisi akan menjadi biarawati Buddha.
Dia memainkan peran kunci dalam membentuk karir kedua putranya, Minamoto no Yoriie dan Minamoto no Sanetomo, yang menjadi shogun kedua dan ketiga.
Di bawah ama-shogun, undang-undang yang mengatur pengadilan shogun memungkinkan perempuan memiliki hak yang sama atas warisan dengan saudara kandung.
Wanita memperoleh status yang lebih tinggi dalam rumah tangga, dan diizinkan untuk mengontrol keuangan, memelihara rumah mereka, mengatur para pelayan, dan membesarkan anak-anak mereka dengan asuhan samurai yang tepat.
Baca juga: 10 Fakta Sejarah Samurai Jepang yang Melegenda
Onna-bugeisha adalah kelas prajurit bangsawan zaman feodal Jepang yang sudah ada jauh sebelum istilah "samurai" digunakan.
Antara abad 12 dan 19, wanita kelas atas ini dilatih dalam seni perang dan penggunaan naginata , terutama untuk mempertahankan diri dan rumah mereka.
Jika komunitas mereka dikuasai oleh pejuang musuh, onna-bugeisha diharapkan untuk berjuang sampai akhir dan mati dengan terhormat, senjata di tangan.
Selama berabad-abad setelah pemerintahan Tomoe Gozen, onna-bugeisha berkembang dan menjadi bagian besar dari kelas samurai.
Prajurit wanita akan melindungi desa dan membuka sekolah di seluruh kekaisaran Jepang untuk melatih wanita muda dalam seni bela diri dan strategi militer.
Meskipun ada banyak klan berbeda yang tersebar di seluruh Jepang, semuanya termasuk prajurit samurai dan semuanya mengakui kehebatan onna-bugeisha.
Sumber-sumber sejarah memberikan beberapa catatan tentang onna-bugeisha, bahwa peran seorang wanita bangsawan Jepang tidak terbatas pada ibu rumah tangga dan istri.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa wanita Jepang sering ikut terlibat dalam pertempuran dengan ditemukannya kerangka dari situs Pertempuran Senbon Matsubaru pada 1580. Di situs itu menunjukkan 35 dari 105 mayat adalah wanita.
Baca juga: Sejarah 3 Samurai yang Dikenal sebagai Pemersatu Jepang
Selama abad ke-16, keberadaan ninja wanita yang dikenal sebagai "Kunoichi".
Ninja bertugas sebagai pembunuh, mata-mata dan utusan dengan misi tertentu. Ia dilatih dalam seni bela diri seperti taijutsu, kenjutsu, dan ninjutsu.
Salah satu kunoichi yang diterima secara historis adalah Mochizuki Chiyome.