Stephen Edwards, yang memimpin penelitian tentang industri ekstraktif di Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), mengatakan bahwa dapat lebih buruk lagi, dengan sebagianbesar dampaknya mungkin tidak segera terlihat.
Sehingga, sulit untuk mengetahui secara pasti seberapa buruk dampak mengekstraksi pasir.
"Ini tentu saja adalah sesuatu yang sedang naik ke tingkat yang benar-benar perlu kita perhatikan lebih detail," ujar Edwards.
Menurut sebuah artikel yang diterbitkan di jurnal Nature pada 2019, penambangan pasir telah berkontribusi mendorong buaya gharial pemakan ikan di sungai Gangga dalam ambang kepunahan.
Kurang dari 250 buaya dewasa yang tersisa di alam liar.
Chris Hackney, seorang ahli geografi di University of Newcastle di Inggris menulis artikel Nature, yang mengatakan bahwa salah satu alasan kerusakan lingkungan akibat penambangan pasir adalah karena manusia mengabaikannya.
"Minta orang untuk menyebutkan komoditas terpenting di planet ini dan apsir mungkin bukan yang disebutkan," kata Hackney.
Baca juga: Korea Utara Lanjutkan Pembangunan Situs Wisata Inklusif di Tengah Pandemi Covid-19
Meskipun sepertiga dari permukaan bumi diklasifikasikan sebagai gurun, negara Timur Tengah seperti Arab Saudi mengalami kekurangan pasokan pasir dan harus mengimpor ke Kanada dan Australia.
Contoh lainnya, Burj Khalifa gedung pencakar langit setinggi 830 meter di negara Uni Emirat Arab, dibangun menggunakan pasir impor dari belahan dunia lain.
Hal itu karena pasir gurun memiliki nilai yang kecil untuk industri konstruksi.
Saat angin bertiup di atas bukit pasir, mereka membentuk partikel pasir menjadi bola.
Bola bundar ini memiliki daya cengkeram yang lebih rendah dibandingkan butiran bergerigi yang ditemukan di dasar sungai, pantai, dan dasar laut, yang memiliki struktur yang diperlukan untuk membuat beton kuat.
"Ketika saya dibesarkan di Bangalore, saya terus membaca laporan tentang sungai yang hancur akibat penambangan pasir," kata Pereira, peneliti yang saat membaca laporan itu mengingatkannya tentang masa mudanya bangun jam 2 pagi untuk mengambil air di sungai.
"Pada saat yang sama, saya ingat melihat ratusan dan ratusan truk berisi pasir di jalan raya, memasok semua lokasi konstruksi," ujarnya.
Baca juga: Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Sebagian besar permintaan datang dari China, yang memproduksi lebih banyak semen dalam 3 tahun dari 2011 hingga 2014, dari pada yang dilakukan AS sepanjang abad terakhir.