Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Terancam Kelangkaan Pasir Saat Pembangunan Gila-gilaan

Kompas.com - 05/04/2021, 12:39 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber DW

KOMPAS.com - Apakah kamu tahu pasir di dunia ini ada batasnya? Di negara dengan gurun pasir, seperti Timur Tengah mengimpor pasir dari Australia dan Kanada.

Permintaan pasir konstruksi meningkat lebih cepat dari pada pasokan, yang dipakai untuk membuat beton rumah, aspal jalan, dan sebagainya.

Pasir, bahan penyusun kehidupan modern yang berada di jantung industri pembangunan, semakin menipis dan tidak ada yang tahu seberapa cepat akan habis.

Melansir DW pada Senin (15/3/2021), pasir adalah bahan yang paling banyak digunakan di planet ini, tetapi juga salah satu yang paling tidak terpantau dengan baik.

Baca juga: [Biografi Tokoh Dunia] Ferdinand de Lesseps, Inisiator Pembangunan Terusan Suez

Tidak seperti kebanyakan komoditas lainnya, pembuat kebijakan kecenderungan hanya memiliki perkiraan kasar tentang berapa banyak komoditas tersebut digunakan setiap tahun.

Sebuah laporan penting dari Program Lingkungan PBB (UNEP) pada 2019, mencatat penggunaan pasir untuk bahan pembuat semen, mencapai 50 miliar ton.

Para peneliti mengatakan lebih banyak pasir yang digunakan tidak bertanggung jawab setiap tahun.

Meski pasir dapat diperoleh dengan menghancurkan batu, di sebagian wilayah, bahkan kelangkaan pasir terjadi yang memicu kerusakan lingkungan.

"Sifat krisis adalah kami tidak memahami materi ini dengan cukup baik," kata Louise Gallagher dari Global Sand Observatory di Jenewa, yang ikut menulis laporan tersebut.

"Kami tidak cukup memahami dampak dari mana kami mengambilnya. Terkadang kami bahkan tidak tahu dari mana asalnya, berapa banyak yang keluar dari sungai. Kami tidak tahu. Kami hanya tidak tahu," ungkap Gallagher tentang penggunaan pasir.

Baca juga: Biden Hentikan Pendanaan Pembangunan Tembok Perbatasan Era Trump

Penambangan pasir

Penambangan pasir menghancurkan habitat, sungai kotor dan mengikis pantai, banyak di antaranya sudah kehilangan tanah karena naiknya permukaan laut.

Saat penambang menggali lapisan pasir, tepian sungai menjadi kurang stabil.

Polusi dan keasaman dapat membunuh ikan dan menyisakan lebih sedikit air untuk manusia dan tanaman. Masalah menjadi lebih buruk ketika bendungan di hulu mencegah sedimen mengisi kembali sungai.

“Banyak sekali dampak lain yang tidak dipertimbangkan,” kata Kiran Pereira, peneliti independen yang menulis buku tentang solusi krisis pasir.

"Ini jelas tidak tercermin dalam harga pasir," imbuhnya.

Stephen Edwards, yang memimpin penelitian tentang industri ekstraktif di Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), mengatakan bahwa dapat lebih buruk lagi, dengan sebagianbesar dampaknya mungkin tidak segera terlihat.

Sehingga, sulit untuk mengetahui secara pasti seberapa buruk dampak mengekstraksi pasir.

"Ini tentu saja adalah sesuatu yang sedang naik ke tingkat yang benar-benar perlu kita perhatikan lebih detail," ujar Edwards.

Menurut sebuah artikel yang diterbitkan di jurnal Nature pada 2019, penambangan pasir telah berkontribusi mendorong buaya gharial pemakan ikan di sungai Gangga dalam ambang kepunahan.

Kurang dari 250 buaya dewasa yang tersisa di alam liar.

Chris Hackney, seorang ahli geografi di University of Newcastle di Inggris menulis artikel Nature, yang mengatakan bahwa salah satu alasan kerusakan lingkungan akibat penambangan pasir adalah karena manusia mengabaikannya.

"Minta orang untuk menyebutkan komoditas terpenting di planet ini dan apsir mungkin bukan yang disebutkan," kata Hackney.

Baca juga: Korea Utara Lanjutkan Pembangunan Situs Wisata Inklusif di Tengah Pandemi Covid-19

Penggunaan pasir

Meskipun sepertiga dari permukaan bumi diklasifikasikan sebagai gurun, negara Timur Tengah seperti Arab Saudi mengalami kekurangan pasokan pasir dan harus mengimpor ke Kanada dan Australia.

Contoh lainnya, Burj Khalifa gedung pencakar langit setinggi 830 meter di negara Uni Emirat Arab, dibangun menggunakan pasir impor dari belahan dunia lain.

Hal itu karena pasir gurun memiliki nilai yang kecil untuk industri konstruksi.

Saat angin bertiup di atas bukit pasir, mereka membentuk partikel pasir menjadi bola.

Bola bundar ini memiliki daya cengkeram yang lebih rendah dibandingkan butiran bergerigi yang ditemukan di dasar sungai, pantai, dan dasar laut, yang memiliki struktur yang diperlukan untuk membuat beton kuat.

"Ketika saya dibesarkan di Bangalore, saya terus membaca laporan tentang sungai yang hancur akibat penambangan pasir," kata Pereira, peneliti yang saat membaca laporan itu mengingatkannya tentang masa mudanya bangun jam 2 pagi untuk mengambil air di sungai.

"Pada saat yang sama, saya ingat melihat ratusan dan ratusan truk berisi pasir di jalan raya, memasok semua lokasi konstruksi," ujarnya.

Baca juga: Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Sebagian besar permintaan datang dari China, yang memproduksi lebih banyak semen dalam 3 tahun dari 2011 hingga 2014, dari pada yang dilakukan AS sepanjang abad terakhir.

India, produsen semen terbesar berikutnya, yang diproyeksikan melampaui China sebagai negara terpadat di dunia pada 2027.

Ketika orang-orang di seluruh Asia dan Afrika pindah ke kota-kota dan populasi dunia membengkak menjadi 10 miliar orang pada pertengahan abad ini, permintaan pasir diproyeksikan akan terus meningkat.

Dan pasir digunakan bukan hanya untuk membuat beton.

Pada 2011, 20 juta meter kubik pasir dikeruk dari dasar laut di pantai Belanda untuk membentuk penghalang alami yang melindungi dari erosi dan perubahan iklim.

Selama setengah abad terakhir Singapura telah membangun pulau-pulau buatan yang telah menambah luas daratannya, seperempat menggunakan pasir yang diimpor dari Kamboja, Vietnam, Indonesia, dan Malaysia.

Kepulauan Palm buatan Dubai, terlihat dari luar angkasa, dibuat dengan pasir yang dikeruk dari dasar Teluk Persia.

Baca juga: Pakar: Pembangunan China 5 Tahun ke Depan Akan Bantu Dunia Pulih dari Pandemi

Tumbal manusia

Saat harga pasir naik, petugas polisi di negara-negara dari Afrika Selatan hingga Meksiko terus melaporkan korban jiwa dari aktivitas penambangan.

Tidak ada tempat kekerasan yang lebih buruk dari pada di India, rumah bagi "mafia pasir" paling mematikan di dunia, sebagaimana yang dilaporkan oleh DW.

Sebuah laporan tahun lalu dari South Asia Network on Dams, Rivers and People, sebuah kelompok lingkungan yang berbasis di Delhi, menghitung 193 orang yang meninggal akibat penambangan pasir ilegal di India selama 2 tahun terakhir.

Penyebab utama kematian mereka adalah kondisi kerja yang buruk, kekerasan dan kecelakaan.

Geng-geng kriminal dari penambangan ilegal di sana pun membakar hidup-hidup wartawan, membacok aktivis hingga tewas dan menabrak polisi dengan truk.

Sementara beberapa penambang menyelam ke dasar sungai ratusan kali sehari tanpa pakaian pelindung, dan ada laporan pekerja anak dari India ke Uganda, industri ini jarang dimintai pertanggungjawaban.

Pada akhir Februari, pengadilan khusus di Delhi memenjarakan bos raksasa pasir pantai India VV Minerals dan mantan direktur kementerian lingkungan karena penyuapan.

Baca juga: Jusuf Kalla Menyaksikan Penandatanganan Kerja Sama Pembangunan Museum Nabi Muhammad

Bos pertambangan, yang telah membantah tuduhan penambangan pasir ilegal yang berlangsung selama beberapa dekade, telah tertangkap basah membayar biaya kuliah universitas dari putra seorang pejabat dengan imbalan izin lingkungan.

Dalam kasus itu satu outlet berita lokal membandingkan aktivitas pertambangan pasir ilegal itu dengan mafia Amerika terkenal, Al Capone, yang dipenjara karena pelanggaran pajak.

Untuk mengatasi krisis pasir, para ahli mengatakan para pemimpin dunia perlu mengatur industri dengan lebih baik dan menegakkan hukum melawan korupsi, serta memantau produksi pasir global.

Mereka perlu mengurangi permintaan pasir dengan mencari alternatif selain beton dan melakukan pembangunan lebih efisien dengan bahan, seperti kayu.

Limbah dari bangunan yang hancur dapat digunakan kembali sebagai agregat untuk pembuatan jalan, misalnya.

Beberapa peneliti sedang mencari cara untuk membuat pasir gurun yang melimpah di dunia cocok untuk bangunan, dengan memanaskan dan menghancurkan biji-bijian, dan sekarang mencari cara untuk membuat prosesnya cukup murah agar praktis.

"Kemampuan kita membangun tidak bergantung pada kebutuhan pasir kami," kata Pereira.

"Kita dapat memisahkan keduanya dan tetap membangun dan memungkinkan kemakmuran manusia tanpa merusak ekosistem kita," imbuhnya.

Baca juga: Jusuf Kalla Tiba di Arab Saudi Bahas Tindak Lanjut Pembangunan Museum Internasional

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia, Apa Itu?

Internasional
Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Internasional
Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com