Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Terancam Kelangkaan Pasir Saat Pembangunan Gila-gilaan

Kompas.com - 05/04/2021, 12:39 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber DW

India, produsen semen terbesar berikutnya, yang diproyeksikan melampaui China sebagai negara terpadat di dunia pada 2027.

Ketika orang-orang di seluruh Asia dan Afrika pindah ke kota-kota dan populasi dunia membengkak menjadi 10 miliar orang pada pertengahan abad ini, permintaan pasir diproyeksikan akan terus meningkat.

Dan pasir digunakan bukan hanya untuk membuat beton.

Pada 2011, 20 juta meter kubik pasir dikeruk dari dasar laut di pantai Belanda untuk membentuk penghalang alami yang melindungi dari erosi dan perubahan iklim.

Selama setengah abad terakhir Singapura telah membangun pulau-pulau buatan yang telah menambah luas daratannya, seperempat menggunakan pasir yang diimpor dari Kamboja, Vietnam, Indonesia, dan Malaysia.

Kepulauan Palm buatan Dubai, terlihat dari luar angkasa, dibuat dengan pasir yang dikeruk dari dasar Teluk Persia.

Baca juga: Pakar: Pembangunan China 5 Tahun ke Depan Akan Bantu Dunia Pulih dari Pandemi

Tumbal manusia

Saat harga pasir naik, petugas polisi di negara-negara dari Afrika Selatan hingga Meksiko terus melaporkan korban jiwa dari aktivitas penambangan.

Tidak ada tempat kekerasan yang lebih buruk dari pada di India, rumah bagi "mafia pasir" paling mematikan di dunia, sebagaimana yang dilaporkan oleh DW.

Sebuah laporan tahun lalu dari South Asia Network on Dams, Rivers and People, sebuah kelompok lingkungan yang berbasis di Delhi, menghitung 193 orang yang meninggal akibat penambangan pasir ilegal di India selama 2 tahun terakhir.

Penyebab utama kematian mereka adalah kondisi kerja yang buruk, kekerasan dan kecelakaan.

Geng-geng kriminal dari penambangan ilegal di sana pun membakar hidup-hidup wartawan, membacok aktivis hingga tewas dan menabrak polisi dengan truk.

Sementara beberapa penambang menyelam ke dasar sungai ratusan kali sehari tanpa pakaian pelindung, dan ada laporan pekerja anak dari India ke Uganda, industri ini jarang dimintai pertanggungjawaban.

Pada akhir Februari, pengadilan khusus di Delhi memenjarakan bos raksasa pasir pantai India VV Minerals dan mantan direktur kementerian lingkungan karena penyuapan.

Baca juga: Jusuf Kalla Menyaksikan Penandatanganan Kerja Sama Pembangunan Museum Nabi Muhammad

Bos pertambangan, yang telah membantah tuduhan penambangan pasir ilegal yang berlangsung selama beberapa dekade, telah tertangkap basah membayar biaya kuliah universitas dari putra seorang pejabat dengan imbalan izin lingkungan.

Dalam kasus itu satu outlet berita lokal membandingkan aktivitas pertambangan pasir ilegal itu dengan mafia Amerika terkenal, Al Capone, yang dipenjara karena pelanggaran pajak.

Halaman:
Sumber DW
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com