Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penanda Arah Politik Jepang

Kompas.com - 19/05/2013, 03:57 WIB

”Sampai dengan penyelenggaraan People Tribunal tahun 2000, kelompok ultranasionalis meneriaki korban, ’pelacur, pelacur, kami membayarnya’,” ujar Koordinator Jaringan Kartini Asia Nursyahbani Katjasungkana dan utusan Indonesia dalam Tokyo Tribunal tahun 2000.

Istilah ’comfort women’ digunakan untuk melegitimasi perbuatan kriminal dalam perang, menyangkali upaya sistematis tentang praktik-praktik penipuan, ancaman, pemaksaan, dan penculikan korban.

Pemerkosaan massal

Sistem ’comfort stations’ dirancang untuk menanggapi terjadinya pemerkosaan massal oleh serdadu Jepang di Nanking, China, tahun 1937. Pengadilan Internasional Kriminal Perang untuk Timur Jauh di Tokyo, April 1946-November 1948, tidak menyinggung sistem perbudakan seksual yang dilakukan militer Jepang.

Pada tahun 1991, sejarawan Yoshiaki Yoshimi mengungkapkan dokumen kunci yang ditemukan dari Perpustakaan Lembaga Pertahanan Jepang di Tokyo tentang keterlibatan Tentara Kerajaan dalam sistem ’comfort stations’, termasuk ’hal-hal terkait pola rekrutmennya’.

Pada tahun 1992, PM Kiichi Miyazawa secara resmi meminta maaf kepada Korea Selatan disusul PM Tomiichi Murayama meminta maaf secara resmi kepada semua korban, khususnya dari Asia, tahun 1995.

Kembalinya penyangkalan terhadap isu ’comfort women’ dalam pusaran politik Jepang sebenarnya menjadi penanda yang lebih jauh dari situasi yang terus berkembang di Jepang sejak awal tahun 2000-an.

Abe dikenal dengan gagasan rencana reformasi pendidikan untuk memasukkan kembali indoktrinasi patriotisme Jepang ke sekolah. Japan Press Weekly (22/2/2012) menulis perkembangan terakhir ’purifikasi sejarah’ adalah dihapuskannya deskripsi tentang ’comfort women’ dan ’penjagalan orang’ di depan situs goa yang digunakan serdadu Jepang selama Perang Okinawa. Tahun 2007, fakta tentang koersi dan pemaksaan bunuh diri massal oleh tentara Jepang terhadap warga Okinawa dalam perang juga dihapus dari buku teks sejarah.

Salah satu prioritas Abe adalah memperkuat identitas nasional Jepang, mengembalikan kekuatan ekonomi Jepang, serta modernisasi personel dan peralatan militer. Dalam pidatonya di depan Center for Strategic and International Studies, ia menegaskan, ”Japan is Back!” (MoFA, 22/2/2013).

Rancangan serangkaian kebijakan untuk mereformasi ekonomi Jepang yang dikenal sebagai ”Abenomics” dirasa memberikan harapan sejak kemajuan ekonomi negeri itu diambil alih China, ’musuh historis-’nya, dengan pertumbuhan kedua tertinggi di dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com