Hamas telah secara vokal menentang keberadaan Israel. Selama bertahun-tahun Hamas melakukan perlawanan terhadap Israel. Paling akhir pada 7 Oktober 2023, ketika mereka secara tiba-tiba melancarkan serangan yang menewaskan lebih dari 1.200 orang yang kemudian memicu perang yang berlangsung hingga saat ini.
Hamas sempat bergabung dengan Otoritas Palestina dan menjadi pemimpin otoritas itu setelah memenangkan pemilihan umum di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Namun, Hamas akhirnya berpisah dari Otoritas Palestina setelah saingannya, Fatah, yang telah lebih dulu mendominasi Otoritas Palestina menolak untuk mengakui kemenangan Hamas dalam pemilu.
Keduanya akhirnya berperang dan Fatah berhasil mengusir Hamas dari Tepi Barat. Di sisi lain, Hamas berhasil menguasai Jalur Gaza.
Setelah berhasil menduduki Jalur Gaza, Hamas kemudian mulai mendirikan institusi politik, militer dan hukum yang sepenuhnya terpisah dari instansi di Tepi Barat. Di Jalur Gaza, Hamas menetapkan Kota Gaza sebagai pusat pemerintahannya. Meski begitu, banyak petinggi Hamas yang memilih untuk tinggal di luar negeri, termasuk kepala politik Hamas sendiri, Ismail Haniyeh.
PLO dan PA
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) merupakan sebuah organisasi politik yang mengklaim dirinya sebagai perwakilan warga Palestina di dunia yang telah menempati wilayah Palestina sebelum berdirinya Israel tahun 1948. PLO didirikan tahun 1964 ketika pada pertemuan Arab sebagai pusat kepemimpinan dari berbagai kelompok Palestina yang sebelumnya beroperasi sebagai gerakan perlawanan bawah tanah.
Baca juga: Pentingnya Palestina Jadi Anggota Penuh PBB
Berdirinya Otoritas Palestina berangkat dari sebuah pertemuan rahasia antara PLO dan Israel di Norwegia tahun 1993 yang berujung pada penandatanganan Perjanjian Oslo, sebuah perjanjian yang mengharuskan Tepi Barat dan Jalur Gaza yang telah dikuasai Israel sejak tahun 1967 untuk secara bertahap diserahkan kepada Palestina.
Melalui perjanjian tersebut, kedua belah pihak sepakat agar Otoritas Palestina mengambil kendali atas sebagian besar wilayah Palestina yang diduduki Israel. Namun, beberapa kelompok Islam militan seperti Hamas menentang perjanjian perdamaian tersebut.