Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Kompas.com - 24/04/2024, 13:05 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

IfNotNow

IfNotNow pertama kali dibentuk tahun 2014 di tengah-tengah perang Israel-Hamas yang menewaskan 2.000 warga Palestina. Situsnya menyatakan, IfNotNow berdiri atas kumpulan “pemuda Yahudi yang marah dengan tanggapan yang sangat agresif dari lembaga-lembaga Yahudi Amerika.”

Tujuan IfNotNow adalah “mengakhiri dukungan AS terhadap sistem apartheid Israel dan menuntut kesetaraan, keadilan, dan masa depan yang baik bagi seluruh warga Palestina dan Israel.”

Pada hari-hari pertama serangan Hamas ke Israel di 7 Oktober, kelompok itu melemparkan kecaman kepada kedua belah pihak baik Hamas dan Israel. Di satu sisi, kelompok itu mengecam aksi Hamas. Di sisi lain, kelompok itu mengulangi kritiknya terhadap kebijakan Israel.

Baca juga: Demonstran Pro-Palestina Blokade Jembatan dan Jalanan di AS

“Kami tidak bisa dan tidak akan mengatakan tindakan militan Palestina hari ini tidak beralasan,” kata kelompok itu pada 7 Oktober. “Pengepungan yang mencekik di Gaza adalah sebuah provokasi. Pemukim meneror seluruh desa-desa Palestina, tentara menyerbu dan menghancurkan rumah-rumah warga Palestina. … Ini adalah provokasi yang dilakukan oleh pemerintahan sayap kanan paling ekstrem dalam sejarah Israel.”

Sama seperti JVP, kelompok IfNotNow juga seringkali dapat kritik tajam dari Liga Anti-Defamasi. IfNotNow dinilai telah melakukan kritik “ekstrem” terhadap pemerintah Israel dan “retorika yang memecah belah, beberapa di antaranya mungkin menyinggung anggota komunitas arus utama Yahudi.”

Meski begitu, IfNotNow mengklaim memiliki puluhan ribu anggota dan pendukung. Tetapi berdasarkan formulir pajak mereka di tahun 2021, total pendapatan IfNotNow di bawah 397.000 dolar.

Students for Justice in Palestine

Students for Justice in Palestine hadir di berbagai kampus di AS sebagai wadah untuk “memberdayakan, menyatukan, dan mendukung pengorganisir mahasiswa saat mereka mendorong tuntutan pembebasan Palestina dan penentuan nasib sendiri di kampus mereka.”

Di bulan September tahun lalu, organisasi yang memiliki lebih dari 200 cabang di AS dan Kanada itu bergabung dengan seruan aksi mogok nasional untuk semua mahasiswa di perguruan tinggi.

Liga Anti-Defamasi menilai organisasi ini telah melakukan propaganda anti-Israel yang “dicampur dengan retorika yang menghasut dan terkadang agresif.”

Organisasi ini makin terancam akibat perselisihannya dengan para petinggi perguruan tinggi. Sebulan setelah bergabung dengan mogok nasional mahasiswa, petinggi Brandeis University, sebuah perguruan tinggi yang didirikan oleh komunitas Yahudi Amerika di tahun 1948, mengatakan bahwa pihak kampus tidak lagi mengakui cabang organisasi yang ada di Brandeis University tersebut.

Pernyataan ini dikeluarkan setelah pemerintahan Florida dari Partai Republik Ron DeSantis memerintahkan universitas-universitas negeri untuk melarang beroperasinya organisasi tersebut sebagai respon atas dukungan ilegal yang diberikan organisasi tersebut terhadap aksi Hamas di 7 Oktober.

Dalam sebuah pernyataan, kelompok tersebut menyatakan bahwa aksi perlawanan rakyat Palestina hari itu yang “telah menanggung 75 tahun penindasan, pengungsian, dan penyangkalan terhadap hak-hal dasar mereka adalah sebuah keharusan moral,” termasuk “perlawanan bersenjata.”

Masih ada kelompok-kelompok pro-Palestina lain seperti Palestine Youth Movement (PYM), US Palestine Community Network (USPCN), Within Our Lifetime-United for Palestine (WOL), dan American Muslims for Palestine.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Internasional
Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Internasional
Praktik 'Deepfake' di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Praktik "Deepfake" di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Internasional
Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Internasional
Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Internasional
Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Internasional
Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Internasional
Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Internasional
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com