AMERIKA Serikat (AS) memainkan peran krusial dalam konflik Israel-Palestina, khususnya dalam dukungannya yang kuat terhadap Israel. Dari awal Israel berdiri hingga tahun 2023, negara itu diperkirakan telah menerima dukungan militer dan ekonomi dari AS senilai total 300 miliar dolar. Hal itu menjadikan Israel negara penerima bantuan AS terbesar di dunia menurut Council on Foreign Relations.
AS juga kerap mendukung Israel di lingkup diplomatik. AS sering pakai hak vetonya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menjaga posisi Israel.
Komitmen pemerintah AS mendukung Israel dalam konflik Israel-Palestina menjadikannya sasaran kecaman. Tidak hanya di luar negeri, AS juga kritik di dalam negeri. Akhir-akhir ini, marak demonstrasi pro-Palestina di beberapa perguruan tinggi di AS. Tren demonstrasi pro-Palestina di lingkungan kampus ini melibatkan sejumlah kampus top dan ternama di AS, mulai dari Cambridge University hingga Yale University dan Massachusetts Institute of Technology.
Baca juga: Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS
Para mahasiswa pro-Palestina yang terlibat dalam demonstrasi itu berunjuk rasa untuk menekan kampus agar segera mengakhiri hubungannya dengan Israel.
Jauh sebelum konflik Israel-Palestina membara lagi sejak 7 Oktober tahun lalu, gerakan-gerakan pro-Palestina sudah banyak bermunculan. Aksi-aksi yang terjadi beberapa bulan terakhir ini hanya segelintir dari sekian banyak gerakan pro-Palestina lain yang pernah terjadi di AS.
Bagi beberapa orang, pro-Palestina bukan hanya sekedar gerakan, melainkan identitas mereka. Inilah yang kemudian mendorong bermunculannya kelompok-kelompok pro-Palestina di AS.
Grup-grup Pro-Palestina di AS
Kelompok-kelompok pro-Palestina di AS berperan penting dalam menentang kebijakan Israel terhadap Palestina. Sebelum eskalasi konflik di 7 Oktober, kelompok-kelompok ini memang sudah seringkali mengalami bentrok dengan kelompok-kelompok pro-Israel.
Di AS, kelompok-kelompok ini dapat ditemukan di aksi-aksi demonstrasi anti-Israel. Tidak hanya terlibat, kelompok-kelompok itu bahkan kerap menjadi otak di balik aksi demonstrasi anti-Israel, salah satunya demonstrasi pada November lalu di luar markas besar Komite Nasional Demokrat di Washington yang menyebabkan bentrokan antara polisi dengan para pengunjuk rasa.
Siapa grup-grup itu?
Jewish Voice of Peace (JVP) yang didirikan tahun 1996 ini mendeskripsikan kelompoknya sebagai “organisasi Yahudi progresif anti-Zionis terbesar di dunia”.
Situs webnya menulis bahwa, tugas organisasi ini adalah “...mengorganisir gerakan akar rumput, multiras, lintas kelas, antar generasi Yahudi AS dalam solidaritas dengan perjuangan kemerdekaan Palestina, dipandu oleh visi keadilan, kesetaraan, dan martabat bagi semua orang.”
Seringkali aksi JVP ini mendapat kritik, salah satunya yang dominan adalah Liga Anti-Defamasi, sebuah kelompok advokat Yahudi. Kelompok ini mengecam aksi JVP yang dinilai mempromosikan antisemitisme dan ekstremisme. Menurut mereka, JVP adalah “kelompok aktivis radikal anti-Israel dan anti-Zionis yang mengadvokasi boikot Israel dan pemberantasan Zionisme.”
Di tengah kritik dan kecaman, JVP mengklaim memiliki banyak pendukung yang jumlahnya melebihi 300.000 orang. Di X (sebelumnya Twitter), JVP memiliki sejuta pengikut. Organisasi ini juga mengklaim memiliki cabang di banyak kampus ternama di AS, salah satunya Columbia University.
Pendapatan mereka sebagian besar dilaporkan didapatkan dari kontribusi individu. Pada tahun 2021, JVP melaporkan pendapatannya hampir mencapai 2,9 juta dolar.
IfNotNow pertama kali dibentuk tahun 2014 di tengah-tengah perang Israel-Hamas yang menewaskan 2.000 warga Palestina. Situsnya menyatakan, IfNotNow berdiri atas kumpulan “pemuda Yahudi yang marah dengan tanggapan yang sangat agresif dari lembaga-lembaga Yahudi Amerika.”
Tujuan IfNotNow adalah “mengakhiri dukungan AS terhadap sistem apartheid Israel dan menuntut kesetaraan, keadilan, dan masa depan yang baik bagi seluruh warga Palestina dan Israel.”
Pada hari-hari pertama serangan Hamas ke Israel di 7 Oktober, kelompok itu melemparkan kecaman kepada kedua belah pihak baik Hamas dan Israel. Di satu sisi, kelompok itu mengecam aksi Hamas. Di sisi lain, kelompok itu mengulangi kritiknya terhadap kebijakan Israel.
Baca juga: Demonstran Pro-Palestina Blokade Jembatan dan Jalanan di AS
“Kami tidak bisa dan tidak akan mengatakan tindakan militan Palestina hari ini tidak beralasan,” kata kelompok itu pada 7 Oktober. “Pengepungan yang mencekik di Gaza adalah sebuah provokasi. Pemukim meneror seluruh desa-desa Palestina, tentara menyerbu dan menghancurkan rumah-rumah warga Palestina. … Ini adalah provokasi yang dilakukan oleh pemerintahan sayap kanan paling ekstrem dalam sejarah Israel.”
Sama seperti JVP, kelompok IfNotNow juga seringkali dapat kritik tajam dari Liga Anti-Defamasi. IfNotNow dinilai telah melakukan kritik “ekstrem” terhadap pemerintah Israel dan “retorika yang memecah belah, beberapa di antaranya mungkin menyinggung anggota komunitas arus utama Yahudi.”
Meski begitu, IfNotNow mengklaim memiliki puluhan ribu anggota dan pendukung. Tetapi berdasarkan formulir pajak mereka di tahun 2021, total pendapatan IfNotNow di bawah 397.000 dolar.
Students for Justice in Palestine
Students for Justice in Palestine hadir di berbagai kampus di AS sebagai wadah untuk “memberdayakan, menyatukan, dan mendukung pengorganisir mahasiswa saat mereka mendorong tuntutan pembebasan Palestina dan penentuan nasib sendiri di kampus mereka.”
Di bulan September tahun lalu, organisasi yang memiliki lebih dari 200 cabang di AS dan Kanada itu bergabung dengan seruan aksi mogok nasional untuk semua mahasiswa di perguruan tinggi.
Liga Anti-Defamasi menilai organisasi ini telah melakukan propaganda anti-Israel yang “dicampur dengan retorika yang menghasut dan terkadang agresif.”
Organisasi ini makin terancam akibat perselisihannya dengan para petinggi perguruan tinggi. Sebulan setelah bergabung dengan mogok nasional mahasiswa, petinggi Brandeis University, sebuah perguruan tinggi yang didirikan oleh komunitas Yahudi Amerika di tahun 1948, mengatakan bahwa pihak kampus tidak lagi mengakui cabang organisasi yang ada di Brandeis University tersebut.
Pernyataan ini dikeluarkan setelah pemerintahan Florida dari Partai Republik Ron DeSantis memerintahkan universitas-universitas negeri untuk melarang beroperasinya organisasi tersebut sebagai respon atas dukungan ilegal yang diberikan organisasi tersebut terhadap aksi Hamas di 7 Oktober.
Dalam sebuah pernyataan, kelompok tersebut menyatakan bahwa aksi perlawanan rakyat Palestina hari itu yang “telah menanggung 75 tahun penindasan, pengungsian, dan penyangkalan terhadap hak-hal dasar mereka adalah sebuah keharusan moral,” termasuk “perlawanan bersenjata.”
Masih ada kelompok-kelompok pro-Palestina lain seperti Palestine Youth Movement (PYM), US Palestine Community Network (USPCN), Within Our Lifetime-United for Palestine (WOL), dan American Muslims for Palestine.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.