Sayap militer Hamas, Brigade Qassam, telah memamerkan kemampuan manufakturnya selama bertahun-tahun. Setelah perang dengan Israel tahun 2014, mereka membentuk tim teknik untuk mengumpulkan amunisi yang belum meledak seperti peluru howitzer dan bom MK-84 buatan AS
Tim-tim itu bekerja sama dengan unit penjinak bom milik polisi, agar masyarakat dapat kembali ke rumah mereka dengan selamat. Mereka juga membantu Hamas bersiap menghadapi perang berikutnya.
“Strategi kami bertujuan untuk memanfaatkan kembali benda-benda ini, mengubah krisis ini menjadi sebuah peluang,” kata seorang komandan Brigade Qassam kepada Al Jazeera tahun 2020.
Cabang media Qassam dalam beberapa tahun terakhir merilis video yang menunjukkan dengan tepat apa yang mereka lakukan: menggergaji hulu ledak, mengambil bahan peledak – biasanya berupa bubuk –, dan melelehkannya untuk digunakan kembali.
Tahun 2019, pasukan komando Qassam menemukan ratusan amunisi di dua kapal militer Inggris dari era Perang Dunia I yang tenggelam di lepas pantai Gaza satu abad sebelumnya. Penemuan itu, sesumbar Qassam, memungkinkan mereka membuat ratusan roket baru.
Pada awal perang saat ini, sebuah video Qassam menunjukkan para anggotanya merakit roket Yassin 105 di fasilitas manufaktur yang suram, tanpa sinar matahari.
“Cara paling esensial bagi Hamas untuk mendapatkan persenjataan adalah melalui produksi dalam negeri,” kata Ahmed Fouad Alkhatib, analis kebijakan Timur Tengah yang tumbuh besar di Gaza. “Itu hanya sebuah perubahan kimia dan Anda dapat membuat apapun yang Anda inginkan.”
Israel membatasi impor bahan-bahan konstruksi yang dapat digunakan untuk membuat roket dan senjata lainnya. Namun setiap babak baru pertempuran meninggalkan puing-puing di mana para militan dapat mengambil pipa, beton, dan material berharga lainnya, kata Alkhatib.
Hamas tidak bisa memproduksi semuanya. Beberapa barang lebih mudah dibeli dari pasar gelap dan diselundupkan ke Gaza. Sinai, wilayah gurun yang sebagian besar tidak berpenghuni antara Israel, Mesir, dan Jalur Gaza, masih menjadi pusat penyelundupan senjata. Senjata dari konflik di Libya, Eritrea, dan Afghanistan telah ditemukan di Sinai, menurut penilaian intelijen Israel.