Berdasarkan data SIPRI, Jerman merupakan pemasok terbesar kedua untuk militer Israel. SIPRI memperkirakan, Israel mengimpor sekitar 30 persen senjatanya dari pabrikan Jerman pada tahun 2019 hingga 2023.
Komitmen militer tersebut mencerminkan rasa tanggung jawab historis yang sudah lama dirasakan para pemimpin Jerman terhadap Israel, yang merujuk pada “tanggung jawab Jerman yang timbul dari kasus Holocaust.”
Ekspor senjata Jerman ke Israel melonjak sepuluh kali lipat tahun lalu dibandingkan tahun 2022, yaitu mencapai nilai 354 juta dolar.
Berdasarkan presentasi pengacara Kementerian Luar Negeri Jerman di Mahkamah Internasional pada Selasa pekan lalu, sejak Oktober 2023, Berlin telah menyetujui penjualan senjata dan peralatan militer senilai 275 juta dolar ke Israel. Sebagian besar bantuan itu, sekitar 218 juta dolar, disetujui pada Oktober, namun persetujuan ekspor menurun tajam pada bulan-bulan berikutnya.
Jerman mengatakan bahwa sekitar 98 persen ekspornya yang diizinkan setelah perang pecah bukan “senjata untuk berperang”, melainkan “peralatan militer lainnya” – sebuah kategori yang dapat mencakup barang-barang seperti helm atau peralatan komunikasi. Namun, kelompok bantuan kemanusiaan dan organisasi investigasi nirlaba berpendapat, data mengenai ekspor senjata itu tidak lengkap, dan komponen senjata mungkin tidak secara resmi diklasifikasikan sebagai “senjata untuk perang”.
Baca juga: Serangan Iran ke Israel Tampaknya Direncanakan untuk Gagal
Jerman mengatakan, pihaknya hanya memiliki izin ekspor untuk empat “senjata perang” sejak Oktober – tiga di antaranya adalah “peralatan uji atau latihan”, sedangkan yang keempat untuk pengiriman 3.000 senjata antitank portabel.
Berlin juga menyetujui ekspor 500.000 butir amunisi pada November untuk senapan mesin, senapan mesin ringan, atau senjata api otomatis atau semi-otomatis lainnya, meskipun dikatakan bahwa amunisi tersebut dimaksudkan untuk tujuan pelatihan saja.