Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Dasar Rusia Tuding Ukraina Terlibat Serangan di Konser di Moskwa?

Kompas.com - 27/03/2024, 15:52 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Sumber BBC,Reuters

SERANGAN teroris pada Jumat (22/3/2024) lalu di sebuah gendung konser di pinggiran kota Moskwa menjadi insiden memilukan dalam sejarah Rusia. Ribuan penonton konser rock itu menjadi saksi pembunuhan seratus lebih orang yang menjadi korban tewas dalam peristiwa itu.

Islamic State atau ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas insiden itu. Klaim tersebut juga telah diverifikasi oleh badan intelijen Amerika Serikat (AS).

Tidak hanya klaim, ISIS bahkan mengunggah bukti visual mencakup gambar empat penyerang dengan wajah diburamkan dan video yang direkam dari salah satu sudut pandang penyerang.

Baca juga: Siapa ISIS-K dan Mengapa Menyerang Konser di Moskwa?

Berbagai detail dalam bukti-bukti visual dari ISIS tersebut, seperti fitur gedung konser dan senjata yang digunakan para penyerang, cocok dengan banyak video yang beredar di internet saat serangan terjadi.

Menuding Ukraina

Walau begitu, beberapa orang, salah satunya Presiden Rusia, Vladimir Putin, menuduh Ukraina terlibat dalam serangan itu. Rusia dan Ukraina saat ini sedang berperang. Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.

Putin mengakui dalam pertemuan yang disiarkan televisi pada Senin lalu bahwa tindak kejahatan di gendung konser Moskwa itu dilakukan kelompok Islam radikal. Namun, Putin menambahkan, ia “ingin tahu siapa yang memerintahkannya."

Tuduhan pertama kepada Ukraina datang dari para blogger Rusia pro-Kremlin dan pejabat-pejabat Rusia. Tuduhan ini mereka lontarkan tidak lama setelah insiden berlangsung melalui platform media sosial Telegram.

Salah satunya adalah cendekiawan pro-Rusia, Sergey Markov, yang pada Jumat itu pukul 18.25 waktu Greenwich menulis para penyerang tampak seperti “radikal Islam". Namun setelahnya, Markov menambahkan, dengan tanpa bukti, bahwa serangan tersebut “kemungkinan besar diorganisir dari Kyiv”.

Baca juga: Kenapa AS Peringatkan Rusia soal Bahaya Teror?

Sekitar 40 menit kemudian, Moskovsky Komsomolets, tabloid nasional Rusia, mengutip pakar militer Roman Shkurlatov yang mengatakan, serangan itu mungkin diorganisir dengan dukungan Dinas Keamanan Ukraina dan intelijen militer.

Pada pukul 19.27 waktu Greenwich, mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev bersumpah akan membalas dendam jika Ukraina ikut terlibat.

Situasi kian memanas setelah tuduhan mulai dilontarkan secara lebih terbuka. Pada pukul 22.13 waktu Greenwich, NTV, salah satu saluran televisi Rusia menayangkan sebuah video yang mereka klaim menunjukkan salah satu petinggi Ukraina memverifikasi keterlibatan negaranya di serangan teroris hari itu.

Oleksiy Danilov yang tampil di video tersebut tampak mengatakan “Sangat menyenangkan di Moskow hari ini, menurut saya sangat menyenangkan. Saya yakin kami akan lebih sering mengadakan kesenangan seperti itu untuk mereka.”

Tak Ada Bukti Valid

BBC Verify menemukan bahwa video ini sudah dimanipulasi. Tim BBC menemukan bahwa klip tersebut sebenarnya merupakan hasil editan dari dua wawancara TV Ukraina yang disiarkan dalam seminggu terakhir.

Kedua klip tersebut dapat ditemukan di YouTube. Klip pertama merupakan wawancara dengan Danilov pada 19 Maret. Klip selanjutnya yang menampilkan kepala intelijen militer Ukraina, Kyrylo Budanov diunggah tiga hari sebelumnya.

Selain klip, Advanced Forensic Technology Research Group di Liverpool John Moores University juga menemukan bahwa NTV telah memanipulasi audio dari video tersebut.

Adanya celah pada data frekuensi audio menunjukkan bahwa suara tersebut telah diedit. Namun, para peneliti tidak dapat memastikan bahwa suara tersebut dihasilkan oleh AI.

BBC Verify kemudian menemukan informasi yang tertanam dalam file audio yang menunjukkan bahwa file tersebut telah dimasukkan melalui perangkat lunak pengeditan.

Baca juga: Kenapa AS Peringatkan Rusia soal Bahaya Teror?

Tuduhan lain terhadap Ukraina juga dilontarkan Margarita Simonyan, pemimpin redaksi jaringan TV Rusia RT (sebelumnya dikenal sebagai Russia Today). Dalam satu unggahannya di platform X, Simonyan menyebutkan bahwa para penyerang bukan dari ISIS karena mereka tidak mengenakan rompi bunuh diri dan "tidak punya niat untuk mati".

Satu hari pasca kejadian, Presiden Putin ikut mengeluarkan tuduhan terhadap Ukraina. Putin mengatakan para pelaku penyerangan ditangkap ketika mereka mencoba melarikan diri ke Ukraina, di mana “sebuah jendela untuk melintasi perbatasan telah disiapkan untuk mereka”.

Namun, Rusia belum memberikan bukti adanya “jendela” untuk membiarkan para penyerang lewat.

BBC Verify telah memverifikasi beberapa video dan foto para pelaku ketika sedang dalam proses penangkapan. Melalui data-data tersebut, BBC Verify menemukan bahwa para pelaku ditangkap jauh dari perbatasan Rusia-Ukraina.

Dengan mencocokkan rincian latar belakang di lingkungan yang tampak dalam foto dan video, BBC Verify menemukan dua tersangka ditangkap sekitar 145 km dari perbatasan Ukraina.

Selain Ukraina, Rusia juga telah menuduh AS dan Inggris terlibat dalam insiden Moskwa tersebut. Pihak Rusia menuduh AS dan Inggris menggunakan Ukraina untuk melawan Rusia.

“Kami percaya bahwa tindakan tersebut dipersiapkan oleh kelompok Islam radikal itu sendiri dan difasilitasi oleh badan khusus Barat,” kata Alexander Bortnikov, direktur Dinas Keamanan Federal (FSB) dalam siaran di televisi.

Tuduhan Rusia terhadap AS kemungkinan besar didorong oleh AS yang sudah memperingatkan Rusia terkait potensi serangan terorisme, 15 hari sebelum insiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com