Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mungkinkah Korea Utara Sudah Siap Berperang?

Kompas.com - 16/03/2024, 11:40 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

PERANG Korea tahun 1950-1953 secara resmi memecah Semenanjung Korea menjadi dua negara, Korea Utara dan Korea Selatan. Berbagai upaya telah diusahakan untuk mencapai perdamaian, tetapi tidak ada yang mencapai hasil memuaskan.

Perdamaian yang tidak kunjung tercapai mengakibatkan kedua negara itu masih sering terlibat konflik. Masih ada yang berpendapat bahwa keduanya akan kembali berperang seperti dahulu lagi.

Spekulasi akan adanya Perang Korea seri kedua mulai menguat saat Korea Utara mengancam Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) dengan serangan nuklir atau mereka sebut dengan “perang pemusnahan” di tahun 2017. Setelah AS dan Korea Utara gagal mencapai kesepakatan di Hanoi pada Februari 2019, situasi keamanan di Semenanjung Korea kembali seperti biasanya, tentu masih dengan beberapa konflik. Namun, hal ini menjadi lebih buruk karena dinamika senjata nuklir terus berkembang.

Baca juga: Sejarah Permusuhan Korea Utara dengan Korea Selatan

Ketegangan kian meningkat sepanjang tahun 2023 ketika Korea Utara meluncurkan satelit mata-mata serta rudal balistik antarbenua berbahan bakar padatnya.

Menanggapi peluncuran satelit mata-mata pada 21 November itu, Korea Selatan menangguhkan sebagian dari perjanjian militer tahun 2018 yang bertujuan meredakan ketegangan antara kedua negara dan melanjutkan pengawasan udara di dekat perbatasan.

Korea Utara kemudian merespon dengan menangguhkan seluruh perjanjian tersebut lalu mengembalikan pos-pos penjaga perbatasan.

Ketegangan Meningkat

Sejak awal tahun 2024, hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan kembali memburuk. Media nasional Korea Utara pada 1 Januari melaporkan janji Kim untuk “memusnahkan” Korea Selatan jika diprovokasi. Beberapa hari kemudian, Korea Utara menembakkan peluru artileri di dekat perbatasan laut yang disengketakan di lepas pantai barat Korea Selatan.

Beberapa minggu setelahnya, Korea Utara mengatakan pihaknya telah melakukan uji balistik pertamanya di tahun ini termasuk dengan melakukan uji terbang rudal jarak sedang berbahan bakar padat yang dilengkapi dengan hulu ledak hipersonik.

Korea Utara juga melakukan uji coba lain terhadap drone serangan bawah air berkemampuan nuklir sebagai protes terhadap latihan militer gabungan yang dilakukan AS, Korea Selatan, dan Jepang.

Korea Utara juga dilaporkan semakin menjaga hubungan dekat dengan China dan memperkuat hubungannya dengan Rusia. Saat kunjungan Menteri Luar Negeri Korea Utara ke Moskwa, Rusia pada Januari lalu, Rusia mengatakan bahwa Korea Utara adalah “mitra yang sangat penting” dan kedua negara tersebut sedang mengembangkan hubungan di semua bidang, termasuk bidang yang “sensitif”.

Puncak hancurnya hubungan Korea Utara dan Korea Selatan terjadi di 15 Januari ketika Kim Jong-Un mengumumkan bahwa Korea Utara tidak akan lagi mengupayakan reunifikasi dengan Korea Selatan. Kim juga menyebut Korea Selatan sebagai musuh utama Korea Utara.

Para ahli Korea Utara umumnya sepakat bahwa situasi di Semenanjung Korea semakin berbahaya. Selain itu, para ahli juga berpendapat, Pyongyang tampaknya telah mengubah pendekatannya dalam beberapa tahun terakhir yang membuatnya menjadi lebih mengandalkan China dan Rusia.

Baca juga: Korea Utara Mengecam Keras Latihan Militer Korea Selatan-AS

“Ada keinginan yang lebih besar untuk melakukan konfrontasi dengan Korea Selatan karena ada perasaan bahwa negara tersebut dilindungi,” kata Scott Snyder, peneliti senior untuk studi Korea dan direktur program kebijakan AS-Korea di Dewan Hubungan Luar Negeri.

Di sisi lain, presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, yang terpilih tahun 2022,memiliki pendekatan yang lebih keras terhadap Korea Utara dibandingkan dengan presiden sebelumnya

“Kedua pemimpin menutup dialog dan lebih siap menunjukkan kekuatan militer mereka,” kata Yang Moo-jin, rektor Universitas Studi Korea Utara di Seoul.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia, Apa Itu?

Internasional
Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com