Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Kekuatan Persenjataan Nuklir Rusia

Kompas.com - 15/03/2024, 08:58 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

HULU ledak nuklir merupakan senjata pemusnah massal yang mampu menghancurkan sebuah kota serta membunuh hingga jutaan orang. Ledakan senjata nuklir juga berdampak panjang terhadap lingkungan dan generasi mendatang karena kontaminasi radioaktif yang masih dapat memakan korban hingga bertahun-tahun setelah ledakan.

Misalnya saja sebuah senjata nuklir diledakan di Kota New York, sebanyak 583.160 orang diprediksi akan tewas dalam sekejap.

Hingga saat ini, senjata nuklir hanya pernah digunakan sekali yaitu oleh Amerika Serikat (AS) pada tahun 1945 di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Dua ledakan di dua kota itu mengakhiri Perang Dunia II.

Baca juga: Jika Rusia Menembakkan Senjata Nuklir, Apa yang Akan Terjadi?

Selain AS, beberapa negara di dunia telah melakukan uji coba nuklir walau belum secara langsung menggunakannya dalam perang. Uni Soviet terakhir kali menguji senjata nuklir tahun 1990. Menurut Asosiasi Pengendalian Senjata, sejak Uni Soviet runtuh tahun 1991, hanya beberapa negara yang telah melakukan uji coba senjata nuklir.

AS terakhir kali melakukan uji coba tahun 1992, China dan Prancis tahun 1996, India dan Pakistan tahun 1998, dan Korea Utara tahun 2017.

Menurut data dari lembaga Statista, sejauh ini hanya sembilan negara di dunia yang memiliki senjata nuklir. Negara-negara itu adalah Rusia, AS, China, Prancis, Inggris, Pakistan, India, Israel, dan Korea Utara.

Rusia Punya 5.889 Hulu Ledak Nuklir

Per Januari 2023, total hulu ledak yang dimiliki kesembilan negara itu sekitar 12.500 jumlahnya. Dari jumlah tersebut, 90 persen di antaranya milik Rusia dan AS

Rusia merupakan negara dengan jumlah hulu ledak nuklir terbanyak di dunia yaitu 5.889 hulu ledak yang telah dikonfirmasi. Rusia mengalahkan AS yang hanya memiliki 5.224 hulu ledak nuklir.

Kepemilikan senjata nuklir sebenarnya telah lama menjadi perdebatan internasional karena besarnya daya rusak yang dimilikinya. Pada Juli 2017, Majelis Umum PBB melakukan pemungutan suara untuk menyetujui Perjanjian Pelarangan Senjata Nuklir (Treaty on the Prohibition of Nuclear Weapons/TPNW). Ada 139 negara yang mendukung perjanjian tersebut dan menentang kepemilikan senjata nuklir.

Namun ada juga negara-negara yang tidak menyetujui perjanjian itu, termasuk dua negara dengan kepemilikan senjata nuklir terbesar di dunia, yaitu Rusia dan AS. Menurut International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICANW), baik AS dan Rusia sama-sama belum menandatangani dan meratifikasi TPNW.

Rusia secara konsisten menentang seruan Majelis Umum PBB agar semua negara segera menandatangani, meratifikasi, atau menyetujuinya “sedini mungkin”. Rusia bahkan juga tidak berpartisipasi dalam negosiasi TPNW.

Bersama dengan negara-negara lain yang juga memiliki senjata nuklir, Rusia mengatakan bahwa mereka “tidak menerima klaim apa pun bahwa (TPNW) berkontribusi terhadap pengembangan hukum kebiasaan internasional”. Rusia meminta semua negara yang mempertimbangkan untuk mendukung perjanjian tersebut “untuk memikirkan secara serius implikasinya terhadap perdamaian dan keamanan internasional”.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan pada tahun 2019 bahwa tujuan penghapusan senjata nuklir tidak dapat dicapai “dengan metode sepihak dan agak arogan yang menjadi dasar dokumen (TPNW) itu.”

Rusia Mempertahankan Persenjataan Nuklirnya

Walau kepemilikan senjata nuklir ditentang  banyak negara di dunia, Rusia bersikeras untuk tetap mempertahankan bahkan memperkuat persenjataan nuklirnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Internasional
Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Internasional
Praktik 'Deepfake' di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Praktik "Deepfake" di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Internasional
Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Internasional
Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Internasional
Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Internasional
Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Internasional
Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Internasional
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com