Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Apa di Balik Maraknya Penculikan di Nigeria

Kompas.com - 13/03/2024, 17:19 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

LEBIH dari 280 anak dengan rentang usia antara tujuh sampai dengan 18 tahun diculik dari sebuah sekolah di Kuriga, Nigeria, pada 7 Maret 2024. Dua hari setelahnya, penculikan massal kembali terjadi. Kali ini menargetkan 15 anak-anak dari sekolah di daerah Sokoto.

Dua kasus penculikan itu hanya segelintir dari seluruh rangkaian aksi penculikan yang telah terjadi di Nigeria. Penculikan merupakan salah satu ancaman terhadap keamanan paling utama di negara itu.

Dari Juli 2022 sampai dengan Juli 2023, sebanyak 3.620 orang di Nigeria menjadi korban penculikan. Adapun penculikan massal juga merupakan hal umum terjadi di Nigeria dengan rata-rata enam korban pada tiap kasusnya.

Baca juga: Kelompok Bersenjata Nigeria Culik Lebih dari 200 Siswa

Jika ditotalkan, jumlah uang tebusan yang para penculik minta pada periode tersebut mencapai 5 triliun naira atau 6,4 juta dolar AS. Karena perekonomian Nigeria yang lemah, pemerintah pada hanya mampu membayar tebusan 387.179 dolar.

Siapa Saja Para Korban dan Apa Motif Pelakunya?

Para pelaku penculikan cenderung menargetkan beberapa kelompok berbeda. Pertama kelompok rentan, seperti perempuan yang sedang mencari kayu bakar, anak-anak sekolah, atau penduduk desa yang tidak terlindungi dan tinggal di daerah terpencil yang jauh dari jangkauan polisi atau aparat keamanan. Kelompok inilah yang paling sering menjadi korban penculikan massal.

Ada pula individu-individu dengan status penting atau memiliki posisi tinggi seperti pejabat atau mantan pejabat pemerintah, anggota keluarga orang-orang penting seperti politisi, dan individu yang kaya raya.

Para pastor Katolik juga merupakan kelompok berisiko tinggi dalam kasus penculikan. Bahkan, ada beberapa pastor yang diculik saat tengah melayani ibadat. Pada Juli 2022 hingga Juni 2023, sebanyak 21 pastor telah menjadi korban penculikan. Hal ini didorong oleh pandangan bahwa pastor Katolik merupakan sumber pendapatan yang menggiurkan, kemungkinan besar karena sumber daya yang dimiliki gereja.

Para pelaku juga datang dari beberapa kelompok yang berbeda. Salah satunya adalah kelompok kejahatan dan bersenjata atau lebih dikenal sebagai bandit. Bandit berkembang pesat di Nigeria bagian utara.

Dalam dua periode terakhir, bandit di Nigeria telah berevolusi dari terlibat dalam pencurian ternak menjadi geng kejahatan terorganisir yang terlibat dalam penyelundupan narkoba dan senjata. Kini, kelompok-kelompok ini juga terlibat dalam penculikan massal yang menargetkan warga desa dan anak sekolah demi uang tebusan.

Masih di kawasan utara, tepatnya di bagian timur laut, kelompok militan Islam yang menjadi ancaman terbesarnya. Dua kelompok militan Islam terkuat di Nigeria yaitu Islamic State West Africa Province (ISWAP) dan Boko Haram.

Khusus Boko Haram, kelompok itu tercatat pernah menculik 276 murid perempuan di Chibok pada tahun 2014. Kelompok itu memang terkenal menargetkan anak perempuan atau perempuan muda yang biasanya tinggal di asrama baik sekolah atau universitas.

Banyak kelompok bersenjata juga aktif di Niger Delta, salah satu tempat paling tercemar di planet Bumi namun sangat kaya minyak.

Baca juga: Cerita Ibu yang Anaknya Dipaksa Sekolah di Nigeria, Tak Tahunya Malah Diculik

Kelompok-kelompok bersenjara itu pada dasarnya berakar dari kelompok militan yang terbentuk tahun 1990-an untuk menekan pemerintah agar mengatasi pencemaran minyak dan kemiskinan endemik akibat lahan pertanian yang hancur.

Tingkat kemiskinan yang tinggi kemudian mendorong kelompok-kelompok itu melakukan aksi penculikan guna mendapat pemasukan melalui tebusan. Tidak hanya tebusan uang, seringkali kelompok-kelompok itu juga meminta tebusan berupa makanan.

Para pelaku juga seringkali meminta tebusan berupa sepeda motor dan bahan bakar. Sepeda motor dianggap sebagai alat yang relatif mudah digunakan dalam aksi-aksi kejahatan.

Politik juga turut menjadi salah satu alasan utama maraknya penculikan di Nigeria. Bagi banyak warga Nigeria, aksi Boko Haram juga dipandang sebagai upaya untuk menunjukkan kekuatan kelompok mereka kepada pemerintah Nigeria.

Ada pula yang berpendapat bahwa aksi Boko Haram yang banyak menargetkan perempuan-yang bersekolah memiliki arti harfiah “pendidikan Barat adalah dosa”. Dengan kata lain, Boko Haram berniat menakut-nakuti para perempuan ini agar tidak melanjutkan pendidikan.

 

Presiden Nigeria Bola Tinubu tiba untuk sesi penutupan KTT Pakta Keuangan Global Baru, pada 23 Juni 2023 di Paris, Perancis. Sebagai ketua ECOWAS tahun ini, dia menyatakan blok Afrika Barat lebih memilih diplomasi daripada intervensi militer untuk tanggapi kudeta Niger.AFP/LEWIS JOLY Presiden Nigeria Bola Tinubu tiba untuk sesi penutupan KTT Pakta Keuangan Global Baru, pada 23 Juni 2023 di Paris, Perancis. Sebagai ketua ECOWAS tahun ini, dia menyatakan blok Afrika Barat lebih memilih diplomasi daripada intervensi militer untuk tanggapi kudeta Niger.
Respon Pemerintah Kurang

Setelah tebusan dibayarkan, seringkali tahanan dibebaskan opara leh pelaku. Ada kalanya, tahanan ini juga berhasil diselamatkan tanpa perlu membayar tebusan. Namun, adapun yang kurang beruntung, mereka tewas terbunuh.

Maraknya serangan bandit juga menyebabkan minimnya pasokan pangan nasional. Serangan bandit telah mendorong banyak petani meninggalkan tanah mereka. Masalah ini diperparah dengan penetapan pajak oleh pejabat negara yang sewenang-wenang dan pemerasan yang dilakukan kelompok kriminal.

Jalan-jalan utama, termasuk jalan raya yang menghubungkan Abuja dengan pusat komersial utama di wilayah utara seringkali menjadi lokasi penyerangan sehingga memaksa truk-truk pengangkut barang menunggu hingga kekerasan mereda atau mencari rute alternatif.

Sayangnya, respon pemerintah terkait hal ini dinilai masih sangat minim. Menurut lembaga riset Nigeria SBM Intelligence, hampir 5.000 orang telah diculik sejak Presiden Bola Tinubu menjabat pada Mei 2023.

Tinubu telah berjanji untuk mengatasi ketidakamanan yang tidak terkendali dengan merombak dan memperluas lembaga penegak hukum serta memberi mereka pelatihan dan peralatan yang lebih baik. Namun, perekonomian yang terpuruk hanya membuat negara ini semakin berbahaya.

Nigeria sebenarnya juga memiliki pasukan polisi nasional sebanyak 300.000 personel yang dikendalikan secara terpusat. Meski begitu, lagi-lagi usaha ini mengalami tantangan operasional dan terbukti belum mampu mengatasi kriminalitas yang meluas, pemberontakan di wilayah timur laut, bentrokan mematikan antara petani dan penggembala di wilayah tengah, serta kekerasan separatis dan geng di wilayah tenggara.

Pada Februari lalu, pemerintah mengatakan pihaknya mempertimbangkan untuk mengerahkan pasukan kepolisian negara bagian untuk meningkatkan penegakan hukum, namun belum ada tindak lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com