Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elihu Yale, Pedagang Budak Kejam, Namanya Jadi Nama Universitas Yale

Kompas.com - 13/03/2024, 14:26 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

Sumber BBC

BULAN Februari lalu, Universitas Yale menyampaikan permintaan maaf secara resmi terkait keterlibatan para pemimpin dan dermawan awal universtias itu dengan praktik perbudakan.

Sejak itu, satu nama yang mendapat sorotan tajam di India adalah Elihu Yale (1649-1721), yang namanya diabadikan menjadi nama universitas yang masuk daftar Ivy League tersebut.

Yale menjabat sebagai gubernur-presiden British East India Company yang sangat berkuasa di Madras, India selatan (sekarang Chennai) pada abad ke-17. Dia memberikan donasi senilai 1.162 poundsterling (sekitar Rp 23 juta saat itu) yang membuat namanya diabadikan menjadi nama universitas tersebut.

“Jumlah itu setara dengan 206.000 pounds saat ini atau setara Rp 4,1 miliar jika disesuaikan dengan inflasi,” kata sejarawan Prof Joseph Yannielli kepada BBC. Yannielli mengajar sejarah modern di Universitas Aston di Birmingham, Inggris, dan telah mempelajari hubungan Yale dengan perdagangan budak di Samudra Hindia.

Baca juga: Yale University Depak Mahasiswa yang Orangtuanya Terlibat Skandal Suap

Jumlah itu bukanlah jumlah yang besar jika dibandingkan dengan standar saat ini. Namun, bantuan tersebut telah membantu perguruan tinggi itu membangun gedung baru.

Elihu Yale sering digambarkan sebagai penikmat dan kolektor barang-barang bagus dan seorang dermawan yang dengan murah hati menyumbang ke gereja-gereja dan badan amal. Dia kini menjadi sorotan sebagai seorang kolonialis yang menjarah India dan - lebih buruk lagi - memperdagangkan budak.

Permintaan maaf universitas itu datang setelah lebih dari tiga tahun melakukan penyelidikan terhadap masa lalunya yang kelam. Dipimpin sejarawan Yale, David Blight, sebuah tim peneliti menyelidiki "sejarah universitas terkait dengan perbudakan, peran budak dalam pembangunan gedung Yale atau tenaga kerja mereka yang memperkaya para pemimpin terkemuka yang memberikan sumbangan kepada Yale," kata universitas itu dalam sebuah pernyataan.

Permintaan maaf tersebut disertai dengan peluncuran sebuah buku setebal 448 halaman berjudul Yale and Slavery: A history karya Blight yang memberikan wawasan tentang seberapa besar keuntungan Elihu Yale dari perbudakan.

“Perdagangan budak di Samudera Hindia, yang pada akhirnya menyamai (perdagangan budak) Atlantik dalam hal ukuran dan cakupan, baru berkembang luas pada abad ke-19. Namun, di anak benua India, perdagangan manusia yang terjadi di sepanjang pantai serta di wilayah pedalaman dan kepulauan sudah sangat tua," tulis Blight. Dia menambahkan, Yale "mengawasi banyak penjualan, penilaian, dan pencatatan budak untuk East India Company".

Yannielli mengatakan, perdagangan di kawasan Atlantik menyebabkan 12 juta budak dijual selama 100 tahun. Perdagangan di Samudera Hindia, menurut dia, lebih besar karena mencakup wilayah geografis yang jauh lebih luas, menghubungkan Asia Tenggara dengan Timur Tengah dan Afrika – dan berlangsung lebih lama.

Penyelidikan masa lalu ini penting. Universitas Yale didirikan di New Haven, Connecticut, Amerika Serikat (AS) pada tahun 1701. Yale merupakan institusi pendidikan tinggi tertua ketiga di AS. Alumninya beberapa menjadi presiden AS dan tokoh terkemuka lainnya.

Terdokumentasikan dengan baik baik bahwa sejak tahun 1713, Elihu Yale mengirim ratusan buku tentang teologi, sastra, kedokteran, sejarah dan arsitektur, sebuah potret Raja George I, tekstil berkelas dan sejumlah hadiah berharga lainnya ke Collegiate School of Connecticut. Uang yang diperoleh dari penjualan barang-barang itu digunakan untuk membangun gedung tiga lantai baru yang diberi nama Yale College untuk menghormatinya.

Sejarawan yang juga anggota keluarga, Rodney Horace Yale, yang pada abad 19 menulis biografi Elihu Yale mengatakan "donasi (Yale) tersebut membuat eksistensi Yale College yang awalnya tidak menentu menjadi sebuah kepastian yang diberkati."

Donasi itu juga membuat nama Yale menjadi abadi. Meski tidak punya keturunan langsung, universitas Ivy League itu mengabadikan namanya.

Dalam permintaan maafnya, universitas tersebut mengatakan bahwa mereka akan “bekerja untuk meningkatkan keberagaman, mendukung kesetaraan dan mempromosikan lingkungan yang ramah, inklusif, dan menghormati” dan melakukan upaya untuk “meningkatkan pertumbuhan ekonomi inklusif di New Haven” – kota yang mayoritas penduduknya berkulit hitam. Namun, pernyataan itu tidak mengatakan akan adanya perubahan nama dan mereka telah menolak seruan di masa lalu untuk melakukan hal tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Internasional
Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Internasional
Praktik 'Deepfake' di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Praktik "Deepfake" di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Internasional
Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Internasional
Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Internasional
Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Internasional
Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Internasional
Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Internasional
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com